Anak-anak di seluruh dunia tentu sudah kenal siapa Sinterklas, terutama ketika mendekati Natal. Namun, apakah mereka juga tahu, sosok yang menjadi dasar “pria berjanggut putih pembawa hadiah itu”?
Masalahnya tidak ada satu pun dokumen tertulis kontemporer yang membuktikan keberadaan St. Nicholas. Semua yang kita ketahui tentang St. Nicholas berasal dari legenda yang dibuat setelah kematiannya.
Hadiah Rahasia
St. Nicholas adalah Uskup Myra yang hidup pada abad ke-4. Dalam sebuah legenda, diceritakan ada sebuah keluarga miskin dengan tiga orang putri, perawan. Karena kemiskinan mereka, mereka berniat menjual mereka untuk menjadi pelacuran kepada bangsawan tetangga mereka, sehingga dengan uang hasil “penjualan” itu, keluarga itu dapat bertahan hidup.
Ketika St. Nicholas mengetahui hal ini, dia sangat khawatir dengan kejahatan ini. Pada malam hari secara diam-diam, ia melemparkan sebongkah emas yang dibungkus kain ke dalam rumah orang miskin itu.
Pagi-pagi, keluarga itu bangun, mereka pun menemukan sebongkah emas ini, dan menyampaikan ucapan syukur yang besar kepada Tuhan. Dengan ema situ, ia bahkan dapat menikahkan ketiga putrinya.
Beberapa saat kemudian, hamba Tuhan yang suci ini melemparkan lagi sebongkah emas, yang ditemukan oleh orang itu. Ia bersyukur kepada Tuhan dan bermaksud mengetahui siapa yang telah menolongnya dalam kemiskinannya.
Ketika St. Nicholas datang untuk ketiga kalinya, kepala keluarga itu memergokinya. Ia terbangun karena suara emas itu, dan mengikuti St. Nicholas, yang melarikan diri darinya.
“Tuan, jangan pergi begitu saja, supaya aku dapat melihat dan mengenalmu,” katanya.
Kemudian ia berlari mengejarnya dengan lebih tergesa-gesa. Ketika mendapati St. Nicholas, orang itu berlutut, dan hendak mencium kakinya, tetapi orang suci itu tidak mau. St. Nicholas memintanya untuk tidak memberi tahu hal itu.
St. Nicholas memberikan hadiah kepada mereka yang membutuhkan dalam rahasia malam. Ia tidak ingin siapa pun mengetahui kebenaran identitasnya. Mengapa dia tidak ingin siapa pun tahu siapa dia?
St. Nicholas kemungkinan besar menemukan inspirasi dalam kata-kata Yesus kepada para pengikutnya. Ketika kamu memberi sedekah, jangan biarkan tangan kirimu mengetahui apa yang diperbuat tangan kananmu, sehingga sedekahmu itu tersembunyi; dan Bapamu yang melihat rahasia akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:3-4)
Legenda inilah yang kemudian mendasari Sinterklas” di zaman modern. Yaitu sosok, pria berjanggut putih yang secara rahasia memberi hadiah kepada anak-anak di malam Natal.
St. Nicholas mengingatkan kita bahwa pemberian hadiah terbaik adalah yang dilakukan dari hati yang penuh kasih. Seperti yang dilakukan orang kudus itu, pemberian hadiah seharusnya tidak menginginkan pengakuan pribadi, tetapi hanya menginginkan kebaikan orang lain.
Konsili Nicea
Legenda lain tentang St. Nicholas tergambar dari sebuah lukisan ketika Uskup Myra itu digambarkan sedang memukul Arius, bidaah yang menjadi alasan diadakannya Konsili Nicea. Lukisan ini ada di beberapa gereja abad pertengahan, serta dalam ikonografi Bizantium. Dalam lukisan-kukisan itu St. Nicholas digambarkan menampar Arius saat menghadiri di Konsili Nicea.
Legenda ini diulas dalam buku yang terbit abad ke-19, The Reliquary & Illustrated Archaeologist. Meskipun merupakan orang yang paling baik dan dermawan, St. Nicholas memiliki sifat pemarah. Konsili Nicea diadakan dengan tujuan untuk meluruskan ajaran Arius yang dinilai salah. Dalam legenda yang berkembang, Arius ini dalam pembelaannya berbicara tentang tokoh-tokoh suci dengan tanpa rasa hormat. St. Nicholas pun kehilangan kesabaran, ia berdiri sambil dan telinga Arius dengan keras.Para sejarawan telah mencoba melacak asal-usul cerita ini dan akhirnya hanya menemukan penyebutannya mulai dari abad ke-14, hampir 1.000 tahun setelah Konsili Nicea.
Namun Apakah St. Nicholas benar-benar hadir di Konsili Nicea dan mmeukul Arius? Tidak ada bukti catatan tentang hal ini. Faktanya, meskipun St. Nicholas wafat pada tanggal 6 Desember 345, ada patut dipertanyaan apa ia hadir di Konsili Nicea pada tahun 325, mengingat usianya pasti sudah sangat lanjut.
Fakta lain, namanya tidak pernah ada dalam daftar uskup yang hadir. Ensiklopedia Katolik menyatakan hal ini dengan jelas. Dengan demikian, ada alasan untuk meragukan kehadirannya di Nicea, karena namanya tidak disebutkan dalam daftar lama uskup yang menghadiri konsili ini.
Temuan ini ditegaskan dalam buku biografi St. Nicholas yang terbit di awal abad ke-20, Life of St. Nicholas.
Meskipun mungkin menarik untuk melanjutkan legenda tentang St. Nicholas yang memukul rahang Arius, dan meskipun mungkin ia juga benar, menjadi salah satu penentang Arius. Namun kisah ini harus diklasifikasikan sebagai legenda dan bukan sebuah kejadian yang menunjukkan kesucian St. Nicholas.
Kesaksian Iman
St. Nicholas tidak tinggal di Kutub Utara, ia di Kota Myra di Yunani. Kota tersebut sekarang disebut Demre dan terletak di wilayah Turki modern.
Myra merupakan salah satu kota terkuat di Lycia kuno, budaya asli yang berakar dari Zaman Perunggu. Selama abad ke-1 kota pelabuhan Myra juga merupakan tempat di mana Santo Paulus singgah dalam perjalanannya ke Roma sebagai seorang tahanan, sebelum kapalnya karam.
Ketika St. Nicholas diangkat menjadi uskup pada abad ke-4, ia menghancurkan kuil Artemis, dan beberapa kuil lainnya, sepenuhnya. Dengan kehancuran kuil-kuil itu, St. Nicholas mengubah Myra dari ibu kota Likia menjadi ibu kota Kristen. Setelah kematiannya, kota itu memuliakan uskup mereka sebagai orang suci dan akhirnya membangun sebuah gereja untuk menghormatinya.
Menurut Bible History Daily, sejak abad kelima, sebuah gereja yang didedikasikan untuk St. Nicholas dibangun di Myra. Selama berabad-abad, gereja tersebut dimodifikasi berkali-kali, terutama dari abad kesembilan hingga abad ke-13. Gereja tersebut memiliki “lukisan dinding yang menggambarkan adegan-adegan dari kehidupan St. Nicholas.
Relikui St. Nicholas dibawa ke Bari, Italia, pada abad ke-11. Namun, para peziarah masih berbondong-bondong ke Demre untuk berziarah ke kampung halaman “pekerja ajaib” tersebut. Umat Ortodoks merayakan liturgi khusus pada tanggal 6 Desember dan ikon-ikon santo tersebut ada di mana-mana. Jadi, jika Anda benar-benar ingin mengunjungi kampung halaman Sinterklas, jangan pergi ke Kutub Utara. Warisannya masih hidup di sebuah kota kecil di Turki dekat Laut Mediterania. Meskipun tokoh Sinterklas zaman modern jauh berbeda dari tokoh aslinya, ia masih mengandung banyak “roh” santo abad ke-4 tersebut. (AES)