Minggu, Desember 22, 2024
30.1 C
Jakarta

Jalan Kekudusan Rosa Si Jelita

St Rosa da Lima

KUSAK-kusuk mulai muncul di Kota Lima, Peru. Sebabnya tak lain karena seorang gadis muda yang kecantikannya telah menjadi perbincangan hangat di antara pria-pria di kota itu. Gadis keturunan bangsawan itu begitu menawan, hingga setiap pria pun tertarik pada kecantikannya.

Namun, rasanya pemuda-pemuda itu harus gigit jari. Pasalnya, gadis keturunan bangsawan itu telah memutuskan masuk menjadi anggota Ordo Ketiga St. Dominikus. Dengan cara hidup yang baru ini, gadis itu sudah mulai mulai berpuasa tiga kali seminggu dan melakukan penebusan dosa berat secara rahasia.

Begitulah salah satu bagian dari kisah hidup St. Rosa da Lima ketika remaja, saat ia mulai menjadi bagian dari Persaudaraan Awam St. Dominikus. Untuk menghindari kejaran pemuda-pemuda yang naksir kepadanya, Rosa harus memotong rambutnya dan menggosokkan merica ke wajahnya. Cara itu rasanya ampuh, sebab setelah itu pemuda-pemuda yang berusaha mendekatinya semakin berkurang. Rosa bertekad untuk mengambil sumpah keperawanan.

Ikrar ini tak begitu saja berjalan mulus. Kedua orangtuanya mengecap pilihan hidup Rosa. Sumpah sebagai perawan ini ditentang oleh orangtuanya yang ingin dia menikah. Akhirnya, karena frustrasi, sang ayah memberinya kamar untuk dirinya sendiri di rumah keluarga.

Namun, ia justru semakin berpegang pada Tuhan. Ia menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan Sakramen Mahakudus yang dia terima setiap hari, sebuah praktik yang sangat langka pada periode itu.

Keluarga Bangsawan

Rose da Lima adalah bukti kebenaran bahwa orang-orang kudus adalah sahabat Tuhan yang paling menyenangkan. Cinta yang mereka untuk Tuhan memenuhi jiwa mereka dan meluap dalam cinta. Dengan cinta itu, mereka menemukan sukacita bahkan dalam penderitaan. Begitulah St. Rosa yang mungkin digambarkan sebagai “Bunga Kecil” dari Dunia Baru.

Sejak usia dini, Rosa ingin menjadi seorang biarawati. Dia sering berdoa dan berpuasa secara sembunyi-sembunyi. Dia melakukan penebusan dosa rahasia.

Rosa lahir dengan nama Isabel Flores de Oliva pada 20 April 1586.  Rose adalah anak ketujuh dari sebelas bersaudara yang lahir dari keluarga Gaspar Flores dan Olivia. Ayahnya adalah seorang anggota pengawal raja di Lima. Dengan status ini, orangtuanya cukup dipandang meski kehidupan ekonomi mereka tidak terlalu mengembirakan.

Saat Rosa masih remaja, Olivia senang menghiasi putrinya dengan karangan bunga mawar terindahnya. Gadis kecil itu begitu cantik dan dewasa sebelum waktunya, sehingga ibunya memiliki harapan besar untuknya.

Tetapi, harapan kedua orangtuanya agar Rosa segera menikah, karena memang banyak pemuda yang melamar, nyatanya tak dapat dipenuhi. Seperti St. Katarina dari Siena, yang hidup seabad sebelumnya, Rosa sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa tangan Tuhan ada di atasnya. Tuhan telah memilih Rosa.

Pada usia lima tahun, ketika dia membuat pengakuan pertama. Rosa memperoleh izin dari bapa pengakuannya untuk membuat sumpah keperawanan. Ia memotong rambutnya, mencoba menutupi kekurangannya di balik kerudungnya. Ketika ibunya menemukan “malapetaka” itu, dia mengungkapkan ketidaksenangannya dengan sangat berapi-api.

Ordo Ketiga

Beberapa laku ini sangat menyakitkan. Ia juga melakukan adorasi harian Sakramen Mahakudus dan menerima komuni setiap hari. Dia berhenti makan daging sama sekali, pembatasan diet ekstrim untuk saat itu.

Ketekunan dalam doa membuahkan hasil. Ketika Rosa berusia 20 tahun, ia diizinkan untuk bergabung dengan Ordo Ketiga St. Dominikus. Namun sejak itu, ia melanjutkan kehidupan rohaninya yang ekstrim. Ia berpuasa dan melakukan penebusan dosa. Di saat tertentu, ia bahkan membakar tangannya sebagai tindakan penebusan dosa.

Pada saat itu juga, Rosa mulai mengambil sumpah keperawanan abadi. Dia hanya membiarkan dirinya tidur paling banyak dua jam setiap malam, sehingga dia memiliki lebih banyak waktu untuk berdoa. Dia mengenakan mahkota berat yang terbuat dari perak, dengan paku kecil di yang menempel di bagian dalam. Mahkota ini meniru mahkota duri yang dikenakan oleh Kristus.

Sebelas tahun Rosa menjalankan cara hidup rohani seperti ini. Pada saat tertentu, ia mengalami ekstasi. Rosa akhirnya meninggal pada 24 Agustus 1617, karena demam dan kelumpuhan, pada usia muda 31 tahun. Alkisah, Rosa bahkan telah meramalkan tanggal kematiannya. Pemakamannya diadakan di Katedral Lima yang dihadiri oleh semua pejabat publik di Kota Lima.

Setelah meninggal, Paus Klemens IX menyetujui dekrit beatifikasi Rosa di mana Misa Beatifikasinya diadakan pada 10 Mei 1667. Tak lama kemudian, Paus Klemens X menyetujui keutamaan rohani St Rosa dengan kanonisasi pada 12 April 1671. Gereja mengenang kekudusan St. Rosa setiap tanggal 23 Agustus.

Sebagai penghormatan kesucian St. Rosa, Gereja lalu membangun sebuah gereja di Kota Lima. Di tempat ini juga St. Rosa dihormati bersama St. Martin de Porres, dan St. John Macias. Gereja ini terletak di dalam biara Santo Dominikus di Lima.

Gereja Katolik mengatakan bahwa banyak mukjizat mengikuti kematiannya: ada cerita bahwa dia telah menyembuhkan seorang penderita kusta, dan bahwa, pada saat kematiannya, kota Lima berbau seperti harum bunga mawar.

Mukjizat Kapal

St. Rosa paling terkenal karena penebusan dosanya, yang dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi tetapi sebagai ekspresi murni cintanya kepada Yesus. St. Rosa berdoa berjam-jam untuk Uskup Agung Turibius yang dicintainya, yang juga seorang santo, dalam pencobaannya, dan memohon kepada Tuhan untuk pertobatan orang Indian di Peru, yang saat itu masih mempraktekkan agama pagan.

Semasa hidupnya, St. Rosa belajar membuat obat-obatan herbal. Sehari-hari, ia senang membagikan obat racikannya kepada orang miskin yang sakit di Lima.

Ketika bajak laut Belanda menyerbu pelabuhan Lima dan mengalahkan armada Peru. Mereka bermaksud tidak hanya untuk menjarah kota tetapi juga untuk menodai gereja-gereja. Hal ini sebagai imbas dari gerakan Reformasi yang saat itu telah sampai di Benua Amerika.

Para wanita, anak-anak dan religius di Lima berlindung di gereja-gereja. Di Gereja Santo Dominikus, Rosa menggerakkan mereka semua untuk berdoa. Ajaib, bajak laut menyerbu masuk ke dalam gereja, mereka dihadapkan dengan tontonan mengerikan dari seorang gadis muda yang terbakar dengan cahaya, memegang monstrans dengan Sakramen Mahakudus. Alhasil, para bajak laut itu berbalik dan melarikan diri ke kapal mereka, yang lalu berlayar jauh.

Saat dia melanjutkan doa, penebusan dosa dan perbuatan baik, Rosa mengalami musim penderitaan yang baru. Terlepas dari doanya, tuan tanah Spanyol yang kejam menindas dan mengeksploitasi orang Indian yang dicintainya.

Saat itu, Rosa mulai diserang asma dan radang sendi. Selain itu, ia mulai mengalami mimpi yang menyebabkan goncangan pada jiwanya. Satu-satunya dukungannya datang dari sahabatnya, Bruder Martin de Porres. Bruder Dominikan itu lalu meyakinkan Rosa bahwa penglihatan dan kegersangan rohaninya adalah tanda persahabatan tertinggi dengan Tuhan.

Rosa juga menerima rahmat pernikahan mistik dengan Kristus dan memiliki sebuah cincin yang diukir dengan kata-kata yang Dia ucapkan kepadanya: “Mawar Hatiku, jadilah pasanganku”. (Antonius E. Sugiyanto)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini