Rabu, Desember 4, 2024
27.1 C
Jakarta

Pengalaman Menjadi Ketua PLP dan KKN, Sebuah Perjalanan Kepemimpinan

Landak, Pena Katolik | Semester ini telah menjadi waktu yang penuh tantangan dan pembelajaran bagi saya. Sebagai mahasiswa yang ditunjuk menjadi Ketua PLP (Program Latihan Profesi) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk Kelompok Desa Amboyo Inti, dengan lokasi KKN di Dusun Ampar Saga II, saya dihadapkan pada sejumlah tanggung jawab besar yang menguji kemampuan kepemimpinan dan manajemen saya.

Tantangan Mobilitas dan Manajemen Waktu

Salah satu tantangan terbesar yang saya hadapi adalah masalah mobilitas. Tanpa kendaraan pribadi, saya harus mengandalkan tumpangan dari teman-teman untuk berangkat mengajar.

Hal ini membutuhkan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik dengan rekan-rekan saya. Setiap pagi, saya harus bangun lebih awal untuk memastikan saya tidak terlambat dan tidak mengganggu jadwal teman yang memberikan tumpangan.

Meskipun situasi ini menyulitkan, justru hal inilah yang mengajarkan saya pentingnya manajemen waktu yang efektif. Saya belajar untuk mengoptimalkan setiap menit yang saya miliki, baik itu saat perjalanan maupun di lokasi mengajar.

Pengalaman ini juga mengajarkan saya tentang nilai kerjasama dan pentingnya membangun hubungan yang baik dengan rekan-rekan, karena tanpa bantuan mereka, tugas saya akan jauh lebih sulit.

Memimpin dengan Keterbatasan

Menjadi Ketua Umum di tengah keterbatasan pribadi ini menjadi kesempatan berharga untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Saya belajar untuk mendelegasikan tugas dengan efektif dan membangun sistem komunikasi yang efisien.

Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, merancang dan melaksanakan Program Kerja KKN menjadi tantangan tersendiri.

Ini mengajarkan saya untuk berpikir kreatif dan inovatif, memanfaatkan potensi lokal, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.

Penerapan Prinsip Servant Leadership

Berinteraksi dengan masyarakat dan perangkat desa setempat menjadi pengalaman berharga dalam mengasah kemampuan komunikasi. Saya belajar menyesuaikan gaya komunikasi dan menjadi penengah yang baik, terutama dalam mencari solusi akomodasi tim selama 5 bulan di desa.

Pelatihan servant leadership dari Beasiswa Dominikan Indonesia menjadi sangat berharga dalam menghadapi berbagai situasi. Saya belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang berada di depan, tetapi juga siap mendukung dari belakang, mendengarkan kebutuhan tim dan masyarakat, serta memfasilitasi pertumbuhan bersama.[Veggi Rische]

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini