JAKARTA, Pena Katolik – Sudah beberapa waktu, Sr. Irene OP bertugas di Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia di Jl. Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Awal September 2024 lalu, saat kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, Sr. Irene menjadi sibuk karena menjadi tuan rumah, selama Paus menginap di kedutaan.
Ada satu yang istimewa dari pengalaman Sr. Irene berjumpa dengan Paus. Sepatu. Selam Paus Fransiskus di kedutaan, Sr. Irene selalu mengenakan sepatu hitam pemberian dari Sr. Agnes Iswatini OP, yang ketika itu menjabat sebagai ekonom Kongregasi Suster Dominikan Indonesia.
Sepatu itu bukan sembarang sepatu, sebelum diberikan kepada Sr. Irene. Sepatu itu pernah dipakai Sr. Agnes, ketika ia berjumpa dengan Paus Yohanes Paulus II. Selang 18 tahun kemudian, Sr. Irene memakai sepatu yang sama untuk bertemu Paus Fransiskus.
Pemberian Berkesan
Suatu pagi di tahun 2027, Sr. Irene OP sedang duduk di Biara St. Dominikan di Maguwoharjo, Yogyakarta. Pada saat itu dirinya sedang sendirian. Tetiba, Sr. Agnes menghampirinya. Di tangan Sr. Agnes sudah ada sepasang sepatu hitam. Tanpa babibu, Sr. Agnes memberikan sepatu itu kepada Sr. Irene.
“Sepatu ini yang membawa saya ketemu Paus,” kata Sr. Agnes sambi menyerahkan sepatu yang ia pegang.
Sepatu yang diberikan Sr. Agnes adalah sepatu kulit berwarna hitam buatan Utrecht, Belanda. Merek sepatu itu adalah Bitter Classic Utrecht. Ketika Sr Agnes menghampiri, ia langsung memberikan sepatu itu kepada yuniornya, Sr. Irene.
“Ketika itu saya berada di ruang makan di biara para suster Dominikan di Maguwo, Yogyakarta. Kira-kira waktu itu pukul 10.00 pagi,” demikian Sr. Irene berkisah.
Pada saat itu, dalam benak Sr. Irene tak ada pikiran bahkan ramalan apapun. Ketika menerima sepatu itu, Sr. Irene sempat mencobanya sebentar, ternyata sepatu itu pas. saya mencoba mengenakan sepatu itu. Sekilas, ia melihat sepatu itu sangat bagus dan indah. Sr. Irene sempat berpikir, dari mana Sr. Agnes tahu ukuran sepatunya.
“Saya katakan, sepatunya pas sekali Sr Agnes. Beliau tersenyum senang melihat sepatu pemberiannya memang cukup di kaki saya,” ujarnya.
Mengingat pemberian sepatu itu memiliki makna khusus, Sr. Irene merasa sayang untuk memakainya. Ia hanya menyimpannya dan tidak pernah ia pakai. Meski demikian, sepatu itu selalu dibawa kemana dirinya berkarya, pindah tempat ataupun pindah kota.
“Saya menerima sepatu begitu saja tanpa berpikir apa-apa. Saya hanya menyampaikan terimakasih dan tidak ada pembicaraan lebih lanjut, kecuali peristiwa pemberian sepatu,” ujar Sr. Irene.
Kesempatan pertama Sr. Irene memakai sepatu itu adalah saat ia diwisuda setelah menamatkan pendidikan pascasarjana di PPM Manajemen, Jakarta Pusat. Ketika acara kelulusan pada 25 Oktober 2018 itu, Sr. Irene memakai sepatu pemberian dari Sr. Agnes itu.
Ramalan yang Terungkap
Waktu berlalu, tahun ini adalah 18 tahun setelah Sr. Irene menerima sepatu itu. Ketika beberapa kesempatan ia mengikuti rapat pertemuan persiapan penyambutan Paus Fransiskus, ia sempat menceritakan kisah sepatu itu kepada Mgr. Piero Pioppo, Nuntius Apostolik untuk Indonesia.
“Saya membuka rahasia yang saya pegang. Ya tentang sepatu itu. Setelah mendengar cerita, Nuncio kemudian mengatakan, ‘You see, it revealed’,” kata Sr. Irene menirukan komentar Mgr. Pioppo.
Tak hanya sampai di situ, belakangan diputuskan, Sr. Irene akan menjadi yang pertama menyambut Paus Fransiskus ketika tiba di Nunsiatura. Selama menginap di Kedutaan Besar Vatikan, Sr. Irene akan bertugas mengatur segala keperluan Paus.
“Nunsio meminta saya menjadi yang pertama menyambut Paus Fransiskus ketika tiba di Nunciatura,” lanjut Sr. Irene OP.
Selama kunjungan Paus Fransiskus, Sr. Irene juga berkesempatan beraudiensi dengan Paus. Ia juga melayani para tamu yang akan bertemu dengan Paus Fransiskus. Sepanjang waktu Sr. Irene mengenakan sepatu bekas dari Sr. Agnes itu.
“Saya memakai sepatu itu sepanjang kunjungan Paus,” ujar Sr. Irene.
Pada saat Paus Fransiskus tiba di Nunsiatura. Sr. Irene mengingat Sr. Agnes yang telah beristirahat untuk selamanya. Suster kelahiran 27 Juli 1931 itu meninggal pada 03 April 2017 dalam usia 86 tahun. Kepada almarhum Sr. Agnes, dalam hati Sr. Irene berucap, “Terimakasih karena sepatu ini saya juga dihantar bertemu dengan Paus (Fransiskus). Benar-benar rencana Tuhan, bahwa saya ditugaskan di Nunsiatura,” kenang Sr. Irene.
Tidak ada yang Kebetulan
Sr. Irene adalah biarawati dari Kongregasi Suster Dominikan Indonesia. Sudah sejak beberapa waktu lalu, ia berkarya di Kedubes Vatikan.
Saat kedatangan Paus ini, Sr. Irene muncul dalam kisah bocah bernama Louis Emilio Agriveta Dosiwoda, yang bertemu dan dicium Paus Fransiskus pada Jumat, 6 September 2024 lalu. Sr. Irene inilah yang membawa masuk Emilio ke Nunsiantura untuk bertemu Paus Fransiskus. Emilio menjadi satu-satunya anak atau orang yang bisa masuk Nunsiatura tanpa daftar undangan dan sama sekali tidak dikenal.
Barangkali benar, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Untuk orang beriman, semua peristiwa terjadi karena kehendak Tuhan. Oleh karenanya, semua sudah terhubung. Hanya waktulah yang tidak bisa dipastikan, kapan akan terjadi.
Cerita ini tentu bukan “kebetulan” bagi Sr. Irene. Ia akan mengenangnya entah sampaikan. Satu pertanyaan yang mungkin dapat diajukan saat ini, akankan Sr. Irene memberikan sepatu itu kepada suster lain, dan apakah sepatu itu akan membawa suster itu kembali bertemu Paus di masa depan. (AES)