Saat berhasil meraih medali emas pada Asian Games 2018, Jonathan Christie mendapat bonus sebesar 1,8 milyar. Jumlah uang yang menggiurkan, apalagi bagi seorang pemuda seusia Jojo, panggilan akrab Jonathan. Namun, ia tak ingin “menikmati” hadiah itu sendirian. Ia ingin membayar “nazarnya”.
Sebelum perhelatan empat tahunan itu berlangsung, Jonathan pernah bernazar, ia ingin menyumbangkan setengah dari bonusnya untuk orang-orang yang membutuhkan. Alhasil, ia menyumbangkan 900 juta uang bonusnya untuk pembangunan beberapa rumah ibadah dan sekolah yang rusak karena gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Siapa sangka, belas kasih Jonathan ini berjalan seiring dengan peningkatan bakatnya dalam dunia bulutangkis. Jonathan menyadari, tak mungkin ia dapat berprestasi tanpa peran Allah yang memberinya hidup. Untuk itu, apa yang ia dapatkan, hanyalah titipan, ia bertanggung jawab untuk menyalurkan atau membagikannya kepada siapa saja yang membutuhkan.
Hidup Rohani
Saat Jonathan masih di bangku SMP, dari media sosial, ia mengetahui ada seseorang yang sakit di Surakarta Jawa Tengah. Jonathan yang ketika itu mulai berprestasi dalam ajang bulutangkis pun tergerak. Ia ingin menyumbangkan uang hadiah yang ia dapat untuk orang yang sakit itu. Ia pun berangkat ke Surakarta bersama ayahnya untuk memberikan uang sumbangan itu.
“Saat itu media sosial belum seperti sekarang, ada juga ketakutan kalau orang itu bohong,” ujar Jonathan menceritakan.
Kedekatan Jonathan dengan Tuhan, dan perkembangan hidup rohaninya tak lepas dari peran Hendry Saputra, pelatih bulutangkis yang sudah ia kenal ejak usia Sembilan tahun. Hendry yang mengajarkan Jonathan untuk selalu bersyukur dengan menyumbangkan persepuluhan dan setiap pendapatannya sebagai atlet.
“Jujur, coach Hendry lah yang dari awal mengajarkan aku untuk tidak lupa memberikan sebagian penghasilan dari bulutangkis bagi mereka yang membutuhkan,” kenang Jonathan.
Prestasi yang diraih Jonathan tidak selamanya diraih dengan cerita indah. Di balik itu, ada perjuangan tanpa henti yang dilewati Jonathan. Ada masa di mana ia sulit meraih kemenangan. Kekalahan bertubi-tubi tidak sekali dua kali dialami Jonathan, hingga ia kadang berpikir untuk “gantung raket”. Namun, berkat keuletan dan berkat semangatnya yang tak kenal Lelah, ia akhirnya mampu berprestasi bahkan menjadi juara Asian games.