Jumat, November 15, 2024
26.5 C
Jakarta

Pewarta yang Lahir dari Sebuah Mimpi

Entah sudah berapa purnama, Juana de Aza menanti datangnya seorang bayi yang bisa melengkapi kelimpahan berkat dalam pernikahannya dengan Felix de Guzman. Lahir dari keluarga Bangsawan Aza, Joana menikah dengan Felix, keduanya berasal dari keluarga bangsawan. Meski begitu, sudah sejak pernikahan, Joana belum dikaruniai putra.

Tiada henti Joana berdoa meminta untuk dikarunia seorang anak. Baginya, bayi yang mungil ada dunia yang ia rindukan, satu anugerah yang akan menjadi penegasan terakhir cintanya kepada Felix. Namun, apa yang ia nanti tak kunjung datang.

Ketika semua keinginan seakan tak akan menemukan jawaban, suatu hari Joana berziarah ke Biara di Silos. Pada salah satu malam selama ziarah itu, Joana mengalami sebuah pengalaman yang “aneh”. Dalam sebuah mimpi, ia melihat seekor anjing melompat dari rahimnya, dan membawa obor di mulutnya lalu membakar dunia. Tak bisa lain, Joana menganggap mimpi ini sebagai sesuatu yang istimewa. Ia pun bertanya, apakah ini satu tanda akan datangnya seorang anak dalam kehidupan keluarga?

“Pucuk dicinta ulam pun tiba” akhirnya apa yang telah lama dinanti akhirnya tiba. Joana mengandung, ia lalu melahirkan seorang putra pada tahun 1170. Sebagai ungkapan Syukur, Felix lalu menamai putranya itu sebagai Dominikus (Dominic). Nama ini diambil dari kata “Domini canis”, yang berarti ‘anjing Tuhan’.  

Foto 2 – Beata Juana Aza saat bermain dengan Dominikus kecil

Suci di Usia Dini

Kehidupan rohani Dominikus rasanya berkembang dengan baik, meski ia tinggal sebagai anak seorang bangsawan, ia tekun berdoa berkat pendampingan sang ibu. Joana menanamkan kecintaan kepada Tuhan sejak usia dini kepada Dominikus. Alhasil, Misa  harian serta aktif dalam devosi dan doa telah menjadi “makanan” sehari-hari dominikus sejak belia.

Hal inilah, yang menjadikan Dominikus telah memiliki cita-cita luhur untuk mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan. Pada usia empat belas tahun, Dominikus masuk biara Santa María de La Vid. ia lalu ditugaskan belajar teologi dan seni di Palencia. Dia menghabiskan enam tahun belajar teologi dan empat tahun untuk mendalami seni. Dia diakui secara luas sebagai mahasiswa teladan oleh para dosennya.

Pada tahun 1191, kelaparan melanda Spanyol dan menyebabkan banyak orang terlantar dan kehilangan tempat tinggal. Pada saat itu, Dominikus menjual semua yang dia miliki, termasuk perabot dan pakaiannya. Ia kemudian membeli makanan yang ia bagikan untuk orang miskin.

Ketika sudah semua harta benda ia jual, namun Dominikus masih saja melihat adanya orang yang perlu mendapat pertolongan darinya. Saat itu, ia tahu hanya lembaran  manuskripnya yang masih tersisa. Tentu ia tahu, manuskrip itu akan laku cukup mahal apabila ia jual. Namun, ia juga menyadari, dari manuskrip itulah, ia belajar untuk mendalami teologi. Dominikus terus bepikir, akhirnya, ia pun melepaskan manuskrip itu, ia menjualnya untuk memberi makan orang-orang miskin.

“Maukah Anda meminta saya belajar dari kulit mati ini ketika orang sekarat karena kelaparan?”

ST. Dominikus. IST

Menjadi Imam

Pada usia 24 tahun, Dominikus ditahbiskan sebagai imam. Setelah ditahbiskan menjadi imam, Dominikus diminta oleh Uskup Diego dari Osma untuk berpartisipasi dalam reformasi gereja lokal. Dia menghabiskan sembilan tahun di Osma, mengejar kehidupan doa yang intens, sebelum dipanggil untuk menemani uskup dalam suatu urusan untuk Raja Alfonso IX dari Kastilia pada tahun 1203.

Saat melakukan perjalanan di Prancis bersama Uskup Diego, Dominikus mengamati efek buruk dari ajaran sesat Albigensian, yang telah terjadi di Prancis selatan selama abad sebelumnya. Sekte tersebut menghidupkan kembali ajaran sesat sebelumnya, Manicheanisme, yang mengutuk dunia material sebagai dunia jahat yang tidak diciptakan oleh Tuhan.

Khawatir akan penyebaran ajaran sesat ini, Dominikus mulai berpikir untuk mendirikan sebuah ordo religius untuk menyebarkan kebenaran. Pada tahun 1204 dia dan Uskup Diego diutus oleh Paus Innosensius III untuk membantu upaya melawan Albigensian, yang pada akhirnya melibatkan kekuatan militer dan persuasi teologis.

Di Prancis, Dominikus terlibat dalam perdebatan doktrinal dan mendirikan sebuah biara. Selanjutnya, biara inilah yang menjadi awal dari kehidupan Dominikan. Dia melanjutkan misi pewartaannya dari tahun 1208 hingga 1215.

Pada tahun 1214, laku sepiritual Dominikus yang ketat menyebabkan dia mengalami koma. Pada satu kesempatan, Perawan Maria menampakkan diri kepadanya. Dalam perjumpaan itu, Maria meminta Dominikus untuk mempromosikan Doa Rosario.

Pada tahun yang sama, Dominikus kembali ke Toulouse dan memperoleh persetujuan uskup atas rencananya untuk mendirikan sebuah ordo. Dominikus akan mendedikasikan ordo ini untuk karya pewartaa Kabar Gembira. Tak butuh waktu lama, ia dan sekelompok pengikutnya memperoleh pengakuan dari Gereja lokal menjadi seebuah kongregasi religius, dan Dominikus menemani uskup Toulouse ke Roma untuk sebuah konsili ekumenis pada tahun 1215.

Konsili tersebut menekankan perlunya Gereja untuk pewartaan yang lebih baik, tetapi juga menjadi penghalang bagi institusi ordo religius baru. Dominikus, bagaimanapun, memperoleh persetujuan kepausan untuk rencananya pada tahun 1216, dan diangkat sebagai kepala teolog Paus.

Pada musim dingin tahun 1216–1217, di rumah Ugolino de’ Conti, Dominikus pertama kali bertemu William dari Montferrat, yang bergabung dengan Dominikus sebagai seorang biarawan di Ordo Pengkhotbah dan tetap menjadi teman dekat.

Ordo Pengkhotbah berkembang di Eropa dengan bantuan kepausan pada tahun 1218. Mereka terus bekerja untuk keselamatan jiwa-jiwa. Dominikus menghabiskan beberapa tahun terakhir hidupnya membangun ordo dan melanjutkan misi khotbahnya, di mana dia dikatakan telah mempertobatkan sekitar 100.000 orang.

Dominikus meninggal dunia untuk mendapatkan hadiah Surgawinya ketika dia berusia 51 tahun. Saudara-saudaranya membaringkan Dominikus di tanah. Bahkan ketika ia sakit parah, ia tetap melanjutkan pelayanan pewartaannya. Ia mengatakan kepada saudara-saudaranya untuk rendah hati dan menghargai kemiskinan mereka.

Setelah kematiannya, tubuhnya dipindahkan ke peti mati sederhana. Tiga belas tahun setelah kematiannya, Paus Gregorius IX mengkanonisasi St. Dominikus pada tahun 1234. Pada tahun 1267, jenazah St. Dominikus dipindahkan ke tempat suci resmi, yang dipahat oleh Nicola Pisano. Pisano adalah seorang pematung Italia yang dikenal dengan gaya pahatan Romawi klasiknya. Ia juga dikenal sebagai pendiri patung modern.

Lukisan meninggalnya St Dominikus. IST

Beragam Mukjizat

Selama 800 tahun, teladan Dominikus telah mengilhami kehidupan manusia dalam banyak bidang. Ia dikenal sebagai pelindung para astronom. Hal ini lalu menimbulkan pertanyaan, Apa kesamaan orang suci ini dan mereka yang mempelajari Bintang ini? Alasan dari gelar ini salash satunya dijelaskan pada peristwa ketika sang ibu melihat sebuah bintang bersinar di dadanya. Seringkali, seniman menggambarkan Domnikus dengan bintang.

Nama St. Dominikus bahkan diabadikan menjadi nama sebuah negara yaitu Republik Dominika. Republik Dominika adalah sebuah negara yang terletak di Pulau Hispaniola di Kawasan Karibia. Republik Dominika memiliki luas wilayah 48.671 kilometer persegi dengan penduduk sekitar 10,7 juta jiwa. Bahasa resmi negara itu adalah bahasa Spanyol.

Menurut tradisi, selama kunjungan kedua Dominikus ke Roma, pada tahun 1216, dia bertemu Fransiskus dari Assisi di salah satu gereja di sana. Keduanya sedang bernegosiasi dengan Takhta Suci melalui pelindung bersama mereka, Kardinal Ugolino, yang kemudian menjadi Paus Gregorius IX, untuk mendapatkan konfirmasi kepausan atas ordo mereka masing-masing – Ordo Pengkhotbah dan Ordo Saudara Dina.

Setelah melihat Fransiskus dalam penglihatan malam sebelumnya, Dominikus mengenalinya dan bergegas menyambutnya. Persahabatan yang erat terjalin di antara keduanya, dan hingga hari ini para Dominikan dan Fransiskan bertukar kunjungan pada hari raya pendiri masing-masing sebagai tanda persatuan menuju tujuan bersama.

Pengaruh timbal balik Dominikus dan Fransiskus dapat dilihat dalam perkembangan ordo mereka: Fransiskus mungkin telah mempengaruhi Dominikus untuk memperluas praktik kaul kemiskinan, dan para Saudara Dina mengadopsi sistem konstitusional Dominikan.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini