Rabu, Desember 4, 2024
27.1 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Rabu, 9 Oktober 2024, Pekan Biasa ke-XXVII (Hijau)

Bacaan I – Gal 2:1-2.7-14

Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Tituspun kubawa juga.

Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi?dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang?,supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha.

Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat

karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat.

Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;

hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.

Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.

Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.

Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.

Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”

Mzm 117:1.2

  • Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
  • Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!

Bacaan Injil – Luk 11:1-4

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.”

Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.

Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya

dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Santo Yohanes Leonardi, Pengaku Iman

Semenjak kecilnya ia sudah menentukan imamat sebagai pilihan hidupnya. Tetapi cita-cita luhur ini tidak bisa terwujudkan karena orangtuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Pada umur 26 tahun, sepeninggal ayahnya, ia memutuskan untuk masuk Seminari meskipun biaya studi tetap menjadi masalah baginya.

Untuk membiayai studinya, terpaksa ia belajar sambil bekerja sebagai asisten dokter di sebuah apotek di Lucca, Italia. Ia memang tekun belajar sehingga dapat menyelesaikan studinya dalam waktu singkat lalu ditahbiskan menjadi imam. Ia lalu menjadi anggota komunitas religius yang didirikan oleh Beato Yohanes Golombini.

Dari sana ia ditugaskan sebagai pastor penjara dan rumah sakit dengan sebuah rumah pusat di Lucca. Segera nyata bahwa Yohanes, seorang imam yang aktif dan sangat bertanggungjawab terhadap semua pekerjaannya. Teladan hidupnya yang luhur itu menarik simpatik banyak orang awam.

Ada yang dengan rela membantu dia dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Beberapa pemuda yang mengikutinya dididiknya secara khusus hingga ada yang menjadi imam. Bersama pemuda-pemuda itu, Yohanes merencanakan pendirian sebuah kongregasi untuk imam-imam projo. Tetapi ia mendapat tentangan politis yang hebat dari pihak penganut aliran sesat di Lucca. Yohanes kemudian dibuang dari Lucca selama masa-masa akhir hidupnya.

Dari tempat pembuangan itu, ia terus mendorong para pengikutnya agar tetap setia pada rencana pendirian kongregasi itu. Ia sendiri pergi ke Roma untuk menyampaikan rencana pendirian kongregasinya itu kepada Paus. Di sana ia mendapat bantuan istimewa dari Santo Philipus Neri.

Dalam pada itu keprihatinannya yang besar pada bangsa-bangsa kafir yang belum mengenal Injil Kristus, mendorong dia untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bagi imam-imam misionaris yang mau bekerja di luar negeri bagi penyebarluasan iman Kristiani. Lembaga ini kemudian terkenal dengan nama ‘Kongregasi Penyebaran Iman’ (Propaganda Fide). Untuk maksud itu, ia menyusun sebuah ‘Kompendium’ yang memuat ajaran-ajaran dasar Gereja.

Dengan lembaga ini Yohanes Leonardi dan para imam pendukungnya menjadi sarana Tuhan untuk mempertahankan harta kekayaan iman Gereja. Kongregasinya disahkan oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1595. Yohanes wafat dalam usia 68 tahun pada tanggal 9 Oktober 1069, dan dinyatakan sebagai ‘santo’ oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tahun 1938.

Doa Penutup

Ya Yesus, ajarilah aku bahasa cinta-Mu. Biarlah aku mencintai sesamaku dengan cinta-Mu sendiri, hingga aku juga mampu memaafkan dan mengampuni orang yang menyakiti hatiku serta mengasihi dan mendoakannya. Ya Nama Tersuci Maria, Bunda Yesus, kuatkanlah imanku. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini