Kamis, November 21, 2024
32.3 C
Jakarta

Thomas Aquinas: Hidup dalam Iman dan Akal Budi

NAPOLI, Pena Katolik – Pemikiran St. Thomas Aquinas yang digerakkan oleh cinta sejati akan kebenaran, dicirikan oleh semangatnya yang tajam. Ia meletakkan dasar bagi apa yang kita pahami saat ini sebagai “sains teologis” atau “teologi sistematis”. Lahirnya pemikiran ini menandai dialog antara iman dan akal budi, kepercayaan dan pengetahuan, teologi dan filsafat.

Thomas Aquinas lahir di Roccasecca, dekat Aquinas, Naples, pada tahun 1225. Ia menempuh pendidikan awalnya dengan para biarawan dari biara Benediktin Montecassino, yang terletak di dekat kastil milik orang tuanya. Ia melanjutkan pendidikan di Universitas Napoli, tempat ia menonjol karena kecerdasannya yang tajam.

Pada awal ketertarikan Thomas untuk bergabung dengan Ordo Pewarta (Ordo Praedicatorum), yang baru dibentuk, ia menghadapi tentangan keras dari keluarganya. Orang tuanya tidak setuju. Mereka tidak terima, pemuda cerdas itu harus menjadi bagian dari ordo pengemis. Dominikan saat itu memang dinilai kurang bergengsi.

Thomas kemudian melarikan diri ke Jerman. Dalam perjalanan, ia dicegat dan ditangkap oleh saudara-saudaranya sendiri. Ia dibawa kembali ke Roccasecca. Keluarga mengurungnya di kastil keluarga. Ia dikurung selama dua tahun. Bukanya mengeluh, ia meluangkan waktu mempelajari Kitab Suci, filsafat, dan teologi.

Tidak Menyerah

Saudara-saudaranya melihat Thomas tidak menyerah untuk menjadi seorang religious. Untuk menahan niat ini, mereka membawa seorang pelacur ke dalam selnya. Niatnya untuk mematahkan tekadnya. Namun, orang suci itu tidak menyerah.

Thimas akhirnya dibebaskan dari penjara, dan pindah ke Cologne, Jerman. Di sana, ia bertemu dengan Pastor Albertus OP, yang kelak dikenal sebagai St. Albertus Magnus. Thomas bergabung dengan kelompok murid-murid Pastor Albertus. Saat itu, teman-teman Thomas menganggapnya bodoh. Saat itu, Thomas terlihat gemuk dan pendiam.

Suatu hari, seorang teman sekelas meminta catatan Thomas. Catatan itu akhirnya dilihat juga oleh Pastor Albert. Sang guru, setelah memeriksa catatan-catatan itu, berkomentar yang membuat semua terkejut.

“Kalian memanggilnya ‘si lembu bodoh’, tetapi lembu ini suatu hari akan memenuhi seluruh dunia dengan lenguhannya.”

Selain kecerdasannya, hati Thomas penuh dengan pengabdian. Ia biasa menghabiskan banyak waktu dalam doa dan rekoleksi. Thomas sedapat mungkin mengungkapkan cintanya yang besar kepada Ekaristi.

Setelah belajar dengan tekun, Thomas lulus sebagai doktor teologi dari Universitas Paris. Saat itu pada usia 27 tahun, ia menjadi dosen.

Pelayan dan guru

Berdedikasi pada studi dan pengajaran, Thomas merasa perlu untuk membuat karya sistematis yang di dalamnya tema-tema utama tentang Tuhan. Hal ini mendorongnya untuk memulai menulis sebuah kompendium terperinci, yang disebutnya “Summa Theologica”. Kelak, karya ini menjadi karya terpentingnya.

“Summa” terdiri dari 14 jilid yang di dalamnya pengetahuan filosofis, teologis, dan ilmiah. Karya ini dipengaruhi para filsuf Yunani besar seperti Aristoteles. Karya ini kemudian menjadi salah satu teks utama yang dirujuk selama Konsili Trente. Selama berabad-abad karya ini menuai ledakan komentar, pengembangan, dan refleksi yang berlanjut hingga saat ini.

Pemikiran St. Thomas Aquinas dianggap sebagai puncak “skolastisisme”, gerakan budaya tempat Thomas menjadi anggotanya, dan bahkan ada yang menjuluki sebagai puncak dari semua doktrin Kristiani.

Bagian penting dari pengembangan Summa Theologica adalah lima cara untuk menunjukkan keberadaan Tuhan (diklasifikasikan sebagai “bukti”). Thomas berargumen mendukung akal budi sebagai kemampuan yang mampu menegaskan, dengan pasti, bahwa Tuhan itu ada. Pengenalan akan Allah adalah sangat mungkin dilakukan, setidaknya pada tahap awal, dengan cara rasional dari alam sebagai akibat atau ciptaan.

Di sinilah, Thomas meletakkan dasar-dasar refleksi teologi tentang keberadaan Allah. Karya Thomas menjadi landasan untuk meletakan iman agar berjalan beriringan dengan pengembangan akal budi.

Gereja merayakan kesucian St. Thomas Aquinas Setiap tanggal 28 Januari. Ia adalah santo pelindung para pelajar, filsuf, dan teolog. Santo Thomas menyandang gelar “pujangga Gereja”. Julukan ini mencerminkan besarnya pengaruh pemikirannya. Nama Universitas Angelicum di Roma, Italia adalah penghormatan untuk namanya sebagai “Doctor Angelicum”, ‘doktor malaikat’. Setelah berabad-abad kepergiannya, ia tetap menjadi titik acuan bagi mereka yang mempelajari filsafat dan teologi. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini