Rabu, Desember 25, 2024
27 C
Jakarta

Khas Fransiskan Dalam Perlindungan Bumi dan Manusia

Pontianak, Pena Katolik| Kesederhanaan sebagai Landasan Perlindungan Alam, saya pikir semua yang mengenal teladan dari Santo Fransiskus dari Assisi yang selalu memandang alam sebagai bagian integral dari ciptaan Tuhan memang menjadi keutamaan untuk dihormati dan dilindungi.

Dalam tulisan Laudato Si’ yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada 24 Mei 2015, konsep kesederhanaan Fransiskus diterapkan sebagai panggilan untuk merawat bumi, terutama dalam konteks modern di mana eksploitasi lingkungan menjadi isu global.

Paus Fransiskus mengutip Santo Fransiskus untuk menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghindari gaya hidup yang merusak lingkungan.

Di Kalimantan Barat, ancaman terhadap lingkungan sangat nyata, terutama dengan adanya deforestasi besar-besaran.

Menurut laporan dari Environmental Investigation Agency (EIA) pada 5 Maret 2023, deforestasi di Kalimantan Barat mencapai tingkat kritis, dengan lebih dari 1,5 juta hektar hutan hilang dalam dua dekade terakhir akibat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.

Kesederhanaan yang diajarkan oleh Santo Fransiskus dapat menjadi dasar moral yang kuat untuk melindungi alam di wilayah Kalbar, dilain sisi mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengelola sumber daya alam.

Dalam Homili Uskup Agustinus diberbagai kesempatan, zaman Fransiskan Belanda masuk ke Kalimantan Barat, ‘mukjizat’ nyata yang mereka perbuat untuk Bumi Kalimantan pertama-tama adalah pendidiikan (supaya orang pintar), Rumah Sakit (agar orang sembuh) dan menanam karet (agar ekonomi maju).

Teladan dan perbuatan itu menjadi khas Fransiskan yang akhirnya kini peradaban di Kalimantan Barat menjadi fondasi dan kemudian masyarakat secara umum bisa menghadapi perubahan.

Keterkaitan dengan Isu Human Trafficking

Santo Fransiskus jelas sekali mengajarkan tentang nilai intrinsik setiap manusia, yang harus dihormati dan dilindungi dari segala bentuk eksploitasi.

Isu perdagangan manusia adalah salah satu bentuk eksploitasi yang paling serius, terutama di daerah-daerah yang rawan seperti Kalimantan Barat.

Berdasarkan laporan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang diterbitkan pada 10 Desember 2022, Kalimantan Barat telah menjadi salah satu jalur utama perdagangan manusia di Indonesia, dengan banyak korban yang berasal dari komunitas miskin di pedalaman.

Pendekatan kesederhanaan Fransiskus mengingatkan kita akan perlunya memperlakukan setiap orang dengan martabat dan kasih sayang.

Fransiskus menolak segala bentuk penindasan dan memperjuangkan keadilan bagi semua orang. Ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperkuat kebijakan anti-perdagangan manusia di Kalimantan Barat dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi mereka yang rentan terhadap eksploitasi .

Santo Fransiskus Asissi (Gambar ilustrasi – berbagai sumber)

Konteks Kalimantan Barat dan Tantangannya

Kalimantan Barat, dengan kekayaan alamnya, menghadapi tantangan serius dalam melindungi lingkungan dan manusia.

Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF) yang dipublikasikan pada 15 Juni 2023, Kalimantan Barat kehilangan sekitar 80.000 hektar hutan setiap tahun akibat deforestasi yang disebabkan oleh penebangan liar dan ekspansi perkebunan.

Selain itu, isu perdagangan manusia juga menjadi perhatian serius, di mana laporan International Organization for Migration (IOM) pada 22 Januari 2023 mencatat peningkatan kasus perdagangan manusia di wilayah ini, terutama di daerah perbatasan.

Pesan Santo Fransiskus tentang kesederhanaan dan cinta terhadap semua ciptaan memberikan panduan moral yang kuat untuk menghadapi tantangan ini.

Kehidupan dan ajarannya menginspirasi perlunya keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan, serta urgensi untuk melindungi martabat manusia dari segala bentuk eksploitasi .

Rapat JPIC KALBAR (2024)

Perlindungan Manusia dan Alam

Dalam menghadapi tantangan yang dihadapi Kalimantan Barat, kita perlu memulai gerakan sadar yang berakar pada prinsip-prinsip kesederhanaan dan cinta kasih yang diajarkan oleh Santo Fransiskus.

Gerakan ini harus mencakup upaya-upaya nyata untuk melindungi lingkungan dan melawan perdagangan manusia, yang keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Refleksi ini didasarkan pada ajaran Fransiskus yang diterjemahkan dalam konteks modern, seperti yang diuraikan dalam Laudato Si’.

Ini mengajak kita untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana dan lebih peduli terhadap lingkungan, serta memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas. Dengan langkah-langkah kecil namun bermakna, kita dapat menjadi bagian dari solusi, baik dalam melindungi alam maupun dalam memperjuangkan hak-hak manusia di Kalimantan Barat. [Sam].

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini