Kamis, November 21, 2024
33.5 C
Jakarta

Mengenal Kitab Nahum, Kitab Kenangan Kejatuhan Niniwe

JAKARTA, Pena Katolik – Tema Bulan Kitab Suci Nasional 2024 adalah “Tuhan itu baik, tempat perlindungan pada waktu kesusahan.” (Nahum 1:7). Tema ini diambil dari bab pertama Kitab Nahum, salah satu dari Kitab Perjanjian Lama yang ada dalam Deuterokanonika, versi Kitab Suci yang digunakan dalam Gereja Katolik.

Kitab Nahum (disingkat Nahum; akronim Nah) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian. Nahum masuk dalam kelompok nabi-nabi kecil pada Perjanjian Lama di dalam Alkitab.

Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama “Dua Belas Nabi”, yang termasuk dalam kelompok Nevi’im, atau yang lebih tepatnya dalam kelompok nabi-nabi akhir.

Tahun Penulisan

Sejauh ini, dipercaya bahwa Kitab Nahum ditulis sekitar tahun 612 SM. Pertama-tama, kitab ini pertama-tama disusun sebagai liturgi tahun baru untuk perayaan musim gugur. Sejumlah ahli mengatakan, kitab ini ditulis setelah jatuhnya Niniwe. Untuk itu, kitab ini diumpamakan sebagai nyanyian “lagu pembebasan”.

Seperti beberapa kitab dalam Perjanjian Lama, nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Nahum.

Nahum adalah seorang “nabi kecil” dari Elkosh. Ia diperkirakan menjadi nabi pada saat Yehuda berada di bawah jajahan Kekaisaran Asyur. Nama “Nahum” berarti ‘menghibur’. Kata ini merupakan serapan dari bahasa Ibrani: נַחוּם‎ (Nakhum), dari kata נַחֵם (nakhem), yang berarti ‘menghibur, melipur’.

Latar Belakang Sejarah

Sebagai “kitab pembebasan” atau “penghiburan”, Kitab Nahum ditulis untuk memperingati jatuhnya kota Niniwe, ibu kota bangsa Asiria (2 Raja–raja 19:36; Yunus 1:2; Yunus 3:1).

Ketika itu, Nahum bernubuat bagi Asyur antara tahun 663. Saat itu, tentara Asyurbanipal mengalahkan tentara Mesir dan menjatuhkan ibu kotanya serta tahun 612, ketika Niniwe direbut orang Babel.

Semasa hidup, Nahum berkarya di tengah-tengah bangsa Israel. Saat itu Asyur masih di puncak kekuasaan dan memerintah dengan keras dan kejam. Kekejaman ini salah satunya dengan membuang penduduk-penduduk jajahan mereka dari negeri asal mereka ke negeri yang jauh, sehingga kebanyakan diantaranya mati di tengah jalan.

Asyur memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak. Mereka juga menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian. Nyaris di keseluruhan Alkitab, Asyur digambarkan selalu negative, terutama dalam Kitab Nahum.

Asyur digambarkan bersikap seperti seekor singa betina, menerkam rezeki rakyat dan “memangsa” anak-anaknya (2:12). Intinya, mereka menindas rakyat.

Sementara itu, Niniwe merupakan kota penumpah darah yang selalu merampas dan tiada henti menerkam(3:1). Niniwe seperti perempuan sundal yang cantik parasnya namun juga ahli dalam sihir (3:4).

Dalam situasi demikian ini, Nahum tampil. Ia bernubua, dan memberitahukan tentang Allah. Ia kemurian mengajar orang-orang Yehuda untuk menanti-nantikan Tuhan. Perjuangan ini dilakukan Nahum, sekalipun masyarakat berada di dalam situasi yang suram.

Unsur Teologis

Syair pertama dari kitab ini menggambarkan Allah sebagai hakim untuk seisi dunia. Namun Allah itu juga sekaligus pencemburu, pembalas, dan pendendam bagi mereka yang bersalah.

Allah yang maha adil sangat menentang tindakan ketidakadilan dan ketidakberkemanusiaan. Dengan menjalani suatu kehidupan yang beriman, yang ditentukan oleh Allah, maka orang dapat lepas dari kemarahan Allah.

Gambaran ini seperti konsep “tabur-tuai”: barangsiapa hidup dengan ketidakadilan, ia mati dalam ketidakadilan; barangsiapa hidup dalam kejahatan, akan dirangkul oleh kejahatannya sendiri. Sebaliknya, seorang yang hidup dengan takut akan Allah, ia akan memperoleh kabaikan.

Gambaran keseluruhan Kitab Nahum berusahakan menekankan akan adanya kesamaan hak dan keadilan bagi semua manusia. Hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia nyata digambarkan dengan jelas melalui penggambaran hubungan antara Allah dengan bangsa Israel dan Yehuda. Allah mengasihi umat-Nya.

Kitab Nahum menunjukkan patokan-patokan etis serta sikap moral sebagai bentuk nyata dari hubungan manusia dan Allah. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini