Kamis, September 19, 2024
26.2 C
Jakarta
spot_img

Pemerintah Tiongkok Akhirnya Mengakui Seorang Uskup yang Ditunjuk Vatikan pada Tahun 1982

BEJING, Pena Katolik – Uskup Tianjin, Mgr. Melchior Shi Hongzhen, yang kini berusia 94 tahun, akhirnya menerima pengakuan resmi dari otoritas politik Tiongkok. Pengakuan ini sebagai hasil dari perjanjian Vatikan-Tiongkok.

Tahta Suci mengumumkan “dengan rasa puas” pengakuan hukum Tiongkok terhadap Mgr. Shi Hongzhen ini dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 27 Agustus 2024. Untuk pertama kalinya, Beijing mengakui seorang uskup yang telah dipilih Roma.

Mgr. Shi Hongzhen dipilih Roma bahkan sebelum perjanjian pastoral bersejarah, Sino-Vatikan, tentang pengangkatan uskup di Tiongkok, yang diratifikasi kedua belah pihak pada tahun 2018.

Pengakuan ini dianggap menandai langkah lebih lanjut dalam pemulihan hubungan antara Tiongkok dan Tahta Suci. Hal ini terjadi tiga bulan setelah pengangkatan uskup ke-10 oleh kedua belah pihak berdasarkan ketentuan perjanjian tahun 2018.

Vatikan menggambarkan pengakuan ini sebagai “buah positif” dari dialog yang dibangun selama bertahun-tahun, antara Takhta Suci dan pemerintah Tiongkok.

Tidak Diakui Selama 42 tahun

Mgr. Shi Hongzhen lahir pada tahun 7 Januari 1929. Ia ditahbiskan secara diam-diam sebagai imam pada tahun 1954. Tahbisan ini terjadi lima tahun setelah kemenangan Komunis. Mgr. Shi Hongzhen kemudian ditahbiskan sebagai uskup pembantu Tianjin pada tahun 1982 atas penunjukan oleh Roma.

Pada tahun 2019, Mgr. Shi Hongzhen menjadi Uskup Tianjin setelah kematian pendahulunya. Namun, pada saat itu, pengangkatannya tidak didukung oleh pemerintah karena ia bukan anggota Asosiasi Patriotik. Badan ini dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk mengawasi Gereja resmi.

Sejak saat itu, Mgr. Shi Hongzhen menjadi tahanan rumah. Hingga pengakuannya ini kemungkinan status tahanan rumah untuk Mgr. Shi Hongzhen akan dicabut. Akhirnya, di senja hidupnya yang panjang, Mgr. Shi Hongzhen melihat jabatannya diakui oleh otoritas negaranya.

Keuskupan Tianjin terletak di tenggara Beijing, memiliki 56.000 umat beriman di 26 paroki. Keuskupan ini dilayani 62 imam dan sejumlah besar biarawan, demikian laporan Takhta Suci.

Pengakuan ini menegaskan dinamika positif hubungan antara Takhta Suci dan Republik Rakyat Tiongkok. Keputusan ini diberikan hanya beberapa minggu sebelum berakhirnya perjanjian sementara tahun 2018. Perjanjian ini berlaku selama dua tahun dan diperbarui pada tahun 2020 dan 2022.

Perjanjian ini akan diperbarui lagu pada Oktober 2024. Takhta Suci telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk melihat perjanjian ini diperdalam.

Dialog Berlanjut

Beberapa bulan lalu, Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin berbicara tentang “penghargaan besar” Paus Fransiskus bagi rakyat Tiongkok. Ia menyebutkan langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan hubungan Vatikan dengan Beijing.

“Jika ada ‘keterbukaan dari pihak Tiongkok’, Paus Fransiskus akan pergi ke sana ‘segera’,” kata Kardinal Parolin kepada wartawan di sela-sela konferensi di Roma pada 20 Juni 2024 ini.

Pejabat Vatikan nomor 2 itu mengatakan bahwa Takhta Suci sedang berupaya untuk meningkatkan perjanjian Sino-Vatikan, yang dikritik oleh banyak pihak.

“Kami sedang berdialog sebagaimana yang telah kami lakukan selama beberapa waktu. Kami juga berusaha menemukan prosedur terbaik untuk penerapan Perjanjian, yang akan diperbarui pada akhir tahun ini.”

Perbaikan Hubungan

Paus Fransiskus menghargai “Paus Argentina tersebut dengan “warisan Jesuitnya” dalam karya Gereja di Tiongkok. Jesuit adalah salah satu kongregasi yang menyebarkan Injil ke Tiongkok.

Sejak awal kepausannya, Paus telah membina hubungan yang lebih dekat antara Gereja Katolik dan Tiongkok di bawah Xi Jinping. Meskipun hubungan tersebut rumit dan terkadang menegangkan, Paus Fransiskus secara terbuka memberikan penghormatan kepada orang-orang Tiongkok.

“Orang-orang yang mulia ini, sangat berani, yang memiliki budaya yang begitu indah,” ujar Paus Fransiskus.

Kemungkinan Kunjungan

Mengenai kemungkinan perjalanan Paus ke-266 ke Tiongkok, Kardinal Parolin menganggap prospek itu terlalu dini. Paus Fransiskus bersedia dan memang ingin pergi ke Tiongkok. Namun, Kardinal Parolin menegaskan kemungkinan ini bisa terjadi jika ada keterbukaan dari Tiongkok.

“Jika ada keterbukaan dari pihak Tiongkok, Paus juga akan segera pergi,” imbuh Kardinal Parolin.

Peringatan Sinode Shanghai

Beberapa bulan lalu, Universitas Urbaniana Roma, Kardinal Parolin mempersembahkan sebuah buku tentang Kardinal Celso Costantini (Il Cardinale Celso Costantini e la Cina – Costruttore di un ponte tra Oriente e Occidente, karya Mgr. Bruno Fabio Pighin, diterbitkan oleh Marcianum Press). Kardinal Italia itu adalah salah satu arsitek Concilium Sinense, sinode pertama dan satu-satunya Gereja Katolik di Tiongkok. Sinode ini juga dikenal sebagai “Sinode Shanghai”, yang diadakan pada tahun 1924.

Gereja merayakan seratus tahun sinode tahun ini. Paus Benediktus XV menyerukan Sinode Shanghai dengan surat apostoliknya Maximum Illud (1919), dan itu terjadi pada musim semi tahun 1924. Tujuannya adalah untuk mempercepat otonomi dan penetrasi Gereja yang saat itu sepenuhnya dijalankan oleh misionaris asing ke dalam masyarakat Tiongkok, dan untuk menjauhkannya dari pengaruh kekuatan asing.

Pada tanggal 21 Mei 2024, Takhta Suci menyelenggarakan seminar yang dihadiri oleh Mgr. Joseph Shen Bin, Presiden Konferensi Waligereja Tiongkok (yang belum diakui oleh Vatikan) dan Uskup Shanghai. Dalam pesan video yang dikirim kepada peserta seminar, Paus Fransiskus menekankan pentingnya Gereja Tiongkok “bersekutu dengan uskup Roma”. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini