Selasa, Desember 24, 2024
27.3 C
Jakarta

Paus Fransiskus dan Kunjungannya ke Indonesia

JAKARTA, Pena Katolik – Paus Fransiskus akan melakukan Kunjungan Kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024. Indonesia akan menjadi negara pertama dalam rangkaian kunjungan Paus Fransiskus ke kawasan Asia Pasifik, yang diikuti kunjungan ke Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura.

Awalnya, kunjungan ini akan diadakan pada tahun 2020. Namun, rencana ini urung karena pandemic Covid-19. Sebab itu, undangan rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Kembali disampaikan setidaknya dua kali, oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Quomas dan terakhir disampaikan melalui Nunsius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2024.

Pengumuman kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pertama kali disampaikan Yaqut pada 31 Maret 2024.

Arti Penting

Kunjungan Paus ke Indonesia memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia, tidak hanya bagi umat Katolik, namun juga bagi seluruh umat beragama. Kunjungan ini diharapkan akan memperkuat pesan toleransi, persatuan dan perdamaian dunia.

Kunjungan ini merupakan kehormatan bagi bangsa Indonesia.

Bagi umat Katolik Indonesia, kedatangan Paus Fransiskus merupakan hal yang ditunggu-tunggu mengingat kunjungan terakhir Bapa Suci ke Indonesia dilakukan tahun 1989 saat Gereja Katolik Roma dipimpin Paus Yohanes Paulus II. Sebelumnya, Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia pada 1970.

A Agus Sriyono (Duta Besar RI untuk Takhta Suci 2016-2020) mengatakan, kunjungan kenegaraan Paus ke Indonesia, lebih dalam kapasitas sebagai kepala negara dari Takhta Suci. Vatikan menyebut kunjungan Paus ini sebagai “the Apostolic Journey of Holy Father to Indonesia”. Di sini dapat juga dipahami, kunjungan Paus ke Indonesia sebagai kehadiran Paus di tengah umatnya.

Vatikan adalah negara kedua yang mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Mesir. Selanjutnya, Vatikan membuka misi diplomatiknya di Jakarta tahun 1947 pada tingkat ”apostolic delegate”. Adapun hubungan diplomatik secara resmi dibuka pada 1950.

Inilah mengapa, kunjungan Paus memiliki arti penting. Meskipun sebagai sebuah entitas negara kecil, pengakuan Vatikan ini memiliki pengaruh yang besar bagi pengakuan-pengakuan dari negara lain.

Secara politik, sebagai sebuah negara berdaulat, saat ini Takhta Suci memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia. Meski Takhta Suci secara resmi menyatakan tidak berpolitik praktis. Negara ini memiliki perhatian besar terhadap pentingnya perdamaian dunia.

Kerukunan antarumat beragama

Kunjungan Paus Fransiskus kali ini juga tertuju pada pentingnya kerukunan antarumat beragama. Sebelumnya di Abu Dhabi, Paus menandatangani Deklarasi Persaudaraan Umat Manusia bagi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama.

Dokumen ini menjadi bersejarah dan menjadi penguat bagi bangunan kerukunan antar agama di seluruh dunia. Dokumen ini ditandatangani Paus Fransiskus dan Sheikh Ahmad el-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, pada 4 Februari 2019. Deklarasi ini tentu relevan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Nyatanya, Indonesia adalah negara beragam dalam hal penganut agama.

Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik memiliki pengaruh besar bagi umat Katolik di dunia. Ia memiliki pengaruh spiritual terhadap lebih dari 1,2 miliar umat Katolik sedunia. Untuk itu, dalam lawatan ke Indonesia kali ini, penguatan kerukunan hidup antarumat beragama merupakan hal yang sangat penting.

Di samping pertemuan kedua kepala negara, pertemuan Paus Fransiskus dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia atau Imam Besar Masjid Istiqlal dan para pemimpin umat beragama di Indonesia sangat diperlukan.

Lingkungan hidup

Selanjutnya, kedatangan Paus Fransiskus tentu membawa serta pewartaan ajarannya yang tertuang dalam ensiklik Laudato Si’. Ia mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali. Laudato Si’ menjadi ensiklik raksasa yang membicarakan ibu bumi sebagai rumah bersama.

“Our common home is like a sister with whom we share our life and a beautiful mother who opens her arms to embrace us.” Paus Fransiskus menyerukan pertobatan ekologis, yakni ketika manusia menjadikan kepedulian terhadap lingkungan sebagai bagian dari iman. Pertobatan ini menuntut silih ekologi, yang perlu diwujud nyata dalam hidup sehari-hari.

Kunjungan ini dapat dimaknai sebagai seruan moral bagi Indonesia. Negara ini juga dipanggil untuk meningkatkan upaya merawat lingkungan hidup.  

Sejauh ini, berbagai kegiatan untuk merawat bumi telah dilakukan pula oleh umat Katolik Indonesia. Di level KWI, karya ini dikembangkan dalam komisi-komisi juga lembaga-lembaga Gereja seperti Caritas Indonesia. Nama yang terakhir ini menjadi bagian dari gerakan Caritas di seluruh dunia yang sejak lama menjadi salah satu ujung tombak Vatikan dalam menyebarkan ajaran-ajaran dalam Laudato Si’. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini