Selasa, September 17, 2024
28.6 C
Jakarta
spot_img

Bacaan dan Renungan Kamis, 5 September 2024, Pekan Biasa ke-XXI (Hijau) HARI KE-3 PAUS FRANSISKUS DI INDONESIA

Bacaan Pertama 1Kor 3:18-23

Semuanya itu milik kalian, tetapi kalian milik Kristus,dan Kristus milik Allah.

Saudara-saudara, Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika di antara kalian ada yang menyangka dirinya berhikmat menurut penilaian dunia ini, hendaknya ia menjadi bodoh untuk menjadi berhikmat. Sebab hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah.

Sebab ada tertulis:”Allah menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri.” Dan di tempat lain, “Tuhan tahu rancangan-rancangan orang berhikmat; sungguh, semuanya sia-sia belaka!”

Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia,sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas,baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun yang akan datang. Semua itu milik kalian, tetapi kalian milik Kristus, dan Kristus milik Allah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6

Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,jagat dan semua yang diam di dalamnya.Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan,dan tidak bersumpah palsu.

Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah,  penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bait Pengantar Injil Mat 4:19

Refrain: Aleluya, Aleluya, Aleluya

Mari, ikutilah Aku, sabda Tuhan,dan kalian akan Kujadikan penjala manusia.

Bacaan Injil Luk 5:1-11

Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Pada suatu ketika Yesus berdiri di pantai danau Genesaret. Orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan sabda Allah. Yesus melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Setelah berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”Simon menjawab,”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga.”

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain, supaya mereka datang membantu. Maka mereka itu datang, lalu mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Melihat hal itu Simon tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa.” Sebab Simon dan teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap.

Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Yesus lalu berkata kepada Simon, “Jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.”Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat,mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Keheningan Hati

Dalam doa-doa, kita melakukan banyak hal: menaikkan syukur, menghaturkan pujian, memanjatkan permohonan, juga curhat dan berkeluh-kesah. Namun, berdoa adalah berdialog dengan Tuhan. Maka, kita juga perlu mendengarkan suara Tuhan. Henry Nouwen bahkan berkata, berdoa itu terutama adalah mendengarkan suara Tuhan.

Namun, seperti dunia di sekitar kita, hati kita-tiap waktu, sepanjang hayat-dipenuhi pelbagai pikiran, perasaan, hasrat, kecenderungan, kepentingan, keinginan, penolakan, keterikatan, pengingkaran, dll. yang desak-mendesak, tarik-menarik, berebut dominasi atas diri kita. Tidak ada korban berdarah-darah di dalam sana, tetapi hiruk-pikuk kekisruhan di sana tidak kalah gemuruh dibandingkan dunia yang terhampar di hadapan kita.

Oleh karena itulah Rasul Petrus berpesan, “Kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” Mengapa demikian? Karena pada akhirnya bukan situasi di luar, melainkan hati kitalah yang menentukan. Sunyi dan hening suasana di luar tidak memberi kita jaminan untuk mendengarkan suara Tuhan selama hati kita gemuruh oleh pelbagai hal yang berebut dominasi atas diri kita. Ketika kita hendak mendengarkan suara Tuhan, yang kita perlukan adalah keheningan hati, agar hanya suara Tuhanlah yang kita dengar.

Firman Tuhan sungguh benar. Kala keheningan dan keteduhan menguasai hati serta pikiran kita, ketika itulah kita siap untuk mendengarkan dan menerima pesan Tuhan atas diri kita, atas tiap pertanyaan dan pergumulan kita, bahkan atas segalanya.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini