VATIKAN, Pena Katolik – Sepuluh tahun telah berlalu sejak 13 Maret 2013, hari dimana Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, Kardinal Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi pengganti Petrus. Kepausan Fransiskus ditandai dengan hasrat untuk evangelisasi dan perjalanan untuk mereformasi Gereja. Di tangan Fransiskus, Gereja dibuat lebih misionaris.
Ketika konklaf hari kedua, Kardinal Bergoglio duduk tepat di samping Uskup Agung Emeritus Sao Paulo, Kardinal Claudio Hummes. Ketika suara yang memilih Kardinal Bergoglio semakin banyak, dan sepertinya ia akan terpilih, seketika Kardinal Hummes memeluknya. Dengan suara pelan, Perfek Emeritus Kongregasi untuk Imam ini berpesan kepada Kardinal Bergoglio.
“Jangan lupakan orang miskin,” demikian kata Kardinal Hummes kepada Kardinal Bergoglio yang saat itu suara pemilih sepertinya sudah mengarah pada terpilihnya cardinal asal Argentina itu untuk menjadi Paus.
Bisikan itu kemudian terus terngiang dalam pikiran Kardinal Bergoglio. Sampai, ia pun lalu teringat pada St. Fransiskus Asisi. Begitulah, nama “Fransiskus” terus terngiang dalam diri Kardinal Bergoblio hingga akhirnya ia pun memilih nama itu.
“Bagi saya, saudara dina itu saudara perdamaian, dan saudara yang menunjukkan cinta yang besar pada ciptaan. Di mana saya juga mengingat, relasi manusia dengan alam ciptaan sedang tidak bagus-bagusnya, Seperti itulah, saya menginginkan Gereja menjadi “miskin” dan ada untuk orang miskin,” ujar Paus Fransiskus mengenang saat mengenang saat keterpilihannya.
Kisah pemilihan nama ini juga diingat Perfek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa, Kardinal Luis Antonio Tagle. Ketika nama Fransiskus muncul, semua Kardinal saling berbisik satu dengan yang lain. Awalnya, beberapa orang mengira Paus Fransiskus mungkin telah memilih namanya untuk menghormati misionaris suci Navarra, Fransiskus Xaverius, yang merupakan salah satu pendiri Serikat Yesus. Hal ini bisa dipahami, mengingat Kardinal Bergoglio juga memrupakan seorang imam Jesuit.
Kardinal Tagle menjadi saksi ketika Kardinal Bergoglio dengan cepat menjelaskan siapa Fransiskus yang ia maksud. Bukan Xaverius, namun yang dimaksud Kardinal Bergoglio adalah Fransiskus Asisi, ia yang miskin.
“Ketika Paus memilih nama Fransiskus, semua orang (Kardinal-red) saling berbisik, ‘Fransiskus apa? Xaverius?’ Namun dengan cepat ia menklarifikasi, Fransiskus yang miskin, Fransiskus Asisi,” kenang Kardinal Tagle, salah satu peserta dalam konklaf 13 Maret 2013.
Atas pilihan nama ini, Vatikan kemudian juga mengklarifikasi sejak awal bahwa senama Paus sebenarnya adalah Fransiskus dari Assisi. Nama ini para akhirnya menjadi peta jalan Paus Fransiskus. Ia terbukti membawa Gereja untuk semakin ada untuk orang miskin dan peduli pada alam semesta.
Jesuit, Fransiskan, dan Dominikan
Sehari setelah pemilihannya, Paus Fransiskus, dalam tindakan pertamanya sebagai Paus, mengunjungi Basilika Santa Maria Maggiore, di mana dia berhenti sejenak untuk berdoa di makam Paus St Pius V. Paus Yesuit bernama Fransiskus itu berdoa di sana di depan orang suci Dominikan.
Tetapi, kunjungan itu masih memiliki simbol yang bahkan lebih dalam. Paus Pius V adalah seorang pembaru Kuria Roma yang terkenal. Ia terkenal karena berjalan di istana yang dingin, lantai marmer tanpa alas kaki apostolic. Karena kasih sayang dan perhatiannya yang khusus kepada orang miskin di Roma. St Pius V bahkan mendahului festival adat yang diadakan untuk paus baru yang terpilih dan sebagai gantinya memberikan uang kepada orang miskin. St Pius V juga secara pribadi mencuci kaki dan merawat yang sakit.
Dari gambaran di hari pertama kepausan ini terlihat jelas perjalanan kepausan Fransiskus selanjutnya. Ia adalah pembaru untuk Gereja. Lihat saja selama 10 tahun ini, ia praktis membongkar semua yang ada. Mulai dari persoalan keuangan Vatikan hingga sekandal seksual yang sudah lama menjadi nanah dalam Gereja. Paus juga pergi ke penjara dan di luar kebiasaan, ia mencuci dan membasuh kaki para tahanan. Puncaknya, ia menjadikan Laudato Si’ sebagai jiwa dari kepausannya. Di sini, spiritualitas St Fransiskus Asisi begitu terlihat, ketika dalam ensiklik ini, Paus Fransiskus menunjukkan kepada dunia, apa yang seharusnya dilakukan terhadap “Ibu Bumi” rumah bersama.
Santa Marta yang Sederhana
Homili harian Paus selama Misa yang dia persembahkan dan khotbahkan dari Wisma Santa Marta memberikan wawasan tentang kehidupan spiritual yang dihargai secara luas di seluruh Gereja. Selama bertahun-tahun, sekitar 50 orang setiap hari bergabung dengannya untuk Misa itu.
Pada Minggu Paskah 2013, foto Paus Fransiskus menghebohkan dunia. Saat ia mengadakan audiensi umum di Lapangan Santo Petrus setelah Misa. Paus memeluk Dominic Gondreau yang berusia delapan tahun. Anak laki-laki dengan kelumpuhan otak diangkat oleh orang banyak ke Paus di mobil paus, dan dia dengan lembut memeluknya dan memberkatinya.
Dominic, yang menderita mobilitas fisik yang sangat terbatas, mengangkat tangannya dan meletakkannya di sekitar Paus. Gambar itu menjadi ikonik, dicetak ulang di surat kabar dan dimuat di situs web di seluruh dunia, menunjukkan cinta khusus Paus kepada orang sakit dan cacat. Kecintaan khusus Paus Fransiskus kepada orang miskin mendapat perhatian lebih besar dengan tindakan nyatanya.
Dia secara teratur makan bersama mereka yang mengalami kemiskinan, termasuk pada Hari Orang Miskin Sedunia, yang dia dirikan selama Tahun Yubileum Kerahiman pada tahun 2016. Paus Fransiskus telah mendukung klinik kesehatan keliling di Lapangan Santo Petrus dan merenovasi toilet umum untuk menyediakan kamar mandi. kepada para tunawisma.
Spiritualitas Asisi
Dalam tulisannya, Paus Fransiskus telah menarik perhatian Gereja global pada tema-tema yang disukai pelindungnya. Dalam ensiklik pertamanya, Lumen Fidei, ia menyimpulkan trilogi ensiklik Paus Benediktus XVI tentang kebajikan teologis, menyerukan perhatian khusus diberikan untuk memulihkan terang iman di zaman kita.
Dalam Laudato Si’, yang diawali dengan kidung pujian yang ditulis oleh Fransiskus dari Assisi, Paus Fransiskus mendesak Gereja untuk melakukan upaya yang lebih besar lagi untuk memelihara ciptaan. Di Fratelli Tutti, dia menyerukan kepada para anggota Gereja untuk bekerja demi kebaikan bersama tatanan sosial, memupuk dialog dan perdamaian antaragama.
Doa yang Menyembuhkan
Pada puncak penguncian pandemi Covid-19, Paus Fransiskus mengatur agar pesan urbi et orbi khusus dibuat dari Lapangan Santo Petrus. Dalam adegan yang tak terlupakan, dengan lampu polisi biru berkedip dan api berkelap-kelip, Paus Fransiskus berjalan seorang diri di Lapangan St Petrus.
Lapangan yang biasanya dipenuhi ribuan peziarah, saat itu hanya ada Paus sendiri. Paus memanggil Gereja untuk menaruh kepercayaan kita kepada Kristus, yang akan merawat umat kesayangan-Nya, Gereja, sama seperti Dia pernah merawat para Rasul yang terombang-ambing di tengah badai laut.
Dalam perjalanan apostoliknya, Paus dengan rajin bekerja membina hubungan dengan dunia Islam. Ia adalah Paus pertama yang mengunjungi Irak, melakukan perjalanan ke negara yang dilanda perang untuk menawarkan kesembuhan. Beberapa tahun sebelumnya, Paus Fransiskus mengukir sejarah dengan menjadi Paus pertama yang mengunjungi Semenanjung Arab, melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab pada tahun 2019. Rumah Keluarga Abrahamik, pusat antaragama baru yang mencakup gereja, sinagog, dan masjid, hadir tentang sebagai buah dari ziarah itu. (Antonius E. Sugiyanto)