KINSHASA, Pena Katolik – Tiga imam Misionaris Xaverian asal Italia dan seorang imam diosesan Kongo dibeatifikasi di Uvira, Republik Demokratik Kongo, pada 18 Agustus 2024. Para martir itu adalah Beato Luigi Carrara SX, Beato Giovanni Didoné SX, Beato Vittorio Faccin SX, dan Beato Albert Joubert, seorang imam Keuskupan Uvira. Mereka dibunuh oleh gerilaywan Maois pada tahun 1964 ketika terjadi pemberontakan Kwilu.
“Para martir tidak jatuh begitu saja dari langit,” kata Uskup Agung Kinshasa, Kardinal Fridolin Ambongo OFM Cap. Ia menjadi utusan Bapa Suci pada Misa ini. Ia meyakini keempat martir itu akan menjadi perantara untuk kekekalan dan perdamaian di negara Afrika Tengah.
“Mereka juga bukan makhluk luar biasa. Sebaliknya, para martir adalah orang-orang Kristen seperti kita, seperti Anda dan saya. Hanya saja, mereka menjalani hidup mereka dengan cara yang luar biasa, menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan dan firman-Nya di tengah lingkungan yang terkadang bermusuhan.”
Darah empat martir Kongo ini adalah korban kekejaman gerilyawan anti-agama dalam Pemberontakan Kwilu di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada tahun 1964. Darah mereka telah menjadi benih bagi evangelisasi mendalam di Keuskupan Uvira, seluruh Kongo, dan seluruh Gereja.
Martir Misionaris
Pada bulan Desember 2023, Paus Fransiskus mengakui kemartiran Pastor Luigi, Pastor Giovanni, dan Pastor Vittorio Faccin. Ketiganya adalah imam Misionaris Xaverian kelahiran Italia. Mereka dibunuh di Keuskupan Uvira.
Kardinal Ambongo menyoroti pentingnya empat martir ini bagi umat Tuhan di berbagai negara.
“Beatifikasi ini berarti bahwa Gereja-Gereja lokal kita, khususnya di Republik Demokratik Kongo, Italia, dan Perancis, sekarang dapat memohon perantaraan mereka dan secara terbuka mengabdikan diri mereka kepada mereka.”
“Saya yakin bahwa darah para martir kita yang diberkati, akan memberi kita anugerah perdamaian,” kata Kardinal Ambongo.
Melalui beatifikasi keempat Imam Katolik ini, Gereja mengakui, bahwa kematian fisik tidaklah menang. Namun sebaliknya, Tuhan tidak meninggalkan hamba-hamba-Nya.
“Sebaliknya, Dia menghargai kesetiaan mereka dengan membawa mereka ke surga untuk merenungkan wajah-Nya bersama para malaikat dan dalam persekutuan dengan semua orang suci,” kata Kardinal Ambongo.
Pada puncak pemberontakan tahun 1960-an di Kongo. Para martir ini mempunyai pilihan untuk bersembunyi. Namun, mereka setuju untuk memberikan kesaksian tentang persaudaraan injili dengan tetap berada di tengah umat beriman di Fizi dan Baraka. Kesetiaan mereka dibuktikan sampai pertumpahan darah, sampai kematian.
Beatifikasi tanggal 18 Agustus adalah puncak dari persiapan berbulan-bulan yang dilakukan Keuskupan Uvira. Beatifikasi ini membuat kota itu menjadi hidup dengan kedatangan ribuan peziarah dari seluruh Kongo dan sekitarnya. Doa triduum dan konferensi dua hari mendahului liturgi beatifikasi.
Sekulik Kisah
Beato Carrara, Beato Didoné, dan Beato Faccin dibunuh pada tanggal 28 November 1964, di Baraka dan Fizi, dua lokasi di Keuskupan Uvira.
Saat itu, sebuah jip militer berhenti di Gereja Baraka, dan di tengah kekacauan tersebut, Beato Faccin diperintahkan oleh seorang pemimpin pemberontak untuk menaiki kendaraan tersebut. Penolakannya membawa akibat yang tragis, karena dia ditembak dengan kejam.
Beato Carrara, yang sedang melayani Pengakuan Dosa, keluar dari gereja. Ia berlutut di samping saudaranya yang terjatuh. Solidaritasnya yang tak tergoyahkan ini membuat ia juga kehilangan nyawanya dan menjadi korban kekerasan yang tidak masuk akal.
Beberapa jam kemudian, di Fizi, nasib serupa menimpa Beato Didoné dan Beato Joubert. Skuadron pemberontak tiba tempat itu, dan pemimpinnya mengetuk pintu rumah misi. Tak lama kemudian mereka melakukan hal yang sama kepada Beato Didoné dan Beato Joubert.
Empat Pemberani
Beato Luigi Carrara SX: Hati yang Berani
Beato Luigi Carrara SX lahir pada tahun 1933 di Italia. Ia dikenal karena keberanian dan keyakinannya yang dalam. Sebagai seorang misionaris di Baraka, ia mengabdikan dirinya pada pendidikan dan kepedulian spiritual masyarakat. Kematiannya, bersama saudaranya Vittorio Faccin, menguji ketabahannya dalam iman dan penolakannya untuk meninggalkan misinya, bahkan di saat-saat paling kelam sekalipun.
Beato Giovanni Didonè SX: Hamba yang Tak kenal lelah
Beato Giovanni Didonè SX lahir pada tahun 1930 di Italia. Ia menonjol karena pelayanannya yang tak kenal lelah dan kasihnya kepada mereka yang paling membutuhkan. Bekerja di Fizi, ia menjadi pilar dukungan dan bimbingan spiritual bagi banyak orang. Kemartirannya, bersama dengan pastor diosesan Albert Joubert, merupakan pengingat akan kebrutalan yang mereka hadapi dan komitmen teguh mereka terhadap panggilan mereka.
Beato Vittorio Faccin SX: Saudara yang Penuh Kasih
Beato Vittorio Faccin SX, lahir pada tahun 1934 di Italia. Ia dikenal karena kasih sayang dan dedikasinya terhadap orang sakit dan kurang beruntung. Pekerjaannya di Baraka secara tragis terhenti ketika dia dibunuh oleh pemberontak, sebuah tindakan yang mencerminkan intensitas penganiayaan yang dihadapi para misionaris.
Beato Albert Joubert: Jembatan Antar Budaya
Beato Albert Joubert adalah seorang imam diosesan, bekerja sama dengan para misionaris Xaverian. Karyanya di Fizi dan kemartirannya bersama Giovanni Didonè menyoroti komitmennya terhadap misi dan keberaniannya dalam menghadapi kesulitan.
Warisan Iman dan Pengorbanan
Kemartiran keempat imam ini merupakan warisan besar yang mengingatkan setiap orang akan pentingnya iman dan pengorbanan dalam hidup yang dibaktikan untuk misi. Teladan keberanian, kasih, dan dedikasi mereka terus menginspirasi generasi misionaris dan umat beriman di seluruh dunia.
Beatifikasi mereka merupakan sumber sukacita dan berkat bagi keluarga Misionaris Xaverian dan umat Keuskupan Uvira. Hal ini mengingatkan setiap orang, bahwa meskipun ada kesulitan dan tantangan, pekerjaan Tuhan terus berlanjut, melalui mereka yang bersedia memberikan segalanya karena kasih kepada-Nya dan umat-Nya. (AES)