MANADO, Pena Katolik – Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP) menyelenggarakan Seminar Internasional Memperingati HUT ke-70 di Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara, Sabtu 10 Agustus 2024.
Romo Johanes Haryatmoko SJ mengatakan, dengan membangun kebudayaan yang tangguh, untuk menjawab secara kreatif beragam tantangan di setiap zaman. Kebudayaan, menurutnya, ada tiga lapis yakni karya, etos masyarakat, dan wujud ideal/misi.
Karya semua yang diciptakan (ilmu pengetahuan dan teknologi) untuk meningkatkan kualitas habitat manusia. Di sini penting untuk berpikir komputasional.
“Berpikir komoputasional mengajarkan cara memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, mengidentifikasi pola-pola, membuat abstraksi, dan merancang algoritma-algoritma,” ujarnya.
Keempat bagian itu, menurutnya, membantu dalam pengembangan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan pengambilan keputusan.
Pembicara lain, Jeramie N. Molino mengurai tentang apa feminisme, berakar pada budaya, mengapa feminisme harus menjadi bagian dari pendidikan. Sedangkan Rico Casta Jacoba memberikan penjelasan tentang pentingnya pembaharuan. Pendidikan Katolik membentuk hati dan pikiran generasi mendatang. Pendidikan ini mempersiapkan kehidupan yang bermakna dan memuaskan.
Seminar ini dibuka Ketua STFSPM Pastor Barnabas ‘Berry’ Ohoiwutun, MSC dan dihadiri mahasiswa dan dosen STFSP. Molino dan Jacoba merupakan dosen di Saint Louis University USA, sementara Romo Haryatmoko saat ini mengajar di Unika Sanata Dharma Yogyakarta.