PONTIANAK, Pena Katolik | Rabu 14 Agustus 2024 – Di dalam Konstitusi Fundamental Ordo Dominikan pasal IX dikatakan bahwa Ordo Dominikan meliputi imam dan Bruder Dominikan, para suster kontemplatif, para suster aktif, dan persaudaraan para imam diosesan (baca: Praja di Indonesia sebutannya) St. Dominikus. Mereka tergabung sebagai keluarga besar Ordo Dominikan.
Kesemua kelompok di atas mempunyai afiliasi hukum dengan Ordo Dominikan perlbagai tingkat.
Para imam dan para bruder Ordo Dominikan adalah mereka yang secara kuat terikat dan langsung di bawah kepemimpinan Provinsial (di tingkat lokal atau regional) dengan pemimpin tertinggi Master Jenderal (di Roma). Dulu disebut Ordo Pertama.
Para Suster Kontemplatif (pertapa) berada langsung di bawah kepemimpinan Abdis dan akhirnya Master Jenderal di Roma. Dahulu disebut Ordo Kedua.
Para Suster aktif Ordo Dominikan adalah suster-suster yang terafliasi secara spiritual kepada Ordo Dominikan di bawah kepemimpinan spiritual Master Jenderal meski secara structural mempunyai pemimpinya sendiri.
Pemimpin mereka adalah provincial mereka atau superior Jenderal mereka sendiri. Namun sebagai persekutuan dan spiritual mereka terikat dengan Master Jenderal sebagai kepala.
Mereka dahulu disebut Ordo Ketiga Reguler (regular artinya mempunyai konstitusi/aturan hidup Bersama sebagai komunitas religious).
Para awam banyak yang tertarik dengan cara hidup spiritual Ordo Dominikan dan terinspirasi oleh Sto. Dominikus ingin mengambil bagian karena rahmat baptisan (baca: imamat umum) mengabungkan diri sebagai anggota keluarga besar Ordo Dominikan.
Mereka tetap awam; namun menghidupi jiwa, semangat dan di dalam konsidi khusus sebagai awam (biasanya berkeluarga) terlibat di dalam karya Ordo Dominikan sebagai pewarta.
Mereka tetap Imam Diosesan
Yang terakhir adalah para imam diosesan (Uskup dan pastor) yang merasa terinspirasi oleh hidup dan spiritual dan misi Ordo Dominikan sebagai pewarta mengabungkan diri di dalam keluarga besar Ordo Dominikan.
Mereka tetap imam diosesan dan Uskup diosesan; namun berkat pengabungan dengan keluarga besar Ordo Dominikan terlibat di dalam misi pelayanan pewartaan.
Mereka sebagai imam diosesan atau Uskup diosesan tidak menganti ketaatan mereka; namun hanya ingin berpartisipasi di dalam misi Ordo Dominikan.
Pimpinan structural mereka tetap Uskup diseosan (bagi imam praja diosesan) dan tetap mereka sebagai Uskup diosesan. Yang mereka hidupi adalah rahmat dan nilai spiritual Ordo Dominikan melalui teladan dan hidup Sto. Dominikus.
Pengikraran kaul mereka menjadi pendalaman dan keseriusan mereka mengambil sungguh karya pewartaan menjadi milik dan spiritualitas mereka pribadi dengan mencontoh Sto. Dominikus.
Mereka tergabung dengan keluarga besar lebih luas di bawah persekutuan dengan Master Jenderal dan tentunya hubungan khusus sebagai keluarga rohani dengan para imam dan bruder Dominikan.
Banyak dari imam dan Uskup diosesan yang mengabungkan diri di dunia.
Paus Benediktus XV dan Paus Pius XII adalah anggota persaudaraan imam St. Dominikus. Sto. Arnoldus Yansen pendiri SVD dan Santo Louis Monfort pendiri tarekat SMM adalah anggota persaudaraan imam Sto. Dominikus.
Di zaman sekarang, seperti di Filipina, Kardinal Jose Advincula (Uskup Agung Manila), Mgr. Socrates Villegas (Uskup Agung Dagupan) adalah segelintir Uskup yang menjadi anggota persaudaraan imam Sto. Dominikus dan mengucapkan kaul kekal.
Mereka tergabung dengan Keluarga Besar Ordo Santo Dominikus dan bagian dari universalitas Ordo Dominikan yang melampaui batas negara.
Apakah kewajiban mereka?
Pertama, kewajiban utama semua adalah menghidupi nilai rohani dan mengambil di dalam rahmat dan misi Ordo Dominikan yaitu studi, pewartaan, doa dan liturgi serta hidup di dalam persaudaraan.
Lambang kesatuan adalah pimpinan Master Jenderal dengan afliasi tingkatan berbeda seperti dijelaskan di atas.
Di luar para imam dan bruder Ordo Dominikan, kepemimpinan mereka bukan langsung di bawah Master Jenderal melainkan pimpinan mereka masing-masing.
Khusus untuk persaudaraan imam Sto. Dominikus bagi imam dan Uskup disoesan ketaatan mereka ada di bawah Uskupnya masing-masing.
Kedua, mereka mempunyai kewajiban hidup di dalam persaudaraan sebagai keluarga. Maka penerimaan dan persaudaraan merupakan tekanan utama.
Oleh sebab itu pada acara liturgi perayaan, kegiatan bersama tertentu (tanpa menghilangkan kewajiban mereka secara khas) dillibatkan dan mereka selalu di mana-mana diminta mengunjungi biara-biara Ordo Dominikan sebagai bagian dari keluarga.
Ketiga, mereka dengan kaul mereka wajib menjadi pewarta dan pelayan ‘Sabda Gereja’ lebih dekat untuk mewartakan Sabda Allah.
Mereka dengan penyerahan diri secara baru justru diminta lebih berdedikasi untuk pewartaan dengan cara khas masing-masing.
Maka sebagai imam dan Uskup diosesan; mereka diminta lebih bersemangat dan rajin melayani dan mewartakan.
Keunikkan Ordo Dominikan adalah semua anggota keluarga besar Ordo Dominikan, termasuk persaudaraan imam Sto. Dominikus memakai jubah khas Ordo Dominikan dan memakai di belakang mereka title O.P. (termasuk awam).
Khusus awam; apabila mereka wafat, mereka boleh memakai jubah Ordo Dominikan di dalam pemakaman mereka dan didoakan secara khusus di baik untuk orang tua mereka yang meninggal (7 Februari) maupun jiwa mereka (9 November).
By. Johanes Robini Marianto, O.P.