Pena Katolik – Mengapa pusat Gereja Katolik ada di Vatikan, dan mengapa tidak di Yerusalem atau Nazaret? Paus tidak harus tinggal di Vatikan. Dalam sejarahnya, Bapa Suci pernah tinggal di Perancis selama hampir seratus tahun, dan kemudian diboyong kembali ke Roma.
Namun saat ini, Bapa Suci tinggal adalah Uskup Roma, karena di situlah St Petrus menjalani bagian akhir dari hidupnya dan meninggal. St Petrus dipandang sebagai pemimpin para rasul, pemimpin tertinggi Gereja dan sebagai wakil Yesus Kristus. Karena itu, Keuskupan Kota Roma mempunyai peran yang sangat khusus.
Sejak itu, Roma dipandang sebagai pusat perkembangan Gereja Katolik. Inilah yang membuat Roma mempunyai kedudukan yang sangat khusus dan tak tergantikan.
Dalam kenyataannya, ada surat-surat dan petunjuk-petunjuk lainnya, bahkan sebelum Rasul terakhir meninggal, bahwa Uskup Kota Roma diakui sebagai pemegang otoritas atas semua daerah lainnya dalam Gereja. Salah satu dan paling terkenal di antara semua itu ialah surat St Klemens, paus ketiga sesudah St Petrus. Surat itu ditujukan kepada Gereja di Korintus pada tahun 95. St. Klemens menyatakan Roma sebagai pusat Gereja, dan kedudukannya memiliki otoritas di atas komunitas Gereja lain. Surat itu kemudian disusul munculnya peraturan dan ajaran lain yang mengatur hak-hak Bapa Suci sebagai pemimpin tertinggi Gereja yang berkedudukan di Roma.
Dasar selanjutnay adalah kenangan akan St Petrus dan sejarah Gereja sejak awal. Ini mendasari kenapa tidak mungkin untuk memindahkan kedudukan pusat pemerintahan Gereja Katolik dari Roma, termasuk ke Yerusalem dan juga tempat lain.
Jadi, kunci dari sejarah mengapa pusat Gereja Katolik ada di Roma (Vatikan) adalah St. Petrus yang dalam perjalanan akhir hidupnya, ia berada di Roma. Karena itu, Yerusalem tidak menjadi pusat pemerintahan Gereja Katolik.