PONTIANAK, Pena Katolik | Jumat 9 Agustus 2024 — Hari Raya Santo Dominikus de Guzman dirayakan pada 8 Agustus 2024 telah berjalan dengan penuh khidmat di aula Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo Kampus II Pontianak yang disulap menjadi kapel.
Acara tersebut dihadiri oleh 11 imam 4 imam diantaranya merupakan imam Ordo Pengkotbah kemudian dua asli berasal dari Filipina. Perayaan hari Santo Dominikus de Guzman ini juga dihadiri oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.
Perayaan misa dipimpin oleh Pastor Johanes Robini Marianto OP (imam Dominikan dari Filipina, asli orang Pontianak) yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo dan Superior Rumah Santo Dominikus Pontianak.
Selain para imam dan uskup, acara tersebut diikuti oleh staf karyawan kampus, mahasiswa, serta Dominikan Awam.
Dalam homilinya, Uskup Agustinus menyampaikan pesan penting dari Injil tentang peran sebagai garam dan terang di dunia.
Dia menekankan bahwa kehadiran seseorang harus memberikan dampak positif yang dirasakan oleh orang lain.
Uskup Agustinus mengilustrasikan hal tersebut dengan memberikan contoh sederhana, yaitu ketika seseorang diharapkan hadir dalam sebuah acara, kehadirannya dapat memberikan kegembiraan. Sebaliknya, ketidakhadirannya bisa menimbulkan kekurangan.
“Pesan Injil mengajarkan kita untuk menjadi garam dan terang di dunia ini,” ujar Uskup Agustinus dalam khotbahnya (08/08).
Uskup Agustinus juga menekankan bahwa, kehadiran umat beriman diharapkan memberikan dampak positif untuk masyarakat, sembari memberikan ilustrasi peristiwa sederhana – ‘soal kehadiran’.
“Kehadiran kita harus memberikan dampak yang positif. Misalnya, jika seseorang diharapkan datang dan ia tidak datang, itu artinya ada sesuatu yang hilang. Namun jika orang tersebut hadir, itu menunjukkan adanya kegembiraan dan dampak positif yang dirasakan,” kata Uskup Agustinus, (08/08).
Uskup Agustinus ceritakan pengalamannya
Dalam momen yang sama, Uskup Agustinus juga menceritakan pengalamannya sebagai pastor yang menghadapi berbagai tantangan dan memberikan bantuan sesuai kapasitasnya.
Uskup Agustinus menegaskan bahwa meskipun kita mungkin tidak mampu membantu semua orang dengan cara yang besar, setiap usaha kecil yang kita lakukan tetap berarti.
“Tuhan memberikan talenta yang berbeda-beda kepada setiap orang. Tidak perlu melakukan hal besar, tetapi lakukan apa yang kita bisa dengan sepenuh hati,” tambah Uskup, (08/08).
Uskup Agustinus menutup homilinya dengan ajakan untuk senantiasa berperan aktif sebagai garam dan terang dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, setiap orang dipanggil untuk menjadi perantara kasih Tuhan melalui tindakan baik bagi semua orang.
“Kita dipanggil untuk menjadi perantara kasih Tuhan melalui tindakan-tindakan kecil yang berdampak positif bagi orang lain. Dalam segala hal, Tuhanlah yang menyempurnakan usaha kecil kita,” kata Uskup Agustinus, (08/08).
Acara tersebut juga menjadi kesempatan bagi komunitas Dominikan di Pontianak, mulai dari Suster Dominikan, Dominikan Awam dan keluarga besar Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo untuk bersyukur atas segala pencapaian dan merenungkan peran mereka dalam kehidupan gereja dan masyarakat.
Selain perayaan misa, acara diisi dengan kegiatan komunitas, makan malam bersama dan sesi hiburan dengan melibatkan seluruh umat.
Dengan semangat Santo Dominikus de Guzman yang menginspirasi, perayaan ini meninggalkan pesan melalui homili Uskup Agustinus bagi semua yang hadir, mengingatkan akan panggilan mereka untuk menjadi garam dan terang di dunia.
Hadirnya Santo Domikus dan kekaryaan-nya
Sebelum mulai perayaan hari suci itu, Pastor Johanes Robini Marianto OP berterima kasih kepada Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus karena diberikan kesempatan untuk berkarya dalam bidang pendidikan dan memang itulah ‘khas dari Dominikan’ yakni ‘cara hidup intelektual’.
Dan Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus memberikan ‘ruang’ pelayanan itu kepada komunitas Dominikan Pontianak.
Pastor Rubini OP menegaskan tentang semangat Dominikan yakni semangat ‘demokrasi’ – atau bahasa Paus Fransiskus baru-baru ini ‘tentang Sinodal’ – artinya berjalan bersama – sama.
Dia menyebutkan bahwa Ordo Dominikan sebenarnya ordo pertama yang melakukan voting, termasuk kepala pimpinan hanya memiliki satu hak suara.
“Sebagai Dominikan, semangat yang menjadi khas dari anggotanya adalah mereka yang belajar bersama, dan maju juga bersama-sama. Sinodal atau berjalan bersama-sama inilah yang menjadi salah satu khas dari cara Dominikan,” kata Pastor Robini OP. (08/08).
Hal istimewa lain dari dominikan, tambah Pastor Robini OP yaitu hidup study intelektual di mana konteks lahirnya Dominikan adalah melawan ajaran sesat. Maka untuk menjadi seorang yang mengerti dan memahami untuk melawan ajaran sesat harus mengerti dan study.
“Hidup intelektual sangatlah penting. Hidup intelektual menggantikan kerja tangan,” kata Pastor Robini OP (08/08).
Apa bedanya Ordo Dominikan dengan Ordo yang lain sebenarnya?
Pastor Robini OP menjelaskan bahwa sebelum lahirnya Ordo Dominikan, sebenarnya sudah ada Ordo yang lain misalnya Ordo Benediktin (Santo Benediktus), Ordo Agustin (Santo Agustinus) yang menekankan tentang hidup dalam kesunyian atau ‘pertapaan’.
“Mereka adalah hidup dalam pertapaan,”katanya.
Santo Dominikus melihat hidup itu tidak hanya pertapaan tetapi harus disatukan antara elemen doa dan karya, yang disebut dengan kontemplasi dan aksi.
Dia menekankan bahwa sebenarnya Dominikan adalah berkontemplasi, kemudian men-sharing-kan hasil kontemplasi kepada orang.
“Maka dalam tradisi Dominikan ada element ‘Kerahiban’ dan ada element aktif,” tambahnya.
Yang ditekankan dalam Dominikan bahwa hidup itu bukan hanya hidup untuk berkarya dan bekerja tetapi sebenarnya adalah doa, yang dimana doa itu yang menjadi inspirasi kerja dan karya itu sendiri.
“Nilai itulah yang mesti kita wartakan di zaman ini,” kata Pastor Robini OP (08/08).
Tahun 2006 Dominikan datang kembali ke Indonesia
Mengapa Dominikan memulai karya di Kalimantan Barat? “ Tahun 2006 kita tiba di Kalimantan Barat atas undangan Emeritus Mgr. Hieronyimus Herkulanus Bumbun OFMCap dan juga didukung oleh Mgr Agustinus Agus yang waktu itu sekretaris badan kerjasama seminari.
Beliau mengundang Dominikan mulai berkarya di Pontianak dengan memulai pendidikan dan pengajar termasuk pembinaan calon imam.
Itu kalimat Pastor Robini OP yang memanggil kembali memori 18 tahun lalu mulainya kembali Dominikan ke Indonesia.
Tetapi sebenarnya, Dominikan adalah ordo yang pertama membabtis orang Indonesia. Penginjilan pertama dilakukan oleh Dominikan di tahun 1555.
Misi Dominikan yang dibawa dengan Portugis dimulai tahun 1418 dalam memulai kegiatan misi mereka, kemudian diperluas ke Asia meliputi India, Indocina, China, Malacca (Uskup Pertama di Malacca adalah Seorang Dominikan), dan pulau-pulau di Samudera Hindia.
Singkat cerita, Ketika St. Dominikus mendirikan Ordo Dominikan pada Tahun 22 Desember 1216, kurang lebih 300 tahun kemudian, baru Indonesia merasakan kehadiran Tuhan Yesus Kristus.
Yang pertama itu di Nusa Tenggara Timur (NTT) Larantuka pada Tahun 1556 Fr. Antonio da Crus built a seminary in Larantuka.
Pewartaan itu mulai menjalar ke Solor, tahun 1559 ada 200 orang dibabtis menjadi Katolik. Kemudian tahun 1555-1599 ada 500.000 masyarakat ENDE di Babtis.
Kemudian menyebar ke Jawa Panarukan (1560-1638), untuk wilayah Timor (1556-1641) ada 5000 babtisan oleh Fr. Antonio Taveira, OP, masuk ke Makasar (1601) – kala itu adalah Fr. Hermanimo.
Lanjut lagi, ke Sunda Kecil (1674) oleh 16 Dominikan dan Sumatera – Aceh (1575) Fr. Antasio de Jesus, Fr.Gasparda Lisbon, kemudian tahun (1617) masih di Sumatera-Aceh ada Fr. Joao da Cruz.
Sebenarnya kita pada 2006 Imam Dominikan datang kembali ke Indonesia sekarang terhitung 18 tahun (2024) lalu dalam bentuk ‘komunitas yang baru’ – yang sama sekali baru (tidak ada hubungan dengan Barat) dibawah provinsi Filipina dibawa masuk ke Kalimantan Barat.
Apa yang dibuat di Kalimantan Barat?
Pastor Robini OP menerangkan bahwa, sesuai dengan panggilan dan undangan Emeritus Mgr. Hieronyimus Herkulanus Bumbun OFMCap dan didukung oleh Mgr Agustinus Agus kemudian kini dibawah Mgr Agustinus Agus, maka Dominikan pertama-tama diminta untuk menjadi ‘pengajar’.
Sekali lagi, hal itu sangat dimengerti oleh para Uskup, karena hidup intelektual sangat ditekankan oleh Dominikan maka kita pertama-tama diminta untuk membantu di Falkutas Teologi STT Pastor Bonus Pontianak, dan menjadi pembimbing di Seminari Antonio Ventimiglia Siantan.
Dan setelah itu mulai berkembang dan di zaman Uskup Agustinus Dominikan diminta untuk banyak hal mulai dari bendahara Keuskupan Agung Pontianak, membantu pelayanan di penjara, dan karya lain yang merupakan sebuah mukjizat adalah bagaimana Uskup Agustinus meminta Dominikan untuk mendirikan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo.
“Maka disinilah kita sungguh-sungguh hadir untuk mengabdi di Kalimantan Barat,” kata Pastor Robini OP, (08/08). (Sam).