LANDAK, Pena Katolik | Selasa 06 Agustus 2024 – Mengunyah merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup, khususnya manusia.
Rahang yang kuat membantu dari setiap momentum gerakan terhadap gigi.
Proses menghaluskan makanan melalui gigi dan lidah sebagai pengontrol kemudian dihantarkan ke tenggorokan.
Makanan akan melewati dua saluran usus, yaitu usus halus dan usus besar. Makanan yang masuk menjadi nutrisi di usus halus, sedangkan usus besar berupa ampas yang dikeluarkan melalui anus.
Semua alur mekanisme ini secara rutin digunakan dalam menjaga kehidupan setiap individu manusia.
Bagaimana jika terjadi disfungsi rahang, semua makanan yang masuk ke mulut tidak dapat diolah menjadi nutrisi.
Energi akan berkurang dan menjadi lemah untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Menjaga rahang sangatlah penting dan jarang dipahami dengan baik.
Apakah ketika mengunyah berlebihan, tertawa terlalu lebar hingga membuka mulut atau tidak pernah tersenyum dapat menyebabkan disfungsi rahang.
Mengingat dua pasien yang pernah dirawat sebelumnya, dengan bukti masalah serius pada gangguan rahang.
Pasien pertama merasa sangat sulit untuk membuka mulut dengan alasan tertawa terlalu lebar.
Melalui pengamatan kemudian diduga terdapat otot dan ligamen yang kaku sehingga mengunci gerakan.
Berikutnya pasien kedua jelas tidak dapat memberikan ekspresi wajah gembira, karena gangguan tersebut tidak dapat memberikan senyuman yang manis.
Pemeriksaan yang dilakukan mengarahkan pasien untuk membuka mulut sangat sulit, bahkan gangguan juga terjadi pada lidah, sudah pasti suara menjadi terganggu.
Bawah rahang
Perawatan pijat pada kedua pasien sama saja, namun untuk pasien kedua sedikit lebih ekstra dalam mengurai kekakuan.
Pasien pertama dengan memberikan sentuhan pada ligamen rahang, dengan teknik menggunakan satu jari menelusuri sumber titik masalah, kemudian berganti melalui posisi di bawah rahang, pastikan terjadi relaksasi untuk perawatan berulang, dilarang memberikan tekanan terlalu kuat karena dapat memicu masalah baru yaitu, kesulitan menelan.
Berikutnya pada pasien kedua dengan gerakan tambahan di bawah rahang, tepatnya mendekati tenggorokan, leher kiri dan kanan, tak lupa bahu ataupun pundak.
Tekanan juga bisa berpengaruh pada kondisi statis, tidak dinamis, vertikal ke atas dan ke bawah untuk memastikan ligamen dan otot terurai dengan lembut.
Peringatan untuk titik-titik di leher jangan terlalu keras memberikan tekanan karena bisa memicu kesulitan memalingkan kepala, selain itu leher juga memiliki ribuan titik saraf menuju otak.
Berdasarkan hasil perawatan kedua pasien dapat diatasi, diperlukan kesabaran dalam menunggu proses sisa hasil dari rileksasi.
By. Jayadi- Dosen PJKR San Agustin.