Minggu, Desember 22, 2024
30.1 C
Jakarta

Persahabatan antara Paus Yohanes Paulus II dan Ronald Reagan

Paus Yohanes Paulus II berjumpa Ronald Reagan dalam lawatan Apostolik ke AMerika Serikat. NCRegister

WASHINGTON, Pena Katolik – Ronald Reagan lahir dari seorang ayah yang adalah seorang Katolik Irlandia yang rajin ke gereja. Ibunya adalah seorang Protestan yang juga rajin ke gereja. Namun, ketika kakak laki-laki Ron, yang bernama Neil, ikut bersama ayah mereka Misa di Gereja Katolik, Ron memilih menghadiri kebaktian di Gereja Protestan bersama ibunya. Namun diakui, keyakinan ayahnya tetap menjadi bagian dari hidup Ronald, setidaknya dalam kehidupan politiknya. Presiden Amerika Serikat dekat dengan banyak pemimpin agama Katolik.

Setelah pulih dari penembakan pada tahun 1981, ia memulai persahabatan spiritual yang luar biasa dengan Uskup Agung New York, Kardinal Terence Cooke. Ia mengaku kepada Kardinal Cooke, kesembuhannya (dari luka tembak) mengharuskannya untuk hidup bagi orang lain. Saat itu, Kardinal Cooke dengan cerdas menjawab bahwa selama dia dirawat di rumah sakit, “Tuhan duduk di sisinya (Ronald”.

Semua kisah tentang Reagan dan agama Katolik ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hubungannya dengan Paus Yohanes Paulus II. Antara keduanya, ada rasa saling mengagumi dan menghormati. Reagan sangat ingin bertemu Paus Yohanes Paulus II setelah menonton cuplikan kunjungan pertamanya ke Polandia pada tahun 1979.

Antara Reagan dan Paus Yohanes Paulus II memiliki tujuan yang sama. Keduanya ingin mengakhiri kekuasaan komunisme. Saat itu, Uni Soviet yang merupakan kekuatan komunis terbesar masih berkuasa di Eropa Timur. Rasanya, keinginan ini sama dengan keinginan seorang presiden Amerika Serikat.

Tak lama setelah Reagan menjadi presiden pada tahun 1981, ia meminta penasihat keamanan nasional William Clark dan Direktur CIA William Casey, keduanya beragama Katolik, untuk mengadakan pertemuan dengan Paus. Dalam buku The Age of Reagan karya Stephen Hayward diceritakan bahwa satu kali Reagan bertanya kepada Paus Yohanes Paulus II, berapa lama lagi komunisme bisa dikalahkan, dan pertanyaan itu dijawab Paus.

“Dalam hidup kita,” jawab Paus dengan cepat.

Peran Paus Yohanes Paulus II dalam kejatuhan komunime di Eropa masih menjadi diskusi hingga saat ini. Menarik, bahwa seperti yang dikatakan Paus Yohanes Paulus II, komunisme akhirnya jatuh ketia ia masih hidup, termasuk komunisme di Polandia, negara kelahirannya.

Revolusi 1989 terjadi saat Paus Yohanes Paulus II dan Ronald Reagan masih hidup di tahun 1989. Revolusi ini disebut sebagai saat Kejatuhan Komunisme atau Revolusi Eropa Timur. Revolusi ini pecah di negara-negara komunis di Eropa Tengah dan Timur, yang akhirnya menjadikan negara-negara itu sebagai negara demokrasi. Revolusi dimulai di Polandia tahun 1988, kemudian berlanjut di Hungaria, Jerman Timur, Bulgaria, Cekoslowakia, dan Rumania.

Salah satu hal penting dalam perkembangan revolusi ini adalah penggunaan demonstrasi anti kekerasan terhadap pemerintahan partai tunggal dan tuntutan untuk perubahan. Seruan ini efektif. Hanya ada satu negara, Rumania, yang menggulingkan rezim komunisnya melalui kekerasan.

Revolusi anti-komunis yang paling terkenal adalah runtuhnya Tembok Berlin, yang akhirnya menjadi pintu gerbang Reunifikasi Jerman tahun 1990. Uni Soviet dibubarkan akhir tahun 1991 yang menghasilkan 14 negara baru. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini