DIGNE-LES-BAINS, Pena Katolik – Panggilan selalu diwarnai dengan misteri, yang kadang sulit untuk dipahami, oleh orang yang memiliki panggilan itu, dan lebih sulit lagi, orang-orang lain di sekitarnya. Bagi Romo Cornelius Leo Adrianus CSJ panggilan ini berarti berserah pada Tuhan, dan bisa jadi meninggalkan apa yang menurut pendapat bannyak orang sulit untuk ditinggalkan.
Romo Cornelius ditahbiskan menjadi imam pada 19 Juni 2022 di Cathedrale Notre Dame du- Bourg, Digne-les-Bains, Perancis. Romo Cornelius adalah kakak dari Romo Edwin Bernard Timothy OP yang sebelumnya telah ditahbiskan sebagai imam Ordo Pengkhotbah (Ordo Praedicatorum/OP) pada 24 Mei 2013. Ia ditahbiskan dalam Misa yang dipimpin Uskup Digne, Mgr. Jean-Philippe Nault SJMV.
Romo Cornelius dan Romo Edwin adalah putra dari pasangan Alm. Aloysius Aluinanto Sandjaya dan Esther Widyawati. Keduanya adalah pemilik sebuah perusahaan konstruksi baja. Rencana tuhan memang sering di luar apa yang dibayangkan manusia. Ketika kedua orangtuanya telah mempersiapkan warisan berupa sebuah perusahaan baja, kedua anaknya justru memilih untuk hidup sebagai religius.
Pada tahbisan dua hari lalu, Romo Edwin berkesempatan hadir di Misa Tahbisan yang diadakan di Cathedrale Notre Dame du- Bourg. Kini keduanya ditahbiskan meski di dalam kongregasi yang berbeda.
Romo Cornelius bergabung dalam Kongregasi St. Yosef (SCJ). Kongregasi ini didirikan oleh St. Leonard Murialdo, pada 19 Maret 1873 di Turino. Kongregasi ini mendasarkan spiritualitas dan kharismanya pada kehidupan dan keutamaan St. Yosef ayah dari Yesus Kristus.
Pada tahbisan hari Minggu lalu, Romo Cornelius bersyukur akhirnya dapat menyusul adiknya dan ditahbiskan menjadi imam. Ia mengungkapkan terima kasih atas doa dan dukungan dari keluarga dan rekan-rekan komunitasnya, yang selalu mendukung dalam menjalani panggilannya.
“Terima kasih atas dukungan dan doa dari semua konfrater, berkat doa kalian, saya akhirnya dapat menerima rahmat Tahbisan Suci pada hari ini,” ujarnya.
Sebagai wakil dari keluarga, Romo Edwin memakaikan kasula kepada kakaknya Romo Cornelius pada momen tahbisan ini. Momen ini menjadi saat mengharukan mengingat, ayah mereka, Sandjaya, telah dipanggil Tuhan dua tahun yang lalu sehingga tentu tidak dapat menghadiri tahbisan ini.
Inspirasi dari Sang Adik
Dalam keluarga Sandjaya, Romo Edwin menjadi yang terlebih dahulu terpanggil menjadi imam. Ia bahkan sudah ditahbiskan sejak sembilan tahun lalu. Siapa sangka, karena terinspirasi dari pilihan hidup sang adik, Romo Cornelius juga memilih untuk hidup sebagai biarawan.
Ternyata, hidup membiara juga mempesona sang kakak, Cornelius. Ketika menjalani studi S3 bidang geography information system di Universitas Buffalo, New York State, Amerika Serikat, ia sering membaca buku-buku rohani milik adiknya.
“Saya mulai merasakan ada konflik antara hidup profesional saya dengan hidup rohani,” tandas Frater Cornelius suatu kali.
Setahun setelah Edwin masuk Biara Dominikan, Cornelius menyusul bergabung dengan Kongregasi St. Yosef. Pria kelahiran 30 Juli 1980 ini mengibaratkan panggilan hidupnya sebagai mutiara yang dianugerahkan Tuhan kepadanya
Sanjaya dan Esther tak pernah menangkap tanda bahwa kedua putranya akan masuk biara. Bahkan, saat masih tinggal di Jakarta, mereka malas bergabung dengan putra altar atau Orang Muda Katolik (OMK). Esther suatu kali mengungkapkan, sebagai umat Paroki St. Yokobus Kelapa Gading, kedua anaknya memiliki kehidupan rohani yang biasa-biasa saja. Esther hanya mengingat, sejak kecil, perilaku Cornelius dan Edwin cenderung tak merepotkan orangtua.
Esther menuturkan, sejak awal perkawinan, 1979, ia dan suaminya merintis usaha konstruksi baja. Mereka bertekat mewariskan usaha ini untuk anak-anak. Saat kedua anaknya lulus SMA, mereka dikirim untuk belajar di Amerika Serikat. Siapa sangka, di negara ini, panggilan kedua anaknya justru berkembang.
“Rencana saya dengan rencana Allah berbeda. Tapi, saya meyakini, rencana Allah pasti yang terbaik,” tegas Sandjaya semasa masih hidup.
Putra dari Pasangan Dominikan Awam
Sejak kedua putranya masuk biara, kehidupan iman pasangan Sandjaya dan Esther bertumbuh. Mereka aktif dalam pelayanan di Gereja. Rasanya, panggilan kedua anak mereka akhirnya menyiratkan panggilan juga bagi mereka.
Hal ini mendorong Sandjaya dan Esther untuk bergabung menjadi anggota dari Dominikan Awam Indonesia. Keduanya diterima sebagai Postulan Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) Kelompok Thomas Aquinas Kelapa Gading, Jakarta pada 9 Januari 2020. Saat itu, keduanya diterima dalam sebuah Misa yang dipimpin Pastor Mingdry Hanafi OP. Penerimaan itu berlangsung di kapel dalam rumah Sandjaya. Di kapel itu berbagai kegiatan PDA dilakukan.
Semasa hidupnya, Sandjaya dikenal sebagai alumni ATMI Surakarta. Ia juga menjadi Pengurus Yayasan Wacana Bhakti, yayasan pemilik sekolah Kolese Gonzaga, dan terlibat dalam Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat). Ia juga menjadi inisiator pembangunan Eco Camp di Bandung, Jawa Barat.