Kamis, November 21, 2024
27.3 C
Jakarta

Cerita Paus Fransiskus yang Dimanfaatkan untuk Menggagalkan Keterpilihan Paus Benediktus XVI

VATIKAN, Pena Katolik – Dalam sebuah buku yang baru saja diterbitkan berjudul The Succcesor, Paus Fransiskus mengatakan dia “dimanfaatkan” dalam konklaf tahun 2005. Pada saat itu, ada beberapa kardinal yang berusaha menghalangi terpilihnya Kardinal Joseph Ratzinger, dengan memanfaatkan dirinya.

Paus Fransiskus sendiri mengatakan, bahwa ia memilih Kardinal Rartzinger pada saat Konklaf tahun 2005 itu. Ia mendukung pencalonan pria yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI.

“Dia adalah kandidat saya,” kata Paus Fransiskus tentang pendahulunya dalam kutipan dari buku The Successor yang diterbitkan oleh surat kabar Spanyol ABC, pada Minggu Paskah.

Dalam buku tersebut, Paus Fransiskus mengatakan kepada jurnalis Spanyol, Javier Martínez-Brocal bahwa namanya, diajukan sebagai bagian dari “manuver lengkap” oleh sekelompok kardinal, meski ia tidak menyebutkan nama kardinal-kardinal itu. Kelompok kardinal itu menggunakannya untuk mengatur hasil konklaf.

“Idenya adalah untuk menghalangi terpilihnya [Ratzinger],” jelasnya.

“Mereka memanfaatkan saya, tetapi di belakang mereka sudah berpikir untuk menajukan kardinal lain. Mereka masih belum bisa menyepakati siapa, tapi mereka sudah hampir memilih satu nama,” kata Paus dalam kutipan buku itu.

Paus Fransiskus mengatakan, bahwa pada salah satu konklaf yang dimulai pada 18 April 2005, ia memperoleh 40 dari 115 total suara. Jika para kardinal terus mendukungnya, Ratzinger tidak akan mencapai ambang batas dua pertiga, suara yang diperlukan untuk terpilih. Dengan begitu, kalau Kardinal Ratzinger tidak mencapai dua per tiga suara, adakemungkinan akan mendorong pencarian kandidat alternatif.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia menyadari “operasi” sedang berlangsung. Pada hari kedua pemungutan suara, ia mengatakan kepada Kardinal asal Kolombia, Kardinal Dario Castrillón untuk tidak “bercanda dengan pencalonannya” dan meminta berhenti mendukungnya. Saat itu, Kardinal Bergoglio menyatakan tidak akan menerima keterpilihannya, apabila ia akhirnya dipilih.

Austen Ivereigh, penulis biografi Paus yang berbahasa Inggris, sebelumnya menulis bahwa Bergoglio, “hampir menangis,” telah memohon agar tidak terpilih. Akhirnya, Kardinal Ratzinger telah lama menjadi prefek Kongregasi Ajaran Iman di bawah Paus Yohanes Paulus II, terpilih menjadi Paus.

Paus Fransiskus tidak mengatakan siapa saja anggota kelompok manipulator konklaf ini atau siapa yang akan mereka perkenalkan sebagai kandidat ketiga. Namun prelatus asal Argentina itu mengatakan, bahwa kelompok kardinal tersebut “tidak menginginkan Paus ‘asing'”.

Beberapa laporan pada masa itu menyatakan bahwa sekelompok kardinal liberal Eropa, yang dikenal sebagai Kelompok Saint Gallen, berusaha “mengarahkan” hasil konklaf tahun 2005. Tiga anggota kelompok tersebut adalah Kardinal Walter Kasper, Kardinal Karl Lehmann, dan Kardinal Godfried Danneels dari Belgia. Ketiganya juga berpartisipasi dalam konklaf tahun 2013.

Paus Fransiskus dan reporter Javier Martinus Brocal. Rome Reports

Rahasia dan Bebas

Menurut Universi Dominici Gregis, sebuah Konstitusi Apostolik yang mengatur Konklaf Kepausan, para Kardinal elektoral harus menahan diri dari “segala bentuk pakta, perjanjian, atau komitmen dalam bentuk apa pun, yang dapat mewajibkan mereka untuk memberikan atau menolak memberikan suara mereka kepada seseorang atau beberapa orang”. Aturan ini juga menyampaikan, bahwa Kardinal yang melanggar diancam mendapat ekskomunikasi otomatis dari Gereja.

Proses konklaf bersifat rahasia, karena istilah ini berasal dari kata Latin “cum clave” yang berarti “dengan terkunci”. Namun dalam The Successor, Paus Fransiskus mengatakan bahwa meskipun para kardinal disumpah untuk merahasiakan proses konklaf, “Paus mempunyai izin untuk memberitahukannya”.

Paus Fransiskus percaya, pada saat itu hanya Kardinal Ratzinger, menjadi calon satu-satunya pada saat itu, yang dapat menjadi Paus. Untuk itu, kata Paus Fransiskus, meski orang lain mengajukan namanya dengan harapan bisa memaksakan kebuntuan, ia menolak mengikuti arus itu, dan sejak awal memilih Kardinal Ratzinger.

“Setelah Yohanes Paulus II, yang merupakan Paus yang dinamis, sangat aktif, dengan inisiatif melakukan perjalanan, ada kebutuhan akan seorang Paus yang menjaga keseimbangan yang sehat, seorang Paus transisi,” kata Bapa Suci tentang jabatan pendahulunya, Benediktus XVI yang menjabat pada tahun 2005 hingga 2013.

Paus Fransiskus juga mengatakan, bahwa ketika Konklaf usai dan ia meninggalkan Roma, ia pergi dengan perasaan bahagia, karena Ratzinger telah terpilih dan bukan dirinya sendiri. Namun demikian, Paus Fransiskus menambahkan, bahwa jabatan kepausan “tidaklah mudah” bagi Benediktus XVI, yang menghadapi banyak perlawanan. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini