PONTIANAK, Pena Katolik| Selasa, 30 Juli 2024- Dalam proses membangun budaya keluarga yang positif dan membina, sering kali kita dihadapkan pada kebingungan tentang bagaimana memulai.
Apakah kita harus meniru budaya keluarga lain yang tampaknya sukses atau membangun norma baru dari awal?
Dengan menjawab satu pertanyaan sederhana, kita bisa menemukan arah yang jelas: “Puluhan tahun dari sekarang, saat anak-anak sudah dewasa dan keluar dari rumah, apa yang ingin mereka ingat dari masa kecil mereka?”
Budaya keluarga mencerminkan kebiasaan, nilai, aturan, dan prioritas yang menentukan kehidupan sehari-hari!
Dalam konteks ini, setiap keluarga memiliki keunikan tersendiri yang muncul baik dari ‘desain’ yang disengaja maupun dari kebiasaan yang berkembang secara ‘alami’.
Mengingat tujuan akhir ini akan membantu kita memfokuskan energi pada aspek-aspek yang paling penting.
Prioritas
Sebagai orang tua, menyusun daftar prioritas akan memudahkan dalam menentukan langkah-langkah praktis.
Misalnya, jika iman adalah nilai utama yang ingin ditanamkan, maka rutinitas seperti berdoa bersama atau terlibat dalam kegiatan amal akan menjadi bagian integral dari budaya keluarga.
Ini bukan hanya tentang melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tetapi tentang memastikan bahwa anak-anak kita memahami dan merasakan nilai-nilai yang mendasari setiap aktivitas.
Di sisi lain, jika belajar adalah prioritas utama, maka melibatkan anak-anak dalam diskusi tentang pelajaran mereka, membaca buku bersama, dan mengeksplorasi minat baru seperti sains atau sejarah akan menguatkan nilai-nilai tersebut.
Budaya belajar dalam keluarga tidak hanya membentuk kebiasaan akademis, tetapi juga memperkuat hubungan dan keingintahuan intelektual anak-anak.
Begitu pula, jika waktu yang dihabiskan di alam adalah fokus utama, aktivitas seperti hiking, berkebun, dan berkemah akan menjadi bagian dari rutinitas keluarga.
Keberadaan alam sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari akan mendidik anak-anak tentang pentingnya koneksi dengan lingkungan dan gaya hidup sehat.
Aspek kreativitas dan kebugaran juga merupakan elemen penting yang bisa diprioritaskan.
Mengadakan sesi seni atau berpartisipasi dalam olahraga keluarga secara rutin tidak hanya menumbuhkan keterampilan tetapi juga mempererat hubungan keluarga.
Mengajarkan keterampilan hidup seperti memasak atau manajemen keuangan akan mempersiapkan anak-anak untuk mandiri di masa depan.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu cara yang benar dalam membangun budaya keluarga.
Kunci utama diantaranya ada konsistensi dan ketulusan dalam menerapkan nilai-nilai tersebut.
Pesan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus menekankan bahwa sukacita sejati dalam keluarga tidak terletak pada hal-hal ‘material’ atau keadaan yang tampak sempurna, melainkan pada ‘kedalaman’ hubungan dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan ‘sehari-hari’.
Dengan mengatur kehidupan sehari-hari sesuai dengan apa yang dianggap paling penting, memungkinkan anak-anak melihat dan merasakan nilai-nilai secara langsung.
Seiring waktu, unsur-unsur budaya positif yang dibangun akan ‘membentuk’ kenangan yang kuat dan memberi dampak jangka panjang bagi mereka. Jadi, jawab dari pertanyaan sederhana tadi yakni dengan ‘menyusun’ budaya keluarga yang akan dikenang dan dihargai oleh generasi mendatang. (Sam).