SIENA, Pena Katolik – “Dalam nama Yesus Kristus yang disalibkan dan Maria yang lemah lembut.” Dengan kata-kata ini, St. Katarina dari Siena memulai bukunya, Il Dialogo. Kata-kata ini juga ada dalam banyak suratnya yang berjumlah 382 surat. Hal ini cukup menunjukkan hubungan erat St. Katarina dengan Maria yang lemah lembut dan Putranya yang disalibkan.
St. Katarina pada tanggal 25 Maret 1347, tahun di mana Hari Raya Kabar Sukacita bertepatan dengan Minggu Palma. Boleh jadi, saat ini telah sejak awal menjadi perekat antara St. Katarina dengan Maria dan Sang Penebusan. Bagi St. Katarina, Maria bukanlah sosok yang pasif atau hanya figur sampingan dalam kisah keselamatan, melainkan sosok yang sangat terlibat dalam momen-momen menentukannya. St. Katarina menekankan “Inkarnasi” sebagai awal dari penebusan.
“Sabda ini tertanam di dalam dagingnya, ladang Maria yang terberkati dan manis ini, bagaikan benih yang ditaburkan di bumi. Melalui hangatnya sinar matahari, ia berkecambah dan mengeluarkan bunga dan buah serta sisa cangkang di bumi. Jadi, sebenarnya, melalui kehangatan dan api kasih ilahi yang Tuhan miliki bagi umat manusia, menyebarkan benih Sabda-Nya di ladang Maria. Wahai Maria yang terberkati dan manis, engkau telah memberi kami bunga Yesus yang manis! (Surat St. Katarina dari Siena no 144)
St. Katarina lahir di Siena (Italia) pada tahun 1347, dalam sebuah keluarga yang sangat besar, ia meninggal di Roma pada tahun 1380. Ketika St. Katarina berusia 16 tahun, ia termotivasi oleh visi St. Dominikus. Ia lalu masuk Ordo Ketiga Dominikan.
St. Katarina mengukuhkan sumpah keperawanan yang dibuat secara pribadi ketika ia masih remaja dan mengabdikan dirinya untuk berdoa, melakukan penebusan dosa dan melakukan karya amal, terutama untuk kepentingan orang sakit. Ia hanya hidup sampai usia 33 tahun. Meski begitu, banyak hal yang terjadi selama hidupnya.
Pernikahan Mistik dan Saksi Maria
Sebuah lukisan dari abad ke-13 karya Giovanni di Paolo menggambarkan Maria menyaksikan Yesus saat menjabat tangan St. Katarina. Saat Yesus sedang berbicara, ibu-Nya memasuki ruangan. Bersamanya ada Santo Yohanes Rasul, Santo Paulus, Santo Dominikus, dan Raja Daud.
Bunda Maria menggandeng lengan Katarina dan dengan lembut meletakkan tangan perawan muda itu ke dalam Tangan Putranya, Tuhan kita Yesus, memohon kepada-Nya dengan rendah hati dan secara seremonial, untuk membawa Santa Katarina dari Siena kepada diri-Nya, dalam Perkawinan Mahakudus.
Yesus, Sang Mempelai, tersenyum. Hanya dengan Senyuman-Nya, Ia menggandeng tangan Katarina dan memasangkan di jarinya sebuah cincin emas dengan mutiara paling murni yang mengelilingi berlian cemerlang. Lukisan ini terlihat sederhana, namun pesan di balik lukisan ini menunjukkan peristiwa mistik, ketika St. Katarina “menikah” secara mistik dengan Yesus. Perjalanan St. Katarina, seperti halnya para orang kudus lainnya, mereka menuju Yesus melalui ibu-Nya, Maria.
“Jagalah agar iman ini tidak ternoda sampai kamu datang kepada-Ku di Surga dan merayakan pernikahan yang tiada akhir. Mulai saat ini dan seterusnya, bertindaklah dengan tegas. Lakukanlah segala hal yang Aku minta, lakukanlah dalam pemeliharaan-Ku. Berbekal kekuatan iman, kamu akan mengalahkan semua musuhmu dan menjadi Bahagia,” ujar Yesus kepada St. Katarina.
Setelah berbicara, Yesus, bersama Ibu-Nya dan para saksi surgawi, meninggalkan Katarina. Dengan cincin yang menjadi bukti bahwa ia benar-benar telah menikah dengan Cinta Sejatinya (walaupun hanya dia yang dapat melihatnya), Katarina dikuatkan untuk menahan segala penganiayaan yang akan terjadi.
Santa Katarina dari Siena melakukan seperti yang dilakukan kebanyakan pengantin baru, kecuali tempat yang jauh, yang ia pilih untuk bulan madu mereka, bukanlah salah satu tempat yang romantis di pulau terpencil, tapi itu adalah sebuah pulau, tenang, tanpa seorang pun atau apa pun yang mengalihkan perhatiannya. belajar dari Pasangannya. Dia mendengarkan dan mengajukan pertanyaan, seluruh pikiran dan hatinya tertuju pada kebijaksanaan apa yang Guru berikan kepadanya, Mempelai Wanita-Nya. Dia mencapai momen kesatuan terbesarnya dengan Yesus setelah dia menerima-Nya dalam Ekaristi. Pada saat itu, ketika Yesus secara fisik Hadir kepada Katarina, dia merasakan jiwanya membubung ke Surga, mengalami semua keajaiban indah di sana, dengan Tuhan sebagai Pembimbing dan Tuan Rumahnya.
St. Katarina menjalani pernikahan mistik bersama Kristus di hadapan Perawan Maria. Ia lalu mengabdikan diri dan keperawanya kepada-Nya. Pernikahan semacam itu simbol dari rahmat “spiritual murni”, dan bahwa “sebagai seorang istri”, St. Katarina harus ikut ambil bagian dalam kehidupan Yesus, menderita demi penebusan umat manusia. Pada puncak kesetiaannya, St. Katarina menerima stigmata, luka-luka Yesus hingga akhir hidupnya.
Maria sebagai saksi untuk “pernikahan mistik” St. Katarina, menunjukkan kedekatan spiritual antara Maria dan St. Katarina. Bagi St Katarina, Maria tidak hanya memainkan peran pasif dalam inkarnasi Putranya. Sebagaimana Sabda diberikan kepada Maria, demikian pula Maria memberikan Sabda kepada dunia dalam melahirkan Putranya. Maria dipersatukan dengan Kristus dalam karya keselamatan-Nya.
Maria Teladan Suci
Tentu saja, sebagai seorang Dominikan, ST. Katarina menyerap kesalehan Ordo Pewarta terhadap Bunda Allah. Orang-orang tertarik pada kehidupan St. Katarina karena cara dia berperilaku sehari-hari yang penuh doa, rendah hati, penuh kasih, dan pengorbanan. Seperti halnya seorang Dominikan, Rosario menjadi aktivitas keseharian yang tak pernah ditinggalkan olehnya.
Saat dia sekarat, St. Katarina mengaku bahwa dia merasa seolah-olah dia telah gagal dalam misinya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Namun, ia jelas tidak gagal dalam hal yang paling penting, yaitu mencintai Tuhan dan melaksanakan keinginan-Nya. Di sinilah, ia menjadi seperti Maria, yang setia sampai akhir di sisi Yesus, bahkan bersamanya di saat akhir di bawah kayu salib. Orang kudus menerima penderitaan mereka, St. Katarina memohon kepada Tuhan agar ia menderita demi orang-orang yang tidak berdoa atau melakukan penebusan dosa atas dosa-dosa mereka. Dan Tuhan mengizinkannya.
Dalam salah satu doa yang ia tulis, St. Katarina mengungkapkan keindahan-keindahan Maria. Ia mengatakan Maria sebagai “pemberi rahmat”. Satu ungkapan keyakinan dan kekaguman dari sosok seorang kudus kepada Ibu Tuhan. Dalam doanya, St. Katarina jelas menyadari pentingnya penyertaan dan doa Maria saat ia harus menjalani masa-masa sulit dan berat dalam hidupnya.
“Wahai Maria, kuil Tritunggal. Wahai Maria pembawa api. Wahai Maria, pemberi rahmat. Ya Maria, pemulih generasi manusia, karena dunia telah dibeli kembali melalui rezeki yang dagingmu temukan dalam Sabda, Kristus membeli kembali dunia dengan Sengsara-Nya dan kamu dengan penderitaanmu.” (Doa St. Katarina dengan pengataraan Maria)
Bagi st. Katarina, Maria “tanah yang subur”, Maria adalah tanaman baru yang darinya manusia memperoleh bunga harum Sabda Putra Tunggal Allah. Sabd aini ditaburkan di dalam diri Maria, “tanah yang subur”.
“Anda adalah tanah dan tanamannya. Wahai Maryam, kendaraan api, engkau menanggung api yang tersembunyi dan terselubung di bawah abu kemanusiaanmu. Ya Maria, vas kerendahan hati, yang di dalamnya menyala cahaya pengetahuan sejati yang dengannya kamu mengangkat dirimu melampaui dirimu sendiri namun menyenangkan Bapa yang kekal; karenanya dia mengambil dan membawamu kepada-Nya, mencintaimu dengan cinta yang tunggal.” (Doa St. Katarina dengan pengataraan Maria). (Antonius E. Sugiyanto)