PONTIANAK, Pena Katolik | Rabu, 24 Juli 2024 – Bagaimana menjelaskan pemaknaan keseharian yang mendalam?
Kebiasaan orang bijak selalu menggunakan analogi, kemudian biarlah pendengar atau pembacanya yang memaknai ‘teks’ yang disuguhkan itu.
Saya masih ingat cerita kakek tentang Harimau dan Kuda. Cerita dibawah ini merupakan cerita yang diambil dari Negeri Tiongkok kuno.
Biasanya cerita ini diberikan pada mereka yang hendak mencari arti dari ‘kelemahan’ – dimana ‘kelemahan’ itu justru menjadi kekuatan.
Harimau dan Kuda, dalam cerita pendek Tiongkok ini memberikan gambaran ‘batas’ insan setiap dari mereka memiliki kelemahan untuk ‘memaknai’ kekuatan.
Pada suatu hari, harimau bertemu dengan kuda. Ia melihat kuda sedang membantu majikannya bekerja.
“Engkau dengan saya sama, sama-sama punya empat kaki dan gigi. Tetapi, saya dapat membuat orang ketakutan dan melarikan diri, sedangkan engkau setiap harinya hanya bekerja dan dimanfaatkan oleh orang. Engkau benar-benar lemah dan hanya cocok jadi pecundang!”
Itu kata Harimau dengan ‘aroma’ menghina Kuda yang tengah membantu majikannya.
Dengan tubuh yang besar dan kokoh serta memiliki cakar dan taring yang tajam, Harimau kelihatannya sangat kuat dan ganas.
Banyak orang dan hewan yang takut padanya, karena itu Harimau sangat bangga terhadap dirinya sendiri.
Kuda mendengar perkataan Harimau yang bernada menghina, tidak merasa malu dan terpukul tetapi malah berkata padanya dengan sabar.
“Benar semua ucapanmu. Saya juga mempunyai gigi dan empat kaki. Orang tidak pernah takut terhadap saya, hewan lain pun tidak akan lari ketika melihat saya. Walaupun gigi saya hanya makan rumput, tetapi kaki saya dapat berlari jauh sekali,” kata si Kuda itu.
Kuda juga melanjutkan kalimat satir halus.
“Orang-orang selalu menganggap saya sebagai teman yang paling rajin dan setia. Hanya itu kemampuanku,” katanya dengan lembut.
Harimau mendengar jawaban Kuda, sedikit pun tidak mengerti.
“Orang-orang menganggapmu sebagai teman, mengapa setiap harinya menyuruhmu melakukan pekerjaan yang berat?
Mereka bukan mengangapmu sebagai teman, tetapi hanya mau menjadikanmu budak kan?”
Kuda mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Engkau selamanya tidak akan mengerti. Di saat engkau membuat orang takut padamu, di saat yang bersamaan juga membuat orang sebal dan benci padamu. Walaupun semua takut padamu tetapi mereka juga dapat mencari jalan untuk menghadapimu dan melukaimu bahkan membunuhmu untuk mengambil kulitmu lalu dijual. Saya sudah lihat banyak harimau diburu oleh manusia,” sahut si Kuda.
Harimau tertawa mendengar penjelasan kuda.
“Tenaga saya tiada bandingannya. Siapa pun tidak berani melukai saya.”
Saat harimau sedang menyombongkan diri, ada seorang pemburu yang menggunakan senapan hendak menembaknya.
Harimau melihat senapan pemburu segera balik badan dan cepat-cepat melarikan diri karena ia tahu kehebatan senapan.
Kuda melihat Harimau melarikan diri berpikir dalam hati, “Walaupun banyak orang takut terhadapmu tetapi pada akhirnya engkau juga dapat takut terhadap orang lain. Saya tidak pernah ditakuti oleh orang tetapi orang juga tidak ingin membunuh saya!” (Sam).