LANDAK, Pena Katolik | Minggu,14 Juli 2024 – Badan pegal, kaki keram, wajah lusuh ditambah aroma tubuh dengan ‘wewangian’ keringat. Hampir lima jam dalam perjalan membuat pinggang terasa kaku.
Namun, peristiwa jalanan itu tetap terasa ‘nikmat’, sebab setiap sudut jalan saya menikmati sajian alam bersama ritme dan nada-nada estetik dari ciptaan-Nya.
Pukul 17.00 kami tiba di Rusunawa San Agustin Kampus Utama Ngabang.
Beberapa tim E’ries sudah masuk dalam Rusunawa, namun ada sekitar 30 menit saya menikmati lantunan senja untuk masuk dalam alunan udara segar sembari menanti peristiwa gelap menyelimuti.
Tak lama berselang, Yohanes Abxy alias Abxy, dengan motor bebek-nya menuju Rusunawa.
“Eh Bang Sem, apa kabar,” kata Abxy sambil ia turun dengan sopan berjabat tangan, (14/07/24).
“Suster, ada Bang Sam datang,” kata Yohanes Abxy kepada Suster Skolastika OP sesaat sampainya di Biara Komunitas Santa Catharina Siena Ngabang.
Perjalanan dari Pontianak, memakan waktu yang panjang. Sepoi-an AC mobil Ertiga yang dikendarai tim Media Center San Agustin membuat mata terpaksa untuk ‘sayu-sayu’ (‘sayu’ serapan bahasa Dayak Kanayatn bisa berarti mengantuk).
Rupa-rupanya, kehadiran saya di Ngabang – Landak disampaikannya pada Suster Skolastika OP.
Seperti biasanya, mereka selalu bahagia melihat saudaranya datang. Ya itulah kehangatan malam yang menebar inspirasi.
“Sam, sinilah kami menunggu mu makan disini lho,” kata Suster Skolastika OP, dengan khas lekukan bahasanya.
“Ya Suster, saya baru selesai mandi,” kata saya sembari menyiapkan labtob dan pekakas lainnya, (14/07/24).
Sebenarnya kami tak ada janji untuk bertemu, namun jika garis takdir itu ‘hendak’ mendekatkan kami untuk bertemu – disanalah saya pikir ada misteri dalam persaudaraan.
Ya, maksud saya persaudaraan yang sama dalam asuhan dan didikan komunitas Dominikan.
Mereka, beberapa Dominican Youth diasuh oleh Suster Dominikan sedangkan saya diasuh oleh Romo Dominikan di Pontianak. Misteri persaudaraan itu terkuak mendalam alunan kata, sentuhan sapaan, dan ritme pemahaman menyatukan kami untuk makan malam bersama di Komunitas Suster Santa Catharina dari Siena Ngabang.
Welcome to Pondok Belajar
Usai mengemas beberapa hal, Abxy pun tiba di Rusunawa San Agustin. Dengan motor bebek itulah kami menuju Biara Suster Dominikan kurang lebih sekitar 5-10 menitan.
Menjelang malam, sejuk merasuk sampai ke tulang, keheningan malam ber-irama bersama alunan jangkrik; persis beberapa menit itu mengundang memori masa muda yang penuh keindahan.
“Welcome to Pondok Belajar kami Sem,” kata Suster Charito OP, menyambut hangat kehadiran saya di biara, (14/07/24).
Menurut Suster Charito, Pondok Belajar ini diupayakan untuk anak-anak San Agustin termasuk Dominican Youth Ngabang yang sering menggunakan wadah itu.
Dia mengatakan, Pondok Belajar persis rumah Biara ‘mungil’ Ngabang merupakan tempat yang biasa digunakan anak-anak untuk mengerjakan tugas kuliah, tak jarang juga yang mengerjakan skripsinya sampai malam.
“Sebenarnya sudah direncanakan oleh Suster Ergie OP sejak awal. Ide Awal itu pada 2019, pada akhirnya “Welcome to Pondok Bejalar selesai pada April 2024,” kata Suster Charito.
Lokasinya di Jalan Dara Itam, BTN Bali permai 2. Di sana sudah ada Sr Charito OP (Kepala Komunitas) Santa Catahrina dari Siena, bersama tiga rekannya Sr Skolastika OP, Sr Beatrix OP, Sr Yulinda OP.
Ada pula Bernego, Cristian, Novitalis, Roberta Agustin dan Abxy.
Spaghetti, perkedel, Torta (Filipino Food), Ayam dan Jus Buah Naga melenyapkan penat di hari itu.
Rupanya, mereka sudah merencanakan untuk ‘nobar’ nonton bareng, pokoknya komedi-lah.
Seketika Rumah Belajar di sulap menjadi bioskop.
“Rush Hour 3” menjadi pilihan tontonan mereka. Film aksi-komedi itu, dirilis pada tahun 2007 lalu.
Film itu merupakan sekuel dari film “Rush Hour” yang sukses pada tahun 1998 dan “Rush Hour 2” pada tahun 2001.
Film yang disutradarai oleh Brett Ratner dan ditulis oleh Jeff Nathanson. “Rush Hour 3” mengikuti petualangan dua detektif yang tidak biasa, Detektif James Carter yang diperankan oleh Chris Tucker dan Inspektur Lee yang diperankan oleh Jackie Chan.
Jackie Chan memerankan Inspektur Lee, seorang detektif Hong Kong yang terkenal.
Ia populer dengan keterampilan bela diri dan keahliannya dalam menyelesaikan kasus-kasus sulit.
Chris Tucker memerankan Detektif James Carter, seorang detektif Los Angeles yang merupakan mitra dan sahabat Inspektur Lee. Dia memiliki kecenderungan untuk menjadi lucu dan eksentrik.
Nyatanya, dari awal film diputar, mereka pecah ‘ngakak’ dalam balutan keluarga Dominican Youth.
Terima kasih ‘gaes’ buat makan malam dan tumpangan wifi-nya. Sukses Dominican Youth. (Sam).
Wah keren banget tulisannya Bang, tiap katanya memgandung jiwa yang seakan dibaca terus menghanyutkan pembaca dalam suasana yang diceritakan. Keren bangetlah! Terimakasih sempatkan waktu untuk tulis tentang ini, sukses terus ya Bang Sam🤩
Terima Kasih Abxy