PERTENGAHAN abad ke-16 Gereja Katolik masih terluka sebab pecahnya Reformasi Protestan. Luka akibat perpecahan itu masih menganga dan menyisakan “nanah” yang masih saja menyakiti Gereja Katolik. Sebagai pertahanan, Gereja Katolik mengadakan Konsili Trente, setelah 28 tahun reformasi Protestan itu bergulir dan dimulai Martin Luther di Jerman tahun 1517.
Benar saja, konsili ini seakan menjadi pemadam kebakaran yang sedikit terlambat datang. Konsili yang berlangsung antara 13 Desember 1545 hingga 4 Desember 1563 ini diadakan justru ketika gerakan Protestantisme telah mulai menggerogoti dasar-dasar Gereja Katolik.
Konsili ini ditandai dengan munculnya kecaman atas apa yang didefinisikan sebagai bidah. Reformasi protestan dan pendukungnya mengeluarkan pernyataan dan klarifikasi kunci terkait doktrin dan ajaran Gereja, termasuk kitab suci, Alkitab, tradisi suci, dosa asal, pembenaran, keselamatan, sakramen, Misa, dan penghormatan orang-orang kudus. Akibatnya, Gereja Katolik perlu “meluruskan” ajaran imannya dalam konsili ini.
Salah satu tokoh kunci dalam konsili ini adalah Uskup Agung Braga, Mgr. Bartolomeus Fernandes, Uskup Braga. Sebagai seseorang yang hidup suci, Mgr. Fernandes memahami, apa yang sebenarnya dibutuhkan Gereja pada zaman itu. Ia menghadapi reformasi protestan tidak dengan bersikap sinis. Ia menyadari, bahwa Gereja Katolik pun memiliki kelemahan. Sehingga, ia meyakini, solusi yang harus diberikan oleh Konsili Trente itu adalah mengarahkan Gereja Katolik pada jalan kesuciannya.
Uskup yang Dihormati
Pada dimulainya kembali Konsili Trente pada tahun 1561, Mgr. Fernandes mengambil bagian dalam sesi-sesi terakhir. Dia membuat total 268 saran di dewan dan berkolaborasi dengan Charles Borromeo. Dia dihormati dan dijunjung tinggi di antara para bapa konsili baik karena pembelajaran teologisnya maupun kesucian hidupnya. Mgr. Fernandes memberikan pengaruh yang besar dalam diskusi-diskusi dan terlebih lagi berkaitan dengan dekrit-dekrit tentang reformasi kehidupan dan perkembangan gerejawi.
Setelah Konsili Trente ditutup, Mgr. Fernandes kembali ke Braga pada Februari 1564. Dua tahun berselang, pada 1566, ia mengadakan pertemuan provinsi penting dari keuskupan. Ia menerbitkan dekrit-dekrit untuk pemulihan disiplin gerejawi dan peningkatan kehidupan moral para imam dan umat.
Tantangan selama menjadi Ukup Agung Braga rasanya ada di setiap bagian keuskupan, mulai dari imam hingga umat. Semangat reformasi yang dibawa Konsili Trente mendorongnya untuk memperbaiki kualitas kesucian para imamnya.
Tidak hanya aspek menggereja, tatangan yang dihadapi Mgr. Fernandes juga bencana kelaparan yang hebat dan wabah yang datang menyerang masyarakat. Namun, berkat kepemimpinannya Mgr. Fernandes mampu membawa umat melewati masa-masa sulit ini.
Mgr. Fernandes dikenal karena kedalaman sifatnya yang murah hati dan penyayang di samping kesediaannya untuk membantu kawanannya pada saat mereka membutuhkan; ia juga membangun serangkaian rumah sakit.
Katolik Portugis
Bartolomeus Fernandes lahir pada 3 Mei 1514 dari pasangan Domingos Fernandes dan Maria Correia. Ia dibaptis hanya beberapa jam setelahnya di Gereja Nossa Senhora dos Mártires. Di dekat kediamannya. Setelah dewasa, Fernandes masuk Ordo Pengkhotbah pada 11 November 1527. Ia mengikrarkan kaul pertama dalam ordo pada 20 November 1529. Setelah menyelesaikan studinya sendiri pada tahun 1538 ia mengajar studi filosofis di biara ordo di Lisbon dan kemudian selama sekitar dua tahun mengajar studi teologi di berbagai biara ordonya.
Pada tahun 1551 ia menerima gelar masternya di Salamanca, Spanyol. Kemudian, ia mengajar di Batalha. Ia juga menjabat sebagai kepala Biara Benfica dari tahun 1557 hingga 1558.
Pada tahun 1558 karena kepatuhannya kepada Provinsial, ia menerima penunjukan sebagai Uskup Agung Braga dan ditahbiskan di biara Santo Dominikus pada 3 September 1559 dengan penahbis Uskup Coimbra, Mgr. João Soares. Paus Paulus IV menegaskan penunjukan ini dalam bulla kepausan Gratiae Divinae Praemium pada 27 Januari 1559.
Dia berulang kali mengajukan permintaan untuk mengundurkan diri dari takhta episkopalnya. Keinginan ini terpenuhi saat Paus Gregorius XIII pada 20 Februari 1582 menerima pengunduran dirinya, saat usianya sudah menginjak 68 tahun. Ia lalu tinggal di Biara Dominikan di Viana do Castelo. Di tempat ini, ia tinggal menyendiri selama sisa hidupnya tetapi juga melayani sebagai guru untuk beberapa waktu.
Sebagai salah satu pemikir gereja, selama hidupnya Mgr. Fernandes telah menulis menulis publikasi diantarnaya Compendium spiritualis doctrinae ex variis sanc. Patrum sententiis magna ex parte collectum yang terbit di Lisbon pada 1582. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku lain. Semua tulisannya telah diterbitkan ulang dalam berbagai kesempatan dan juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Jalan Kesucian
Mgr. Fernandes meninggal di Viana do Castelo pada 16 Juli 1590. Patung dirinya yang dipasang di atas keledai dapat ditemukan di Viana do Castelo, Portugal. Bagian dari nama di alas tertulis Bartolomeu dos Martires.
Proses beatifikasi Mgr. Fernandes dibuka dalam proses informatif yang diresmikan oleh Uskup Agung Rodrigo da Cunha pada tanggal 20 Januari 1631 meskipun tidak diketahui kapan proses ini berakhir.
Para teolog juga menyetujui tulisan-tulisannya pada tahap tertentu selama proses tersebut untuk memastikan apakah tulisan-tulisan spiritual tersebut berada dalam iman atau tidak. Pengantar resmi untuk penyebab kekudusannya datang saat masa kepausan Benediktus XIV pada 11 September 1754. Saat itu, Mgr. Fernandes digelari Hamba Allah.
Mgr. Fernandes dinyatakan telah menjalani kehidupan Kristen. Selama hidupnya, ia menjadi teladan kebajikan dan kepahlawanan. Hal ini menjadi penyebab Paus Gregorius XVI menggelarinya sebagai Venerabilis pada 23 Mei 1845.
Perlu waktu cukup lama hingga Mgr. Fernandes mendapat pengakuan penuh akan kekudusannya. Pada 12 Maret 1999, Kongregasi Penggelaran Kudus menyetujui mukjizat penyebuhan berkat doa dengan perantaraannya. Sebagai puncaknya, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dekrit beatifikasi Mgr. Fernandes pada tanggal 7 Juli 2001. Paus yang sama kemudian memimpin Misa Beatifikasi Mgr. Fernandes pada 4 November 2001 di Lapangan Santo Petrus.
Paus Fransiskus pada 20 Januari 2016 menyatakan bahwa mukjizat kedua yang diperlukan untuk kanonisasinya dihapuskan sebagai hasilnya. Paus lalu menyetujui kanonisasi mendiang uskup agung ini dalam sebuah dekrit yang dikeluarkan pada 5 Juli 2019. Kini, St Bartolomeus Fernandes OP diperingati setiap 18 Juli.
Antonius E. Sugiyanto