JAKARTA, Pena Katolik – Penderitaan telah menjadi satu dalam hidup St. Margaret dari Castello. Sebelum lahir, kedua orangtuanya, Parisio dan Emilia, mengharapkan lahir seorang anak laki-laki. Parisio berharap, anak itu kelak akan meneruskan kariernya sebagai seorang perempuan.
Menjelang kelahiran anak yang diidamkan itu, Parisio dan Emilia mengundang seluruh penduduk ke pesta dalam menyambut kelahiran anak pertama mereka. Namun, saat itu justru berubah menjadi mimpi buruk bagi Parisio dan Emilia. Bayi yang lahir itu berjenis kelamin perempuan.
Tak hanya karena terlahir perempuan, bayi itu juga buruk rupa dan memiliki beberapa kekurangan fisik. Tubuhnya terdiagnosa menginap dwarfisme (saat dewasa tinggi badannya hanya berkisar 120 cm), badannya bungkuk, dan kaki kanan lebih pendek sekitar 4 cm dari kaki kiri. Kondisi kaki ini menyebabkan jalannya pincang. Satu lagi, bayi itu buta total.
Dari Keluarga Bangsawan
Demikian kisah kelahiran St. Margaret. Ia lahir di Metola (saat ini bagian dari Perugia, Italia) pada tahun 1287. Ia lahir dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Parisio, adalah seorang pemimpin militer yang memiliki reputasi membebaskan Metola dari penjajahan negara tetangga. Hal ini membuat dirinya dianggap sebagai pahlawan dan keluarganya dianugerahi hadiah berupa kastil dan sekitarnya.
Istri Parisio bernama Emilia. Pasangan suami istri ini mengharapkan anak laki-laki yang dapat meneruskan peran Parisio sebagai pemimpin di Metola.
Kedua orang tua Margaret berbohong kepada seluruh penduduk bahwa anak pertama mereka meninggal saat lahir. Mereka menyembunyikan Margaret dari semua orang kecuali pengasuh di kastil dan seorang imam. Perawat ini membawa bayi tersebut kepada sang imam untuk dibaptis dengan nama “Margaret” yang berarti pearl/mutiara. Dibuatlah peraturan bahwa Margaret hanya boleh beraktivitas di wilayah tertentu di kastil dan tidak boleh memasuki bagian tempat kedua orang tuanya tinggal.
Margaret tumbuh sebagai anak yang ceria, ramah dan cerdas. Dia hafal semua nama pelayan di kastil dan semua orang menyayanginya, kecuali orang tuanya sendiri. Pada suatu hari, ada seorang wanita yang mengunjungi kastil, sedangkan pelayan lupa mengurung Margaret ke kamarnya.
Margaret berkata kepada tamu ini: “Suara Anda seperti seorang wanita bangsawan!” Sang tamu bertanya, “Bagaimana kamu tahu aku bangsawan?” Jawab Margaret, “Karena tata bicara Anda mirip ibu saya”. Saat itulah perawat Margaret menyadari kondisi genting ini dan membawa Margaret ke ruangan lain. Hampir saja kebohongan Parisio dan Emilia terbongkar. Hal ini merisaukan Parisio.
Dia memindahkan Margaret dari kastil ke pinggir hutan sekitar 800 meter jauhnya di mana terdapat kapel kecil. Parisio membangun tambahan konstruksi yang menempel ke kapel tetapi tanpa pintu dan memasukkan Margaret ke situ sehingga dia tidak dapat keluar dan tidak bertemu dengan tamu kastil lagi. Mereka tidak tahan menanggung malu akan kondisi anak mereka yang difabel.
Hal ini terjadi pada tahun 1293 saat Margaret baru berusia 6 tahun. Margaret hanya dikunjungi oleh pelayan yang membawakan makanan dan minuman serta imam keluarga yang memberikan pelayanan sakramen dan memberinya katekese mengenai iman Katolik. Mereka diancam akan dibunuh oleh Parisio apabila mengadukan mengenai hal ini kepada orang lain, sehingga mereka tetap menjaga rahasia tersebut.
12 tahun kemudian, negara tetangga, Urbino, menyatakan perang dengan Metola. Parisio segera memindahkan keluarganya ke Mercatello, kira-kira berjarak 110 km dari Metola. Mereka tinggal selama setahun di sana dari tahun 1305 hingga 1306. Di Mercatello mereka kembali tinggal di kastil, tapi kali ini terdapat penjara bawah tanah di kastil tersebut. Mereka menempatkan Margaret di sana. Ruangan tempat tinggal Margaret hanya berisi sebuah kasur yang berisi jerami dan satu kursi sederhana. Makanan dan minuman diberikan 2 kali sehari. Tidak ada layanan rohani (sakramental ataupun katekese). Margaret jauh lebih tersiksa di sini.
Berharap Mukjizat
Pada sekitar tahun 1306 terdengar kabar bahwa ada seorang biarawan Fransiskan suci yang wafat dan dikubur di kota Castello. Banyak orang berziarah ke sana dan mendapat mukjizat di kuburnya. Parisio mendapat ide untuk membawa Margaret ke sana untuk mengharap kesembuhan dari cacat tubuhnya. Emilia setuju dan pagi-pagi benar mereka berangkat dan segera menempatkan Margaret di samping kubur dan menyuruhnya berdoa dengan sungguh-sungguh memohon mukjizat. Parisio dan Emilia pergi berkeliling kota. Di sore hari mereka kembali dan mendapati Margaret masih berdoa secara khusyuk di situ namun tidak ada perubahan pada tubuhnya. Kecewa, mereka pergi diam-diam dan meninggalkan Margaret di kota asing tersebut sendirian, tanpa kenalan, tidak pernah menemuinya lagi selamanya.
Margaret ditampung oleh keluarga pengemis dan mereka sering meminta-minta di kota Castello. Margaret tidak pernah menaruh dendam ataupun membenci orang tuanya, malah selalu mendoakan semoga mereka dapat selamat. Karena reputasinya yang kudus dan bersukacita, komunitas biarawati mengundangnya untuk tinggal di biara. Margaret sangat bergembira dan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan aturan hidup membiara.
Kewajiban menjaga keheningan di biara sudah banyak diabaikan oleh para biarawati di situ, sedangkan Margaret tetap setia dengan aturan hidup membiara. Hal ini membuat para biarawati jengkel dan iri karena Margaret membuat mereka nampak buruk. Mereka mengusir Margaret dan menyebarkan fitnah bahwa Margaret adalah orang yang sulit diatur dan tidak taat di biara. Margaret kembali ke jalanan, namun kali ini lebih parah karena orang-orang banyak yang percaya akan ucapan para biarawati. Namun, Margareta sekali lagi tetap tidak dendam dan tidak pernah berkata buruk tentang para biarawati.
Kekudusan Margaret membuat para penduduk menyadari bahwa dia sungguh orang baik. Pasangan Grigia dan Venturino menampung Margaret di rumah mereka. Margaret meminta untuk ditempatkan di tempat paling sederhana karena dia ingin hidup miskin. Margaret suka berdoa di gereja Dominikan setempat, di mana para Mantellate sering berkumpul. Mantellate adalah komunitas para wanita saleh, biasanya para janda, yang hidup berdasarkan spiritualitas Dominikan, mereka termasuk dalam Ordo Ketiga St. Dominikus. Margaret sangat berharap dapat bergabung namun dia adalah seorang pemudi yang belum menikah. Akhirnya imam Dominikan setempat memberikan dispensasi dan menerimanya.
Disayangi Anak-Anak
Sebagai seorang Mantellate, ia memprakarsai kunjungan ke penjara, merawat para napi dan orang sakit. Hal ini karena dia teringat masa-masa dia dipenjara, dari usia 6 hingga 18 tahun di Metola, lalu yang lebih parah di penjara bawah tanah pada usia 18 hingga 19 tahun di Mercatello. Kondisi tubuh Margaret yang kecil membuat banyak anak-anak suka berinteraksi dengannya. Banyak orang tua yang menitipkan anaknya ke Margaret saat mereka harus pergi bekerja di pagi hingga sore hari. Margaret mengajarkan anak-anak katekese mengenai iman Katolik yang dia pelajari dari para imam. Banyak mukjizat yang dilakukannya selama hidupnya, termasuk ekstase, namun mukjizat yang paling terkenal adalah saat kematiannya.
Margaret wafat pada 13 April 1320 pada usia 33 tahun. Reputasi kekudusannya membuat para penduduk Castello mendesak agar dia dikubur di dalam gereja karena mereka menganggapnya sebagai seorang kudus. Namun, aturan gereja memperbolehkan hanya orang kudus yang dikanonisasi atau para religius yang dikubur di dalam gereja. Konflik terjadi akan tempat penguburan Margaret. Saat terjadi kekisruhan, ada seorang ibu yang membawa anak perempuannya yang lumpuh dan baru-baru ini meninggal dunia ke sisi jenazah Margaret.
Tiba-tiba tangan Margaret bergerak dan menyentuh tubuh anak kecil itu. Anak kecil itu hidup kembali dan dapat berjalan dan berkata-kata. Mukjizat ini disaksikan oleh semua penduduk, termasuk para imam gereja. Akhirnya Margaret diperbolehkan dikuburkan di gereja dan jenazahnya sampai sekarang masih utuh tanpa diawetkan menggunakan balsam sama sekali atau perlakuan khusus lainnya.
Margaret dibeatifikasi oleh Paus Paulus V di Oktober 1609. Paus Fransiskus mengkanonisasinya dengan kanonisasi ekuipolen/ekuivalen pada 24 April 2021, 701 tahun setelah kematiannya. Tubuhnya masih utuh dan dapat dilihat pada altar di Gereja San Domenico di kota Castello, Perugia, Italia. Pesta namanya pada 13 April.
St. Margaret adalah pelindung: Penyandang cacat, orang buta, anak yang dibuang/tidak diharapkan, gerakan pro-life/mendukung kehidupan, orang yang ditolak oleh ordo religius. Dalam ikonografi gereja, St. Margaret biasanya digambarkan sebagai wanita buta yang bungkuk dengan jantung yang terdapat tiga mutiara di dalamnya.
Beberapa keutamaan yang dapat kita teladani dari hidup St. Margaret adalah:
- Kesabaran
- Selalu bersyukur di sepanjang waktu
- Kesalehan, semangat bertobat
- Mengandalkan Tuhan senantiasa
- Setia pada hidup doa
- Iman dan pengharapan akan kasih Tuhan
- Karya belas kasih jasmani (corporal works of mercy)
- Mengampuni, kontemplatif dalam hidup sakramental Gereja
- Menyelaraskan kehendak diri pada kehendak Allah
- Penderitaan sebagai sarana kerendahan hati dan belarasa
- Menggunakan sepenuhnya anugerah Tuhan pada diri kita bagi sesama
Santa Margareta dari Castello, doakanlah kami!
Penulis: Yosephine Indrianne Hartantie, O.P.; Patrick Nugroho Hadiwinoto, O.P.; Vincentius Debby Raynold Musung, O.P.; Susana Sri Moller, O.P.; Elisabeth Nani Widyanti, O.P.; Theresia Niken Pamulawardhani, O.P.; Jacinta Justina Sukandar, O.P.; Theresia Avila Ratih Sawitridjati, O.P.; Lucia Yusiatri Metaningrum, O.P.; Yohanes Supramono, O.P.; Lusya Cintia Anis, O.P.; Yustinus Anta Ramadhan, O.P.