Selasa, Juli 2, 2024
32.1 C
Jakarta

Keadaan Wisata Religi Tanah Suci di Tengah Perang

Pintu masuk Gerbang Jaffa (interior), salah satu jalur akses utama ke Kota Tua Yerusalem, hampir kosong sekitar tengah hari pada hari Jumat, 24 Mei. Menurut data Kementerian Pariwisata Israel, lebih dari 80.000 orang memasuki negara tersebut. pada April 2024, turun 77 persen dibandingkan April 2023. CNA

YERUSALEM, Pena Katolik – Selama bulan April ada perayaan besar tiga agama di Yerusalem: Paskah Kristen, Paskah Yahudi, dan bulan Ramadhan. Tahun ini, tiga hari raya ini berlalu dengan hampir tidak adanya peziarah dari luar negeri.

Tempat-tempat suci dan jalan-jalan di Kota Tua biasanya dipenuhi wisatawan dan peziarah pada saat-saat seperti ini, namun tempat-tempat tersebut telah kosong selama delapan bulan terakhir karena perang Israel-Hamas.

Umat ​​Islam tertib menuju pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa untuk salat Dzuhur, namun sebaliknya, Via Dolorosa benar-benar kosong. Tidak ada peziarah yang naik ke Makam Suci. Sanctuary of the Flagellation yang dikelola oleh para Fransiskan di titik awal jalur Via Crucis, selalu terbuka tetapi tempat itu juga kosong.

Keadaan di Getsemani tidak lebih baik. Tempat ini selalu ramau, namun di masa perang tempat ini sepi. Selama ini, peziarah kebanyakan berasal dari Asia atau Amerika Selatan dan beberapa berasal dari Eropa Timur, sebagian besar beragama Kristen Ortodoks.

“Sebelum perang, kami memiliki lebih dari seratus kelompok setiap hari. Hari ini, kami menyambut dua atau tiga kelompok pada hari yang baik,” kata Pastor Siniša Srebrenović, OFM, imam penjaga Biara Penderitaan Fransiskan Gethsemane kepada CNA.

Absennya jamaah juga berarti tidak adanya penghasilan. Pastor Siniša Srebrenović mengakui, selama ini sumbangan dari peziarah membantu menutupi biaya pemeliharaan tempat suci dan beberapa proyek pembangunan. Dengan adanya perang, sumbangan menjadi turun drastis.

“Hari ini semuanya terhenti. Pekerja dari Wilayah Palestina tidak memiliki izin untuk datang, dan sumber daya keuangan hanya cukup untuk masyarakat biasa. Meskipun demikian, lembaga ini terus memberikan dukungan finansial kepada para pekerjanya dan tidak melakukan PHK satu pun dari mereka.”

Di Makam Suci, waktu tunggu untuk memasuki edicule atau tempat makam Yesus hanya beberapa menit, dibandingkan tahun lalu yang mencapai dua jam. Lagi, prosesi harian para biarawan Fransiskan di dalam basilika hanya dihadiri oleh segelintir umat yang mana sebagian besar penduduk Yerusalem.

Sekelompok kecil umat Kristen Ortodoks dari Rumania di dalam Basilika Getsemani mencium batu tempat Yesus mengeluarkan keringat darah pada malam Kamis Putih, Mei 2024. CNA

Betlehem pun kosong

“Setiap hari kami kehilangan $2,5 juta,” keluh Majed Ishaq, direktur jenderal departemen pemasaran Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina.

Dia menjelaskan kepada CNA situasi yang dramatis ini di mana fasilitas wisata ditutup dan orang-orang yang bekerja di sektor ini kehilangan penghasilan.

“Mereka termasuk banyak orang Kristen kini tidak mempunyai penghasilan selama berbulan-bulan. Orang-orang mencoba menjual rumah, mobil, furnitur, untuk bertahan hidup,” ujar Ishaq.

Saat ini, wisatawan masih bisa mencapai Betlehem, namun untuk pergi ke kota-kota di utara, seperti Nablus atau Jenin, dan juga Hebron di selatan, hampir tidak dapat dijangkau. Ishaq mengakui, bahkan untuk wisatawan lokal dan perjalanan internal sangat terpengaruh akibat serangan.

Menurut data dari Kementerian Pariwisata Israel, lebih dari 80.000 orang (gabungan wisatawan dan peziarah) memasuki negara tersebut pada bulan April 2024. Jumlah ini adalah penurunan sebesar 77% dibandingkan dengan bulan April 2023 dan 80% dibandingkan dengan bulan April 2019, tahun puncak sebelum pandemi Covid-19. Secara kumulatif, dari Januari hingga April, tercatat sekitar 285.000 kunjungan wisatawan, turun sekitar 78% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Via Dolorosa di lokasi Gereja Flagellation ini benar-benar sepi pada Jumat sore, 24 Mei 2024. Biasanya hari Jumat menjadi hari dimana banyak peziarah Kristiani menyusuri Via Dolorosa mengikuti jejak Yesus menuju Makam Kudus. CNA

Penurunan ini disebabkan oleh dampak perang “Pedang Besi”, sebutan yang diberikan Israel untuk kampanye melawan Hamas di Jalur Gaza setelah peristiwa 7 Oktober 2023. Yaron Ergas, direktur penelitian, statistik, dan manajemen informasi di Kementerian Pariwisata Israel, mengatakan, sebelum perang Israel mengadakan survei untuk wisata ziarah/keyakinan. Saat pecahnya perang, pada bulan Oktober 2023, survei ini dihentikan.

“Pemulihan diperkirakan baru terjadi pada akhir tahun 2025,” tambahnya.

Statistik lain, yang berfokus pada peziarah Kristen, diberikan kepada CNA oleh Christian Information Center (CIC), yang disponsori oleh Custody of the Holy Land. CIC telah memberikan informasi tentang agama Kristen dan Tanah Suci, termasuk tempat suci dan liturgi, selama lebih dari 50 tahun. Selain itu, ini adalah satu-satunya saluran resmi untuk memesan Misa di tempat-tempat suci.

Dari bulan Oktober hingga Desember 2023, sekitar 2.800 kelompok (107.000 individu) telah memesan setidaknya satu perayaan melalui CIC, dan semuanya dibatalkan segera setelah perang pecah. Dari jumlah tersebut, 95% beragama Katolik dan 4% beragama Protestan. Sembilan puluh persennya adalah kelompok dari luar negeri. Dari bulan Januari hingga April tahun ini, kelompok yang didaftarkan oleh CIC berkisar antara 100 hingga 200 orang per bulan (rata-rata 5.000 hingga 6.000 individu per bulan).

Minimnya jamaah Kristiani di Tanah Suci terutama disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang enggan menerbitkan polis asuransi bagi mereka yang hendak berangkat ke wilayah yang dianggap berbahaya dan berisiko.

Namun kedatangan peziarah dari Asia Tenggara dan Amerika Selatan terus berlanjut, walaupun Amerika Serikat tetap menjadi negara teratas yang masuk. Jumlah peziarah yang mengejutkan berasal dari Indonesia. Orang Indonesia tetap berziarah karena lembaga yang mengatur perjalanan mereka tidak memberikan pengembalian biaya perjalanan prabayar, yang mana banyak dari mereka telah menginvestasikan tabungan mereka. Hal ini memaksa orang-orang untuk melakukan perjalanan apapun yang terjadi.

Sekelompok peziarah Kristen dari Filipina di tempat suci Getsemani. Pada bulan-bulan perang ini, kedatangan dari Asia Tenggara dan Amerika Selatan terus berlanjut. CNA

Harapan untuk Yobel 2025

Di tahun 2025 ini akan ada dua event menarik wisata religi di Tanah Suci. Pameran khusus gulungan Isahia akan diadakan pada tahun 2025 di Museum Israel untuk memperingati hari jadinya yang ke-60.

“Kami yakin banyak orang akan menunjukkan minat. Kami akan berusaha mengajak masyarakat yang datang berziarah ke Tanah Suci untuk mengunjungi pameran khusus ini,” kata Shani.

Selanjutnya pada tahun 2025, umat Katolik akan merayakan tahun Yobel. Umat akan sangat terdorong oleh seruan Paus, untuk merayakan tahun ini.

“Gereja Makam Suci di Yerusalem, Gereja Kabar Sukacita di Nazaret, dan Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem akan menjadi tempat Yobeleum; masyarakat akan terdorong untuk mengunjunginya, dan kami yakin ini akan membantu memulihkan pariwisata.”

Para pemimpin agama Kristen utama di Tanah Suci tak henti-hentinya mengeluarkan imbauan kepada para peziarah untuk kembali ke tempat suci.

“Jangan takut, kembalilah ke Yerusalem dan Tanah Suci! Kehadiran Anda selalu merupakan kehadiran kedamaian, dan kami dengan tulus membutuhkan kedamaian hari ini; semoga Anda datang dan memberi kami kedamaian Anda,” kata Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, di akhir prosesi Minggu Palma. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini