SYDNEY, Pena Katolik – Uskup Agung Sydney, Mgr. Anthony Fisher OP menyuarakan kekhawatiran atas semakin terkikisnya kebebasan beragama di Australia dalam layanan kesehatan, pendidikan, dan masyarakat luas. Dalam wawancara tertulis dengan CNA, biarawan Dominika tersebut menggambarkan situasi tersebut sebagai “rumah hak asasi manusia yang dibangun di atas pasir”. Ia menyerukan umat Katolik untuk serius menjadi “orang suci” di zaman ini.
Mgr. Fisher menunjuk kegagalan hukum dan banyak lagi contoh tindakan legislatif atau kebijakan di pemerintahan federal dan negara bagian yang memusuhi agama. Ia memperingatkan konsekuensi tindakan legislatif dan birokrasi, yang menurutnya dapat merusak tatanan kebebasan beragama.
“Jika kita mempertimbangkan masalah kehidupan, dalam beberapa tahun terakhir kita melihat adanya dekriminalisasi aborsi secara total, dengan beberapa negara bagian yang mewajibkan para profesional medis yang memiliki keberatan hati nurani untuk tetap merujuk pasien ke penyedia layanan aborsi,” katanya.
Prelatus Australia itu menambahkan, bahwa aborsi juga mendapat “perlindungan khusus, bahkan doa dalam hati dalam jarak 150 meter dari klinik aborsi kini merupakan pelanggaran pidana di banyak negara bagian.
“Di sisi lain, euthanasia juga telah dilegalkan, dan meskipun dokter tidak harus berpartisipasi dalam euthanasia dan bunuh diri yang dibantu, fasilitas perawatan lansia Katolik di tiga negara bagian diharuskan untuk menampung ‘tim pembunuh’ di fasilitas mereka untuk memberikan obat-obatan mematikan kepada seorang pasien apabila dibutuhkan,” tambahnya.
Mgr. Fisher juga menyoroti pengambilalihan paksa rumah sakit yang dikelola Gereja Katolik. Meskipun demikian, Mgr. Fisher mengatakan bahwa tindakan yang menghalangi misi Gereja, umumnya dilakukan “lebih halus”.
Mgr. Fisher menyoroti pengambilalihan paksa Rumah Sakit Calvary yang dikelola Gereja Katolik. Ia menggambarkan kasus tersebut sebagai campur tangan paling terang-terangan terhadap misi Gereja belakangan ini.
Pemerintah mengambil alih dan mengganti nama Rumah Sakit Calvary menjadi Rumah Sakit Canberra Utara pada tahun 2023. Meskipun ada protes, biaya dan kompensasi masih menjadi berita utama di media lokal.
“Merampas tanah, bangunan, staf, dan operasional sebuah rumah sakit Katolik sebenarnya hanya mempercepat tujuan serangan yang lebih kecil dan halus ini,” kata Mgr. Fisher.
Perebutan sekolah
Di negara di mana satu dari lima siswanya bersekolah di sekolah-sekolah Katolik, prelatus tersebut menyatakan keprihatinan mendalam atas upaya legislatif untuk mengekang lembaga-lembaga pendidikan Katolik.
Menanggapi rekomendasi Komisi Reformasi Hukum Australia yang memberlakukan pembatasan terhadap kemampuan sekolah agama untuk mempekerjakan staf dan menyajikan ajaran Katolik, Mgr. Fisher memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan mengubah sifat sekolah-sekolah tersebut secara mendasar.
“Jika rekomendasinya dilaksanakan, sekolah-sekolah Katolik tidak akan bisa dibedakan dari sekolah-sekolah negeri,” dia memperingatkan.
Mgr. Fisher juga memperingatkan risiko dari rekomendasi birokrasi baru-baru ini, seperti pencabutan status amal dari lembaga keagamaan. Tindakan seperti itu, kata prelatus itu, dapat menghancurkan kemampuan Gereja dalam menyediakan layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Gagasan bahwa lembaga-lembaga keagamaan mungkin tidak lagi memenuhi syarat untuk mendapatkan status amal adalah tidak masuk akal.
Ke depan, Uskup Agung Sydney menyatakan harapannya agar para pejabat terpilih akan mengakui kontribusi signifikan umat beragama terhadap masyarakat Australia. Ia menunjuk Paus yang menyerukan Gereja dan umatnya, untuk tetap teguh dalam misi mereka, terlepas dari undang-undang dan kebijakan yang membatasi.
“Kita harus sangat serius dalam mewartakan kebenaran pernikahan dan keluarga melalui cara kita menjalani hidup,” kata Fisher kepada CNA. (AES)