KELANIYA, Pena Katolik – Umat Katolik Sri Lanka melakukan pelayanan masyarakat dan sedekah pada hari raya Waisak sebagai bentuk keharmonisan dan rekonsiliasi umat beragama di tengah tantangan ekonomi berat yang dihadapi negara kepulauan di negaradi Samudra Hindia itu.
Festival keagamaan pada tanggal 21-27 Mei memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha.
Di Negombo, yang dikenal sebagai “Roma Kecil” di Sri Lanka karena komunitas Katoliknya yang besar, umat Katolik mengorganisir lebih dari seratus kedai makanan yang menyajikan makanan dan air kepada umat Buddha yang mengunjungi kuil.
Jude Anthony, seorang pengusaha Katolik dari Negombo, mengatakan pasar setempat penuh dengan kios yang menyajikan kopi, biskuit, sup sayur, mie, nasi goreng, kacang tanah, roti, kue, minuman herbal, susu, minuman ringan, dan es krim.
“Banyak rumah tangga Katolik dan lembaga-lembaga yang dikelola Gereja membantu menghiasi jalan-jalan dengan lentera Waisak dan dekorasi lainnya,” katanya kepada UCA News pada 26 Mei.
Anthony dan keluarganya melakukan perjalanan dengan truk ke Kolombo untuk melihat paviliun Waisak yang didekorasi secara khusus pada hari Minggu, 26 Mei 2024.
Maris Eco Friends, sebuah organisasi lingkungan yang terkait dengan Maris Stella College, mendirikan stan yang memamerkan tanaman buah dan sayuran.
Inspektorat Kesehatan Masyarakat Sri Lanka, yang memberikan izin untuk kedai makanan tersebut, mengatakan lebih dari seratus kios didirikan di Negombo, menggarisbawahi persatuan dan keharmonisan antara umat Buddha dan Kristen di negara tersebut.
Kardinal Malcolm Ranjith dari Kolombo dalam pesan Waisaknya mengatakan bahwa agama Sang Buddha membawa undangan mulia dan tantangan bagi masyarakat saat ini yang mengejar kekuasaan, kekayaan, dan kenyamanan.
“Penting untuk memahami secara mendalam ajaran agama-agama utama dan membentuk kehidupan kita berdasarkan agama-agama tersebut guna menyelamatkan ibu pertiwi tercinta dari situasi menyakitkan yang dihadapi saat ini,” ujarnya.
Sadani Scolastica, pengelola warung makan asal Ragama, menegaskan, kegiatan kemeriahan tersebut membantu mengatasi kesalahpahaman, khususnya terkait masyarakat yang berpindah agama.
“Di negara di mana umat Katolik adalah minoritas dan mayoritas umat Buddha, inisiatif semacam itu tidak hanya menumbuhkan niat baik tetapi juga menumbuhkan rasa keharmonisan antaragama yang mendalam, menunjukkan kekuatan persatuan dalam keberagaman,” katanya.
Umat Buddha berjumlah 70,2 persen sementara umat Katolik berjumlah 7,4 persen dari sekitar 22 juta penduduk Sri Lanka.