JAKARTA, Pena Katolik – Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menandai ulang tahun ke-100 dengan memperhatikan masalah-masalah nasional, seperti kemiskinan dan intoleransi. KWI memaknai kehadirannya di negara mayoritas Muslim, dan bersiap untuk kunjungan kepausan pada bulan September 2024.
“Kehadiran Gereja Katolik untuk membangun Gereja dan bangsa sebagaimana diamanatkan Tuhan,” demikian dikatakan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam konferensi pers pada 17 Mei 2024 di Kantor KWI, Jakarta Pusat.
Mgr. Anton mengatakan, pada momen 100 tahun ini, para uskup memaknai kehadiran dan makna Gereja Katolik dalam masyarakat Indonesia yang beragam. Ia menambahkan, sejak dibentuk pada tahun 1924, konferensi ini telah menjadi mitra terpercaya pemerintah.
Mgr. Anton secara khusus juga menyatakan bahwa para uskup siap mendukung pemerintahan yang baru dan setiap niat baik yang direncakana untuk diwujudkan. Ia menyatakan memastikan dukungan para uskup pada pemerintahan baru Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Namun, sebagai bagian dari Gereja, Mgr. Anton menegaskan bahwa dukungan ini harus dimaknai sebagai dukungan yang tidak bernuansa politik, namun lebih pada dukungan moral.
“Gereja harus netral dalam politik praktis namun tidak pernah netral dalam moral,” katanya.
Senada dengan Mgr. Anton, Sekretaris jenderal, KWI, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM juga menekankan arti kehadiran Gereja di Indonesia. Ia menyatakan, bahwa Yesus Kristus pun hadir di tengah bangsa Indonesia.
“Gereja yang percaya kepada Yesus Kristus harus berbasis di Indonesia,” kata Mgr. Paskalis.
Uskup Bogor ini mengatakan, ada banyak inisiatif dalam Gereja, misalnya ia menyebutkan, di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, telah melaksanakan program pengentasan kemiskinan. Ia meminta dukungan lebih lanjut untuk inisiatif-inisiatif ini.
Mgr. Paskalis kembali mendorong kerukunan beragama di tengah keragaman religiusitas di Indonesia untuk ditegakkan. Ia menyoroti masih adanya aksi pelarangan ibadah, hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, dan menegaskan bahwa setiap warga negara bebas untuk beribadah sesuai dengan agamanya dan kepercayaannya.
Pada momen ulang tahun ke-100 ini, para uskup Indonesia mengadakan Sidang Tahap I di Jakarta yang dihadiri para pemimpin Gereja di seluruh Indonesia. Sidang ini selain untuk syukur Seabad KWI, juga membahas kunjungan empat hari Paus Fransiskus ke Indonesia, yang dijadwalkan pada 1-3 September 2024 nanti.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada tanggal 15 Mei 2024 tepat merayakan 100th Sidang Konferensi Para Uskup. Sidang Para Uskup pertama kalinya dilaksanakan pada 15 Mei 1924 di Pastoran Katedral, Jakarta. Peringatan 100th KWI dibuka pada tanggal 19 November 2023 dan akan berpuncak pada tanggal 13 November 2024.
Tema Peringatan 100th KWI ini adalah “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa”.
Peringatan 100th KWI ini meniadi kesempatan istimewa karena bertepatan dengan Sinode Para Uskup 2023-2024 tentang Sinodalitas: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi; dan juga bertepatan dengan Kunjungan Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024.
Dalam rangka memperingati 100th ini, KWI mengadakan berbagai macam kegiatan berupa selebrasi/perayaan, formasi/studi dan aksi sosial yang diperuntukkan bagi saudara-saudari yang difable. Salah satu bentuk penting perayaan 100th ini adalah diadakannya Sidang Waligereja secara istimewa pada 13-16 Mei 2024. Sidang ini dihadiri oleh 33 Bapak USkup Aktif, 3 Administrator Diosesan, 1 Vikaris Jenderal (Vikjen) dan 6 Bapak Uskup Emiritus.
Dan pada 15 Mei 2024, tepat pada peringatan 100th Sidang KWI, diberkati pula Wisma Konferensi Waligereja Indonesia, yang untuk selanjutnya menjadi rumah, kantor dan tempat perjumpaan bagi para uskup di Jl. Cut Meutiah 10 Menteng, Jakarta.
Konferensi Gereja Indonesia sangat bersyukur boleh menginjakkan kaki di pintu abad kedua dalam semangat berjalan bersama dengan semua pihak, mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. (AES)