PONTIANAK, Pena Katolik – Pada saat Gerakan G30S PKI tahun 1965 yang berdampak dalam situasi dan keamanan di Kalimantan Barat. Saat itu, pada tanggal 17 Oktober 1967 terjadi peristiwa yang dikenal dengan ‘demonstrasi’ orang Dayak dan orang Tionghua yang berakibatkan banyak korban dan nyawa. Dengan kata lain terjadi pertumpahan darah dan tragedi ‘merah’ yang menyat hati.
Prihatin dengan peristiwa tersebut dan kerinduan besar akan kehidupan yang penuh kedamaian itulah yang menggerakan hati Pastor Isak Doera Pr bersama umat di Anjongan berusaha mencari tempat untuk dibangun Gua Maria. Di kemudian hari, Pastor Isak diangkat menjadi Uskup Sintang pada tahun 1977-1996. Pemimpin umat Anjongan, Antonius Leonardus van Aert, lalu mencari tempat untuk dibangun Gua Maria. Saat itu, sejak Juni pada 1967, ia bertugas sebagai pastor tantara.
Tugas Pastor Isak saat itu adalah menjadi Kepala Rohaniwan Katolik (Rohat) dengan pangkat tituler Mayor TNI di KODAM XII Tanjungpura. Ia lalu dibantu oleh Simon Petrus (Katekis Paroki Katedral Santo Yosep Pontianak) untuk mencari tempat yang tepat, untuk membangun Gua Maria. Tempat tersebut dibangun bukan hanya dimaksudkan sebagai tempat ziarah tetapi diharapkan juga sebagai tempat mempertemukan kedua kelompok yang bertikai agar terciptalah perdamaian.
Tanggal 29 April 1973, Pastor Hieronymus Bumbun OFMCap pada saat itu sebagai Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, meresmikan dan memberkati Gua Maria Anjongan yang kemudian diberi nama Gua Maria Ratu Pencinta Damai.
Sejak saat itulah Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan resmi digunakan oleh umat Katolik sebagai tempat ziarah. Pelayanan Pastoralnya, diilaksanakan oleh Pastor Herman Josep van Hulten, OFMCap yang bertugas di Paroki Menjalin (1964-1974).
Sehubungan dengan adanya Gua Maria itu, Antonius memberi kesaksian, bahwa orang Tionghua dan Suku Dayak diberi kesempatan untuk saling bertemu dan memaafkan dibawah kaki Bunda Maria. Usaha ini ternyata usaha ini berhasil.
Sebagai wujud syukur kepada Bunda Maria atas terciptanya kedamaian tersebut 27 Mei 2018 diresmikan dan diberkati Patung Raksasa, “Maria Ratu Pencinta Damai” yang terletak di jalan masuk Gua Maria. Peresmian ini dilakukan oleh Mgr. Agus.
Samuel-PenaKatolik