VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus merefleksikan citra Kristus sebagai Gembala yang Baik dalam renungan yang ia sampaikan dalam Doa ANgelus pada hari Minggu, 21 APril di Lapangan St. Petrus Vatikan.
“Yesus menjelaskan bahwa Dia bukanlah seorang upahan yang tidak peduli terhadap domba-dombanya melainkan seorang yang mengenal mereka,” kata Paus Fransiskus pada Doa Angelus mingguannya yang bertepatan dengan Minggu keempat Paskah. Secara tradisional, Minggu ini dikenal sebagai Minggu Gembala yang Baik.
Paus Fransiskus menjelaskan, Yesus tidak bertindak sebagai pembimbing atau pimpinan kawanan domba melainkan hidup dalam simbiosis dengan umat-Nya.
“Inilah yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita melalui gambaran Gembala yang Baik: bukan hanya bahwa Dia adalah pembimbing, kepala kawanan domba, namun yang terpenting adalah Dia menganggap kita masing-masing sebagai cinta dalam hidupnya,” kata Paus.
Paus Fransiskus menekankan pengorbanan seorang gembala. Yesus bukan hanya seorang gembala yang baik, yang berbagi kehidupan dengan kawanannya, tetapi Gembala yang Baik, yang telah mengorbankan hidup-Nya. Yesus memberikan Roh-Nya melalui kebangkitannya. Paus mengajak umat beriman untuk merenungkan dimensi pengorbanan sang gembala ini.
“Dia benar-benar memberikan hidupnya untukku, Dia mati dan bangkit kembali untukku karena Dia mencintaiku dan Dia menemukan dalam diriku keindahan yang sering tidak aku lihat sendiri,” ujar Paus kelahiran Argentina ini.
Paus Fransiskus memperingatkan terhadap godaan untuk mengukur nilai berdasarkan hal-hal sepele, seperti tujuan kita atau tentang keberhasilan di mata dunia.
“Untuk menemukan diri kita sendiri, hal pertama yang harus dilakukan adalah menempatkan diri kita di hadapan-Nya, membiarkan diri kita disambut dan diangkat oleh tangan penuh kasih dari Gembala Baik kita,” kata Paus.
Bapa Suci mengajak dalam perayaan Hari Doa Panggilan Sedunia pada hari Minggu itu untuk menemukan kembali Gereja sebagai pelayanan Injil. Ia juga memperbarui seruannya untuk perdamaian di Timur Tengah, dan mengimbau para pemimpin untuk tidak menyerah pada logika balas dendam dan perang namun membiarkan jalur dialog dan diplomasi yang menang.
“Saya berdoa setiap hari untuk perdamaian di Palestina dan Israel dan saya berharap kedua bangsa tersebut dapat segera berhenti menderita,” ujarnya.