VATIKAN, Pena Katolik – Konferensi tentang Kekristenan dan Taoisme sedang berlangsung di Hong Kong, 11-13 Maret 2024. Kardinal Stephen Chow dan Mgr. Indunil Kodithuwakku membahas pentingnya dialog antara dua tradisi agama kuno ini.
Konferensi tersebut – yang diselenggarakan bersama oleh Dikasteri Vatikan untuk Dialog Antaragama dan Asosiasi Keuskupan Katolik dan Tao Hong Kong. Konferensi ini dihadiri para cendekiawan dan pakar dari seluruh Asia, serta beberapa negara Eropa.
Menjelang berakhirnya hari pertama konferensi, Uskup Hong Kong, Kardinal Stephen Chow SJ mengatakan, tujuan konferensi ini adalah untuk menunjukkan bagaimana agama dapat bergandengan tangan untuk menjadi mitra konstruktif dalam membangun masyarakat.
“Visi agama Tao,” kata Kardinal, “adalah untuk mendorong gerakan dunia menuju perdamaian dan persatuan, di mana umat manusia dan Jalan – yang kita sebut sebagai ‘Logos’, saling terhubung.”
Pengakuan atas semangat pelayanan bersama ini akan membantu nilai dan makna agama agarlebih dihargai di Tiongkok. Kardinal Chow mengatakan agama Kristen dan Taoisme memiliki nilai-nilai belas kasihan, kesederhanaan, dan tidak berjuang untuk pencapaian duniawi. Ia menekankan pentingnya keterbukaan terhadap budaya dan agama lain, dengan menunjukkan bahwa Gereja Katolik menerima bahwa penganut Taoisme juga diberkati.
Kardinal Chow mencontohkan model Pastor Matteo Ricci, seorang misionaris Jesuit abad ke-16 yang terkenal karena pengetahuannya tentang bahasa dan budaya Tiongkok. Ricci adalah teladan dalam berdialog antara agama dan budaya, mengintegrasikan spiritualitas Konghucu, Budha, dan Tao dengan iman dan spiritualitas Katolik kita.
“Hal ini telah mendapat banyak pujian dan rasa hormat dari rakyat Tiongkok dan pemerintah Tiongkok,” ujarnya.
Kekuatan Spiritual dari Dialog
Sementara itu, Mgr. Kodithuwakku menekankan pentingnya momen dialog di dunia yang penuh perpecahan saat ini. Ia mengatakan, hidup di masa yang sangat sulit mengakibatkan ada kurangnya harapan, dan frustrasi. Pertemuan seperti ini menyampaikan pesan simbolis kepada dunia, bahwa dialog dapat dilakukan (Kristen – Taoisme).
“Dalam dialog seperti ini, kita masuk ke dalam misteri Tuhan. Mendengarkan orang lain dapat membantu kita memahami bagaimana Tuhan juga telah menyatakan diri-Nya kepada mereka, kita menjumpai misteri suci orang lain,” katanya seperti diberitakan dalam Vatican News. (AES)