Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

“Nubuatan” Terakhir St. Thomas Aquinas, sebelum Ia Meninggal 750 Tahun Lalu

St. Thomas Aquinas. IST

ROMA, Pena Katolik – Tanggal 7 Maret 2024 adalah hari yang menandai peringatan 750 tahun wafatnya St. Thomas Aquinas, santo pelindung pendidikan Katolik. Satu yang menarik adalah “nubuat” terakhir dan doa emosionalnya, sebelum keberangkatannya ke Surga.

Pastor Guillermo de Tocco menjadi salah satu penulis biografi santo Dominikan ini, tersebut, yang diterbitkan di tomasdeaquino.org. Ada sebuah cerita, St. Thomas sempat mengucapkan sepenggal himne nan indah, yang dinyanyikan hingga hari ini di seluruh Gereja Katolik.

Dalam perjalanan menuju ke Roma, St. Thomas mengalami satu masalah kesehatan. Doctor Angelicus itu hendak mengikuti salah satu sesi dalam Konsili Lyon.

Pelajaran Terakhir

Ketika itu, St. Thomas lewat dekat Biara Fossanova tempat tinggal para biarawan Cistercian, yang terletak di selatan Roma. Karena merasa tak enak badan, ia memutuskan singgah di biara itu untuk beristirahat dan mendapatkan kembali kekuatannya. Di biara itu, ia menyampaikan sebuah “ramalan”.

“Reginaldo, di sinilah tempat peristirahatanku selamanya, di sini aku akan hidup karena aku menginginkannya,” kata St. Thomas.

Mendengar hal ini, para saudara Dominikan yang menemaninya mulai menangis. Mereka datang untuk menengok kondisi St. Thomas, dan memberikan perawatan sebisa mereka lakukan.

Seiring berlalunya waktu, kesehatan St. Thomas, yang terbaring di tempat tidur, menjadi semakin buruk. Beberapa rahib, melihat “waktunya” semakin dekat, maka mereka meminta St. Thomas untuk memberi mereka “pelajaran” yang akan menjadi kenangan untuk para rahib di biara itu.

Terlepas dari kondisinya yang memburuk, St. Thomas tidak berhenti menjadi pendidik yang hebat. Saat itu, ia memberi mereka refleksi singkat tentang Kidung Agung, sebuah kitab dari Perjanjian Lama yang berisi nyanyian dan puisi tentang cinta.

Setelah refleksi singkat itu, St. Thomas meminta untuk diberikan Komuni Kudus. Ketika ia melihat Sakramen Mahakudus tiba, tidak peduli dengan kondisinya, St. Thomas bersujud di lantai dengan air mata berlinang untuk menerima Tuhannya.

Setelah menerima Komuni, seseorang bertanya kepada St. Thomas, apakah ia percaya kepada Ekaristi Yesus. Di tengah tangisnya, ia menjawab dengan pengakuan iman yang mendalam.

“Jika dalam hidup ini ada pengetahuan yang lebih besar mengenai Sakramen ini, daripada pengetahuan tentang iman, maka dalam iman itu saya menjawab, bahwa saya sangat percaya tanpa keraguan sedikit pun, bahwa Dialah Allah yang sejati dan Manusia yang sejati, Putra Allah Bapa dan Perawan Maria. Aku percaya dengan segenap hatiku dan mengaku dengan mulutku, segala sesuatu yang telah ditegaskan oleh imam (yang memintanya) tentang Sakramen Mahakudus ini,” jawab St. Thomas.

St. Thomas mengucapkan kata-kata lain yang penuh pengabdian, yang tidak dapat diingat oleh mereka yang hadir tetapi diyakini sebagai berikut: ‘Adoro te devote,’” baris pembuka dari himne indah yang ditulis oleh St Thomas, yang kini biasa dinyanyikan pada saat Adorasi Ekaristi.

Santo itu menghampiri Sakramen Mahakudus dan memanjatkan doa. Akhirnya, St Thomas dengan sungguh-sungguh meminta agar sakramen pengurapan orang sakit diberikan kepadanya keesokan harinya. Tak lama kemudian, pada tanggal 7 Maret 1274, ia dengan tenang menyerahkan jiwanya kepada Tuhan, di usianya yang baru 49 tahun. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini