Senin, Desember 23, 2024
26.6 C
Jakarta

Materi Pekan Doa Sedunia 2024, 18-25 Januari (Renungan Alkitab dan Doa)

Group of diverse hands holding each other support together teamwork aerial view

Link: Pekan Doa Sedunia 2024

Barcode:

Tema: “Kasihilah Tuhan, Allahmu… dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Luk 10:27).

HARI KE-1

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Lukas 10:25)

Bantu kami, Tuhan, untuk memiliki hidup yang berpaling kepada-Mu.” (Roma 14:8-9 Mazmur 103:13-18)

Refleksi

‘Apa yang harus saya lakukan untuk memiliki hidup kekal?’ Pertanyaan kritis ini diajukan kepada Yesus oleh seorang ahli hukum Taurat dan menantang setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Pertanyaan ini memengaruhi makna kehidupan kita di dunia ini dan untuk kehidupan kekal. Di tempat lain dalam Alkitab, Yesus memberikan kepada kita definisi kunci tentang hidup kekal: ‘… bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’ (Yohanes 17:3). Mengenal Allah berarti menemukan dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. Setiap orang menginginkan kehidupan yang penuh dan penuh kebenaran, dan Allah juga menginginkannya untuk kita (bdk. Yohanes 10:10). Santo Ireneus berkata, ‘Kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup sepenuhnya’.

Realitas kehidupan yang diwarnai dengan perpecahan, egoisme, dan penderitaan, seringkali menjauhkan kita dari pencarian akan Allah. Yesus hidup dalam misteri komuni kudus dengan Bapa, yang menginginkan semua anak-Nya penuh dengan hidup kekal. Yesus adalah ‘Jalan’ yang membawa kita kepada Bapa, tujuan terakhir kita.

Dengan demikian, pencarian kita akan hidup kekal membawa kita lebih dekat kepada Yesus. Usaha kita untuk semakin dekat dengan Yesus, justru mendorong kita untuk semakin mendekatkan diri kita satu sama lain. Kedekatan tersebut mempererat kita dalam perjalanan menuju persatuan Kristiani. Mari kita terbuka untuk persahabatan dan kerjasama dengan semua orang Kristiani dari berbagai gereja, berdoa untuk hari dimana kita semua dapat bersama-sama bersatu dalam meja perjamuan Tuhan.

Doa

Tuhan Sang Pemilik Kehidupan, Engkau menciptakan kami untuk memiliki hidup, dan hidup dalam segala keutuhannya. Semoga kami mengenali dalam saudara-saudara kami keinginan mereka untuk hidup kekal. Semoga kami dapat juga mengarahkan orang-orang yang belum mengenal-Mu saat kami mengikuti jalan Yesus. Kami berdoa dalam nama-Nya. Amin

HARI KE-2

Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Lukas 10:27)

“Bantu aku, Tuhan, untuk mencintai Engkau, sesama, dan diriku sendiri dengan segala yang aku miliki.” (Ulangan 10:12-13 Mazmur 133)

Refleksi

Jawaban dari ahli hukum taurat mungkin terlihat sederhana dan seakan hanya mengutip dari perintah-perintah Tuhan yang sudah dikenal. Namun, untuk mencintai Tuhan dan sesama seperti diri sendiri seringkali bisa sulit. Perintah Tuhan untuk mencintai-Nya membutuhkan komitmen yang mendalam. Ini berarti meninggalkan diri kita sepenuhnya untuk selanjutnya menawarkan hati dan pikiran kita guna melayani kehendak Tuhan.

Kita dapat memohon anugerah untuk mengikuti teladan Kristus, yang menyerahkan diri- Nya sepenuhnya dan berkata, ‘Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu’ (Lukas 22:42). Ia juga menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada semua, termasuk musuh-musuh-Nya.

Kita tidak dapat memilih siapa tetangga kita. Mencintai mereka berarti memperhatikan kebutuhan mereka, menerima kekurangan mereka, dan mendorong harapan serta aspirasi mereka. Sikap yang sama diperlukan dalam perjalanan menuju persatuan umat Kristiani. Persatuan umat Kristiani terwujud juga menghormati dan memahami tradisi-tradisi yang berbeda satu sama lain.

Panggilan untuk mencintai sesamamu ‘seperti dirimu sendiri’, mengingatkan kita akan kebutuhan untuk menerima diri kita sendiri sebagaimana adanya. Kita perlu meyakini bahwa kesadaran penuh kasih Tuhan terhadap kita, selalu mendorong kita agar siap untuk memberi pengampunan.

Mari kita menimbang diri kita bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang sangat dikasihi. Kesadaran ini hendaknya membantu kita untuk menghargai dan menghormati diri kita sendiri sebagai sosok yang berharga. Berusahalah untuk berdamai dengan diri kita sendiri. Dengan demikian, kita dapat memohon anugerah untuk mencintai dan menerima gereja atau komunitas kita sendiri, dengan segala kekurangannya, menyerahkan segala sesuatu kepada Bapa, yang memulihkan kita melalui Roh Kudus.

Doa

Tuhan, berikanlah kami anugerah untuk mengenal-Mu lebih dalam, agar kami dapat mencintai-Mu dengan segenap hati kami. Berilah kami hati yang tulus, untuk mencintai sesama seperti diri kami sendiri. Semoga karunia Roh Kudus-Mu memungkinkan kami melihat kehadiran-Mu dalam saudara- saudara kami, agar kami dapat saling mencintai dengan kasih yang tanpa syarat seperti kasih-Mu kepada kami. Melalui Kristus, Tuhan kami. Amin.

HARI KE-3

“Tuhan, bukalah hati kami bagi mereka yang tidak kami lihat.” (Roma 13:8-10 Mazmur 119:57-63)

Refleksi

Seorang ahli taurat ingin membenarkan dirinya sendiri. Ia berpandangan bahwa sesama yang harus dia cintai adalah dari iman yang sama dan bangsanya sendiri. Ini adalah naluri manusia yang wajar. Ketika kita mengundang orang ke rumah kita, mereka seringka li adalah orang-orang yang memiliki status sosial yang sama, pandangan hidup, dan nilai-nilai yang serupa.

Ada naluri manusiawi untuk lebih memilih sosok-sosok yang sudah dikenal. Hal ini juga berlaku dalam komunitas-komunitas gerejawi kita. Secara bijaksana, Yesus justru membawa ahli taurat, dan juga pengikutnya yang lain, untuk masuk mempelajari lebih jauh ke dalam tradisi mereka sendiri dengan mengingatkan mereka akan kewajiban untuk menyambut dan mencintai semua orang, tanpa memandang agama, budaya, atau status sosial.

Injil mengajarkan bahwa mencintai mereka yang sama dengan kita bukanlah sesuatu yang luar biasa. Yesus membimbing kita menuju visi radikal tentang apa artinya menjadi manusia. Perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati menggambarkan dengan sangat jelas apa yang diharapkan Kristus dari kita, yaitu membuka hati kita secara “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Lukas 10: 29) luas dan berjalan di jalan-Nya, untuk mencintai sesama sebagaimana Dia mencintai kita. Bahkan, Yesus menjawab ahli hukum dengan pertanyaan lain: bukan “siapakah sesamaku?”, melainkan “siapakah yang terbukti menjadi sesama bagi orang yang membutuhkan?”

Disaat kita mengalami krisis ketidakpercayaan dan ketidakpastian yang mendominasi hubungan, Perumpaan Orang Samaria yang Baik Hati menjadi sangat relevan. Inilah tantangan dari perumpamaan itu pada hari ini, yaitu pertanyaan bagi siapakah saya menjadi sesama?

Doa

Allah yang penuh kasih, yang menuliskan cinta dalam hati kami. Tanamkanlah keberanian pada kami untuk mampu melihat lebih dari diri sendiri dan melihat sesama dalam diri mereka yang berbeda dari kami, agar kami benar-benar mengikuti Yesus Kristus, saudara dan sahabat kami, yang adalah Tuhan, selama-lamanya. Amin.

HARI KE-4

“Dia melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan.” (Lukas 10:31)

“Semoga kita tidak berpaling dari mereka yang membutuhkan.” (Yesaya 58:6-9a Mazmur 34:15-22)

Refleksi

Imam dan orang Lewi yang berjalan melewatinya dari sisi lain mungkin memiliki alasan religius yang baik untuk tidak membantu. Kita dapat beranggapan mungkin mereka sedang bersiap untuk melakukan ritus keagamaan tertentu. Sedangkan dalam pandangan agamanya jika menyentuh orang yang sudah mati dapat beresiko menodai dirinya. Di tengah situasi semacam itu, Yesus mengkritik pemimpin agama yang selalu menekankan perintah agama untuk selalu berbuat baik.

Pada awal teks Pekan Doa Sedunia untuk kesatuan umat Kristiani, melalui sikap ahli taurat dan Orang Lewi, kita mengetahui bahwa mereka ingin membenarkan dirinya sendiri dengan berlindung pada aturan agama. Bercermin dari mereka, kita ditantang sebagai seorang Kristiani, sejauh mana kita bersedia mengasihi sesama melampui batasan agama yang konvesional?

Terkadang, pandangan kita terbatasi oleh kebiasaan keagamaan dan budaya tertentu. Hal ini menyebabkan kita tak dapat melihat apa yang diungkapkan oleh kehidupan dan kesaksian saudara- saudara dari tradisi Kristiani lainnya. Ketika kita membuka mata kita untuk melihat bagaimana kasih Tuhan diungkapkan oleh sesama kita umat Kristiani, kita ditarik lebih dekat kepada mereka. Demikianlah kita ditarik ke dalam persatuan yang lebih dalam dengan mereka.

Perumpamaan Yesus ini tidak hanya menantang kita untuk berbuat baik, tetapi juga untuk meluaskan pandangan kita. Kita tidak hanya belajar apa yang baik dan kudus dari mereka yang memiliki pandangan konfesional atau keagamaan yang sama, tetapi juga belajar keutamaan dari mereka yang berbeda dari kita. Orang Samaria yang baik seringkali adalah orang yang tidak kita harapkan.

Doa

Tuhan Yesus Kristus, saat kami berjalan bersama-Mu menuju persekutuan, semoga mata kami tidak berpaling, melainkan terbuka lebar untuk dunia. Saat kami menjelajahi kehidupan, semoga kami berhenti, meraih, membantu yang terluka, dan dengan demikian merasakan kehadiran-Mu dalam mereka: Engkau yang hidup dan berkuasa selama- lamanya. Amin.

HARI KE-5

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. (Lukas 10:34)

Tuhan, bantulah kami melihat luka-luka dan menemukan harapan. (Yoel 2:23-27, Mazmur 104:14-15, 27-30)

Refleksi

Orang Samaria yang baik berbuat sebisa yang dia mampu dari sumber daya yang dimilikinya. Dia menuangkan anggur dan minyak, membalut luka orang itu, dan meletakkannya di binatang miliknya sendiri. Dia bahkan pergi lebih jauh dengan berjanji untuk membayar perawatannya. Ketika kita melihat dunia melalui mata orang Samaria yang baik, setiap situasi dapat menjadi peluang untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Dunia menjadi tempat mewujudkan kasih secara nyata. Contoh dari orang Samaria yang baik memotivasi kita untuk bertanya bagaimana cara kita merespons sesama. Dia memberikan anggur dan minyak, memulihkan orang itu, dan memberinya pengharapan. Apa yang dapat kita berikan, sehingga kita dapat menjadi bagian dari karya penyembuhan dunia yang retak ini?

Retakan ini termanifestasi di dunia kita dalam bentuk ketidakamanan, ketakutan, ketidakpercayaan, dan perpecahan. Kita pun merasa malu ketika mengetahui, perpecahan ini juga ada di antara umat Kristiani. Meskipun kita merayakan sakramen atau ritual penyembuhan,

rekonsiliasi, dan penghiburan, kita tetap mempertahankan perpecahan yang melukai Tubuh Kristus. Melalui Pekan Doa sedunia untuk kesatuan umat Kristiani, kita berusaha menyembuhkan perpecahan Kristiani. Selanjutnya, kita mempromosikan penyembuhan bagi bangsa-bangsa.

Doa

Tuhan yang penuh kasih, Engkau yang adalah sumber segala kasih dan kebaikan. Mampukan kami untuk melihat kebutuhan sesama kami. Tunjukkan kepada kami apa yang dapat kami lakukan untuk membawa penyembuhan. Ubahlah kami, agar kami dapat mencintai semua saudara dan saudari kami. Bantulah kami untuk mengatasi rintangan perpecahan, agar kami dapat membangun dunia damai untuk kebaikan bersama. Terima kasih karena memperbaharui Ciptaan-Mu dan membimbing kami menuju masa depan yang penuh harapan. Engkau yang adalah Tuhan dari segala sesuatu, kemarin, hari ini, dan selamanya. Amin.

HARI KE-6

“Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.” (Lukas 10:34)

“Tuhan, ubahlah gereja-gereja kami menjadi ‘penginapan’, untuk menyambut mereka yang membutuhkan.” (Kejadian 18:4-5, Mazmur 5:11-12)

Refleksi

Orang yang jatuh ke tangan perampok dirawat oleh seorang Samaria. Orang Samaria itu melihat melampaui prasangka atau bias. Dia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan dan membawanya ke penginapan. “Keesokan harinya, ia mengeluarkan dua dinar, memberikannya kepada pengelola penginapan, dan berkata, ‘Rawatlah dia, dan ketika aku kembali, aku akan membayar semua biaya yang kamu keluarkan’ (Lukas 10:35).

Di dalam setiap lingkungan masyarakat, keramahan dan solidaritas sangat penting. Mereka perlu menyambut orang asing, orang dari negara lain, migran, dan orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Namun, ketika dihadapkan dengan kegelisahan, kecurigaan, dan kekerasan, kita cenderung ragu terhadap tetangga kita. Keramahan adalah kesaksian penting bagi Injil, terutama dalam konteks pluralisme agama dan budaya. Menyambut ‘yang lain’, dan menerima balasan sambutan, adalah inti dari dialog ekumenis. Umat Kristiani ditantang untuk mengubah gereja-gereja kita menjadi penginapan di mana tetangga-tetangga kita dapat menemukan Kristus. Keramahan seperti itu adalah tanda cinta yang gereja-gereja kita miliki satu sama lain dan untuk semua.

Ketika kita sebagai pengikut Kristus melampaui tradisi konfesional kita, dan memilih untuk menjalankan keramahan ekumenis, kita berubah dari menjadi orang asing ke menjadi tetangga.

Doa

Bapa maha pengasih, dalam Yesus, Engkau menunjukkan kepada kami makna keramahan, dengan merawat kemanusiaan kita yang rapuh. Bantu kami menjadi sebuah komunitas yang menyambut mereka yang merasa terabaikan dan tersesat, membangun rumah di mana semua dipersilakan masuk kedalamnya. Semoga kami semakin mendekat satu sama lain ketika kami menawarkan dunia kasih-Mu yang tanpa syarat. Ini kami doakan dalam persatuan dengan Roh Kudus. Amin.

HARI KE 7

“Yesus berkata: Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (Lukas 10:36)

“Tuhan, tunjukkan kepada kami bagaimana menyapa sesama kami.” (Filipi 2:1-5 Mazmur 10:17-18)

Refleksi

Pada akhir perumpamaan, Yesus bertanya kepada ahli taurat: siapakah sesama bagi orang yang menjadi korban? Ahli taurat menjawab, “Orang yang menunjukkan belas kasihan.” Dia tidak mengatakan “orang Samaria.” Melalui jawaban ini, kita dapat membayangkan bahwa permusuhan antara orang Samaria dan orang Yahudi membuatnya sulit untuk mengakui jati diri orang yang berbelas kasih.

Jawaban orang Yahudi itu mengajak kita menyadari bahwa seringkali kita menemukan sesama dalam diri orang-orang yang paling tidak terduga, bahkan orang-orang yang nama atau asal-usulnya sulit untuk kita ucapkan. Di dunia saat ini, sering kali kita bertemu dengan orang beridentitas keagamaan yang berbeda. Yesus menantang kita melihat pentingnya untuk melintasi batas dan tembok pemisahan.

Seperti halnya ahli taurat, kita dihadapkan kepada tantangan untuk merenung tentang bagaimana kita menjalani hidup kita, bukan hanya dalam hal apakah kita berbuat baik atau tidak, tetapi apakah, seperti imam dan orang Lewi, kita abai untuk bertindak dengan dasar belas kasihan.

Doa

Allah yang Kudus, Anak-Mu Yesus Kristus datang di tengah- tengah kita untuk menunjukkan jalan kasih sayang. Bantu kami oleh Roh-Mu untuk mengikuti teladannya, melayani kebutuhan semua anak-anak-Mu, dan dengan demikian memberikan kesaksian Kristiani yang bersatu terhadap jalan-jalan kasih dan belas kasihan-Mu. Kami berdoa dalam nama Yesus. Amin.

HARI KE-8

“Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Lukas 10:37)

“Tuhan, semoga persekutuan kami menjadi tanda Kerajaan-Mu.” (Roma 12:9-13 Mazmur 41:1-2)

Refleksi

Melalui kata-kata ini – “Pergi dan lakukanlah demikian” – Yesus mengutus masing-masing dari kita, dan masing- masing dari gereja kita, agar menjalankan perintah-Nya yaitu untuk mencintai. Diilhami oleh Roh Kudus, kita diutus untuk menjadi “Kristus yang lain”, mencapai umat manusia yang menderita dengan belas kasihan dan rahmat. Seperti orang Samaria yang baik terhadap orang yang terluka, kita dapat memilih untuk tidak menolak mereka yang berbeda, tetapi sebaliknya membudayakan budaya kedekatan dan kebaikan.

Bagaimana undangan Yesus untuk “Pergi dan lakukanlah demikian” berbicara dalam hidup saya? Apa yang diimplikasikan panggilan Kristus ini untuk hubungan saya dengan anggota gereja lain? Bagaimana kita dapat bersama- sama memberi kesaksian dengan kasih Tuhan? Sebagai utusan Kristus (lihat 2 Korintus 5:20), kita dipanggil untuk berdamai dengan Tuhan dan satu sama lain, agar persekutuan dapat berakar dan tumbuh di gereja-gereja kami dan di daerah yang terkena konflik antar-komunal, seperti di wilayah Sahel.

Ketika relasi kepercayaan dan keyakinan meningkat, kita akan bersedia untuk lebih menunjukkan luka-luka kita. Kita pun dengan rendah hati bersedia menunjukkan luka-luka gerejawi, agar kasih Kristus dapat mengunjungi dan menyembuhkan kita melalui kasih dan perhatian satu sama lain. Pekan Doa Kesatuan umat Kristiani Sedunia mengundang kita untuk berjuang bersama membangun kembali hubungan baik umat Kristiani, sehingga dapat memberi jalan bagi solidaritas dan perdamaian.

Doa

Bapa Surgawi, kami bersyukur atas karunia Roh Kudus, pemberi hidup, yang membuat kami lebih terbuka satu sama lain, menyelesaikan konflik, dan memperkuat ikatan persekutuan kami. Semoga kami tumbuh dalam kasih sayang saling-menyaling dan dalam keinginan untuk memberitakan pesan Injil dengan lebih setia, agar dunia dapat bersatu dalam persatuan dan menyambut Pangeran Damai. Melalui Kristus Tuhan kami. Amin.

Pengantar

Materi Pekan Doa Persatuan Umat Kristiani 2024 disiapkan oleh tim ekumenis dari Burkina Faso yang difasilitasi oleh Komunitas Chemin Neuf. Burkina Faso terletak di Afrika Barat di kawasan Sahel, yang meliputi negara tetangga Mali dan Nigeria. Luas wilayahnya 174.000 km2 dan berpenduduk 21 juta jiwa, dari sekitar enam puluh etnis. Dari segi agama, sekitar 64% penduduknya beragama Islam, 9% menganut agama tradisional Afrika, dan 26% beragama Kristen (20% Katolik, 6% Protestan). Ketiga kelompok agama ini hadir di setiap wilayah di negara ini, dan hampir di setiap keluarga. Burkina Faso saat ini sedang mengalami krisis keamanan yang serius, yang berdampak pada semua komunitas agama.

Tema Pekan Doa Sedunia 2024 adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu… dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Luk 10:27). Saudara dan saudari dari Keuskupan Agung Katolik Ouagadougou, Gereja Protestan, badan-badan ekumenis dan Komunitas Chemin Neuf di Burkina Faso telah bekerja sama dengan baik dalam menyusun doa dan refleksi materi Pekan Doa Sedunia untuk kesatuan umat Kristiani. Komunitas Katolik dan Kristen Protestan tersebut dapat merasakan kerja sama yang solid di antara mereka sebagai jalan nyata pertobatan ekumenis.

Saudari-saudara, kita perlu menyadari bahwa Kasih adalah ‘DNA’ iman Kristen. Tuhan adalah Kasih dan “kasih Kristus telah mengumpulkan kita ke dalamnya sehingga menjadi satu”. Kita menemukan identitas bersama kita dalam pengalaman kasih Allah (lih. Yoh 3:16) dan mengungkapkan bahwa identitas kita kepada dunia melalui cara kita saling mengasihi (Yoh. 13:35). Doa untuk

Persatuan Umat Kristiani 2024 (Luk 10:25-37), Yesus menegaskan kembali ajaran tradisional Yahudi dari Ulangan 6:5, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap hatimu jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu”; dan Imamat 19:18b, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini