ROMA, Pena Katolik – Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, berkunjung ke Roma, dan membahas situasi di Timur Tengah dengan Paus Fransiskus. Berbicara kepada wartawan setelahnya, ia mengatakan bahwa keduanya telah membahas “situasi kemanusiaan komunitas Kristen di Gaza dan di Tanah Suci secara lebih umum. Paus dan Patriark Yerusalem mambahas kemungkinan dialog di wilayah tersebut dan prospek perdamaian.
Menanggapi pertanyaan dari wartawan, Patriark Pizzaballa mengatakan bahwa umat Kristen di Gaza menghidupi situasi yang sama seperti orang lain.
“Mereka bukanlah bangsa yang terpisah-pisah. Namun tidak mudah, bahkan bagi umat Kristiani, untuk berada dalam situasi perpecahan besar di mana setiap orang diharapkan untuk memihak,” katanya.
Kardinal Pizzaballa menambahkan bahwa dia melakukan kontak rutin dengan paroki Katolik di Gaza, yang terletak di utara Jalur Gaza. Ia menyampaikan pertempuran kini berkurang.
“Operasi militer telah bergerak lebih jauh ke selatan, tetapi wilayah ini masih kosong: tidak ada rumah, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada apa-apa. Ini adalah situasi kemiskinan ekstrem, dan tidak ada institusi yang hadir.”
Yordania sebagai basis misi kemanusiaan
Seperti diberitakan Vatican News, 16 Januari 2024, Kardinal Pizzaballa telah tiba di Italia dari Yordania, tempat dia berada selama seminggu terakhir.
“Situasi di Yordania rumit, tetapi saya harus mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya negara yang stabil dari sudut pandang politik dan kemanusiaan,” jelasnya.
Kardinal Pizzaballa menyampaikan, kalau akan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, alamatnya adalah Kerajaan Yordania. Patriark Latin Yerusalem ini melaporkan bahwa ia telah berbicara dengan Raja Abdallah, pemerintah Yordania. Yordania saat ini merupakan titik rujukan paling stabil bagi Gereja, namun ada kolaborasi dengan organisasi-organisasi kemanusiaan juga, dan dengan Mesir.
Dialog harus dilanjutkan
Upaya untuk mengakhiri perang di Gaza, kata Patriark Pizzaballa, bukanlah hal yang mudah. Kardinal Pizzaballa menekankan untuk berpikir secara bertahap. Gereja Katolik, tambahnya, akan terus berupaya mencapai tujuan ini.
“Tidak akan ada solusi segera. Yang penting sekarang adalah menemukan saluran komunikasi antara kedua belah pihak, antara Israel dan Hamas,” ujarnya.