Rabu, Desember 18, 2024
27.1 C
Jakarta

Romo, Pater, atau Pastor?

August 27, 2018 Our Lady of the Valley in Windsor, CO Dedication and Blessing. Archbishop Aquila Present. Photo by Jason Weinrich

JAKARTA, Pena Katolik – Pemanggilan seorang imam sebagai “pater” (Latin, artinya ‘bapak’) atau ‘romo” (Jawa, artinya ‘bapak’) sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, penggilan ini merupakan tradisi yang sudah sangat kuno. Panggilan semacam ini dimulai pada abad-abad awal agama Kristiani. Bisa dikatakan, praktik pemanggilan itu sudah setua usia Gereja. Di beberapa tempat, panggilan pater dan romo digunakan untuk membedakan imam dari tarekat (dipanggil pater) dan imam diosesan (dipanggil romo).

Para imam dipanggil pater atau romo didasarkan alasan yang sangat sederhana. Sebagai pelayan sakramen-sakramen, misal Sakramen Baptis, yang dalam nama Kristus dan dalam nama Gereja, mereka “melahirkan” kembali dalam hidup rahmat. Juga melalui Sakramen Ekaristi, mereka bertindak bagaikan seorang “ayah” yang memberikan makanan rohani bagi umat untuk hidup dalam rahmat. Dalam Sakramen Rekonsiliasi, pater atau romo yang mendamaikan kita kembali dengan Allah dan dengan sesama. Para imam memberikan teguran dan koreksi, agar hidup kita dalam Kristus tetap berada di jalur yang benar. Singkat kata, para imam melakukan tindakan-tindakan bagaikan seorang ayah kepada anak-anaknya. Itu mengapa, mereka dipanggil pater atau romo.

Dalam dunia Perjanjian Baru, panggilan “bapak” juga tidak asing. Rasul Paulus sendiri tanpa ragu menyebut diri sendiri sebagai “bapak” dari orang-orang yang tertobat melalui pelayanannya. Kepada Timotius, Paulus menyebut dirinya sebagai bapa dan dua kali memanggil Timotius sebagai anaknya, karena Paulus sudah membawa Timotius dan keluarganya kepada iman pada Kristus (bdk. Flp 2:22 dan 1 Tim 1:2). Contoh ini mendukung Gereja untuk tanpa ragu memanggil para gembala sebagai “bapak” (pater atau romo).

Saudara-saudari Protestan berangsur-angsur meninggalkan tradisi pemanggilan ini sesudah Reformasi. Namun, mereka kadang memanggil pendeta sebagai “pastor” yang berarti ‘gembala’. Dalam Katolik, panggilan seorang imam sebagai “pastor” juga kadang digunakan. Hal ini karena seorang imam juga seorang gembala umat.

Panggilan seorang imam sebagai pater, romo, atau pastor sebenarnya tidak ada yang lebih salah atau lebih benar. Imam dalam Gereja Katolik dapat dipanggil dengan sebutan-sebutan itu. Hanya saja, kebiasaan-kebiasaan di tempat-tempat tertentu, umat lebih suka mengunakan sebutan romo, sedangkan di tempat lain memanggil dengan sebutan pater atau pastor. Semua benar dan dapat digunakan sebagai panggilan untuk seorang imam dalam Gereja Katolik.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini