Jumat, Desember 27, 2024
25.2 C
Jakarta

“Presiden” di Dataran Tinggi Apau Kayan Sudah Terpilih

TAPROF BID. IDEOLOGI LEMHANNAS RI, AM Putut Prabantoro (bertopi) bersama para capres dari Dataran Tinggi Apau Kayan, Kabupaten Malinau, Kaltara.

MALINAU, Pena Katolik – Peristiwa ini terjadi pekan lalu, Selasa (19/12/2023). Seratus remaja melakukan simulasi pemilihan presiden. Lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yakni 14 Februari 2024. Tempatnya di kampung Agung Baru, Desa Sungai Boh, dataran tinggi Apau Kayan, Kabupaten Malinau. Apau Kayan meliputi, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Sungai Boh, Bahau Hulu dan Mentarang Hulu.

Daerah ini termasuk Kampung Agung Baru tidak hanya termasuk dalam wilayah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Tetapi juga 4T yakni Tertinggal, Terdepan dan Terluar dan sekaligus juga Terisolir. Wilayah ini ini termasuk wilayah perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia. Tidak mudah untuk menjangkau Kampung Agung Baru ini. Untuk mencapai kampung baru hasil pembukaan hutan pada tahun 2001 ini, harus menggunakan pesawat kecil berpenumpang 10 orang.

Mendarat di bandara Mahak. Anda mungkin tidak dapat membayangkan bandaranya. Sangat kecil, berkerikil, dikelilingi hutan. Selain itu, hanya ada satu rumah kayu untuk urusan timbang menimbang beban. Ketidaktelitian dalam menimbang akan mengakibatkan fatal bagi perjalanan pesawat.

Dari bandara yang sangat kecil ini, menyusuri jarak 10 kilometer masuk ke dalam kampung Agung Baru, dengan menggunakan mobil atau motor. Kita harus melewati 4 jembatan rusak dan harus ekstra hati-hati untuk melewatinya. „Kejeblos“ dalam jembatan ini bisa berarti malapetaka bagi si pengemudi ataupun juga bagi penduduk kampung. Untuk memasuki kampung, mobil harus berhenti di tempat mulut jembatan gantung yang hanya untuk orang berjalan ataupun motor. Katanya, jalan yang dilewati adalah jalan negara. Namun, perawatan serta pemelihataan sama sekali tidak ada. Tidak ada pilihan !

Mereka hidup dari kemurahan hati hutan yang ada di sekitar perkampungan. Itu adalah „supermarket“ yang menyediakan segala kebutuhan hidup orang sekitarnya. Gratis tetapi dibutuhkan nyali besar dan ketahanan fisik untuk mendapatkannya. Masyarakatnya sudah mengenal Listrik. Hanya saja, listrik genset yang bahan bakarnya dari Malaysia. Listrik hidup pada saat matahari terbenam hingga sekitar pukul 21.00. Sinyal HP-pun menjadi barang mahal. Ada satu Menara, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Menara ini menjual sinyal. Di kampung ada yang menjual “sinyal” tetapi harus membeli kuota yang tidak murah. Harga-harga yang relatif tinggi juga terjadi pada ayam broiler Rp150 ribu per ekor, semen Rp600 ribu per zak, solar Rp30 ribu per liter.

Adalah AM Putut Prabantoro, pengajar (Taprof) Bid. Ideologi Lemhannas RI, yang memimpin pemilihan presiden ala Kampung Agung Baru, Apau Kayan. Taprof ini hadir atas undangan panitia ulang tahun ke-25 Gereja Katolik St. Lukas, Apau Kayan. Perayaan ulang tahun dipusatkan di Stasi St Maria Goreti, Agung Baru, Sungai Boh, Apau Kayan, Malainau.

Di pencalonan ini, capresnya ada 4 orang yang dipilih berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Seratus orang muda itu dibagi dalam empat kelompok usia yakni 12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, 19 tahun ke atas. Pembagian ini dilatar belakangi usia dan Pendidikan yang dijadikan satu. Alasannya adalah, banyak di antara mereka sekalipun usianya dewasa tetapi sebagian putus sekolah. Ini kenyataan sosial yang ada.

Dalam simulasi tersebut, masing-masing kelompok memilih calon presiden sebagai keharusan serta wakil presiden dan juru bicara jika dimungkinkan. Dan pemilihan ini capres itu berdasarkan musyawarah mufakat di antara para anggota kelompok. Mereka, yang ditunjuk sebagai calon Presiden, Wakil Presiden dan Juru Bicara dari kelompoknya, akan bertanggung jawab atas pemaparan jawaban dalam debat terkait dengan pertanyaan yang diajukan fasilitator, yakni AM Putut Prabantoro.

SERIUS
Menurut Putut Prabantoro, simulasi ini perlu dilakukan sebagai sarana pendidikan politik dan kepemimpinan dengan cara sederhana bagi remaja pemuda yang berasal dari 6 (enam) stasi di bawah Gereja Paroki St Lukas, Apau Kayan. Sekalipun berasal dari tempat terpencil serta terisolir, para remaja pemuda ini kelak akan memimpin Indonesia pada saat memasuki tahun emas kemerdekaan pada tahun 2045.

Keseratus remaja pemuda ini secara serius mengikuti arahan. Ada dua pertanyaan utama yang harus dijawab. Pertama, apa yang akan dilakukan calon presiden tertunjuk dalam programnya terhadap Apau Kayan yang merupakan wilayah terisolir, minim SDM, dan minim fasilitas. Program ini menyangkut ketertinggalan, mengatasi permasalahan anak-anak yang putus sekolah, yang semuanya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Pertanyaan kedua, apa yang harus dilakukan capres tertunjuk untuk memersiapkan para remajanya untuk menjadi pemimpin nasional pada tahun 2045.

Dalam arahannya, Putut Prabantoro menegaskan, anak muda perlu menyiapkan diri untuk bisa menjadi pemimpin masa depan. Mereka harus cerdas, berkarakter, visioner, disiplin dan tanggung jawab. Dan yang paling penting adalah percaya diri. Ide dalam mencari solusi inilah yang diharapkan dapat keluar dari kelompok. Keterlibatan aktif para anggota kelompok merupakan tuntutan. Mereka yang pasif dapat menjadi batu sandungan bagi kelompok meski memiliki capres dan program yang hebat.

Pada akhir simulasi, kelompok usia 16-18 tahun ke luar sebagai pemenang. Pemilihan pemenang ditentukan oleh 4 (empat) juri yang berasal dari masing-masing kelompok dan ditambah satu juri independen yang berasal dari luar yakni tokoh masyarakat.

“Jika tiap bulan secara konsisten, permainan seperti ini dilakukan, akan membuka wawasan bersama dari para remaja. Belajar bisa dari banyak sumber, tetapi berlatih mengasah pikiran menjadi hal yang berbeda kalau dilakukan bersama-sama. Kepercayaan diri meningkat, public speakingnya lancar, pola berpikirnya runtut dan runut, dan pemecahan masalah bersama tidak menjadi persoalan lagi. Dan saat itulah teman-teman siap menjadi pemimpin,” tandas Putut Prabantoro.

Menutup acara simulasi, Putut Prabantoro kembali mengingatkan bahwa hidup adalah anugerah. Setiap pribadi tidak boleh menyesali hidup. Kaya atau pun miskin adalah anugerah yang harus disyukuri. Begitu pun setiap orang tidak bisa memilih terlahir dari suku apa, siapa orang tuanya, dan tempat di mana lahir dan itu merupakan modal. Oleh karenanya, tanah dan air harus dikuasai. Kekayaan itu tidak boleh dijual kepada pihak asing. Kekayaan alam harus dipelihara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

“Semua itu adalah modal kita untuk menjalani hidup. Kita harus menggunakan semua anugerah Tuhan untuk tetap berkarya dan berguna bagi sesama. Tidak semua orang menikmati hawa yang sejuk, air melimpah, udara yang bersih. Di Jakarta udara sejuk dan bersih itu mahal, Anda di sini menerima dengan gratis. Jadi apa yang Anda terima sebagai hal yang biasa harus Anda pandang sebagai hal yang luar biasa. Persiapkanlah diri anda sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin nasional,” ucap Putut Prabantoro.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini