Rabu, Desember 25, 2024
26.3 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Jumat, 22 Desember 2023, Minggu Adven III (Ungu)

Bacaan Pertama – 1 Samuel 1:24-28

Sekali peristiwa, setelah Samuel disapih oleh ibunya, Hana, ia dihantar ke rumah Tuhan di Silo, dan bersama dia dibawalah seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur.

Waktu itu Samuel masih kecil betul. Setelah menyembelih lembu, mereka mengantar kanak-kanak itu kepada Eli. Lalu Hana berkata kepada Eli, “Mohon bicara, Tuanku! Demi Tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini, dekat Tuanku untuk berdoa kepada Tuhan.

Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan.” Lalu sujudlah mereka semua menyembah Tuhan.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan – 1 Samuel 2:1.4-5.6-7.8abcd

Ref. Hatiku bersyukur karena Tuhan, penyelamatku.

  • Hatiku bersukacita karena Tuhan, aku bermegah-megah karena Allahku. Mulutku mencemoohkan musuhku, aku bersukacita karena pertolongan-Mu.
  • Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan. Orang yang dulu kenyang kini harus mencari nafkah tetapi yang dulu lapar kini boleh beristirahat. Orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi ibu yang banyak anaknya menjadi layu.
  • Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan. Ia berkuasa menurunkan ke dalam maut dan mengangkat dari sana. Tuhan membuat miskin dan membuat kaya. Ia merendahkan dan meninggikan juga.
  • Ia menegakkan orang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia di antara para bangsawan, dan memberi dia kursi kehormatan.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.

O Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja, datanglah, dan selamatkanlah manusia yang Kaubentuk dari tanah. Alleluya.

Bacaan Injil – Lukas 1:46-56

Dalam kunjungannya kepada Elisabet, ketika dipuji bahagia, Maria memuliakan Allah dan berkata, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memerhatikan kerendahan hamba-Nya.

Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus.

Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya, dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;

Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;

Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Kira-kira tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama Elisabet, lalu pulang ke rumahnya.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Suka Cita Maria

Apakah Anda ingat untuk mewartakan kebesaran Tuhan dan apakah roh Anda bersukacita karena Tuhan penyelamat Anda?

Kita mungkin mempunyai jawaban yang berbeda-beda tetapi Bunda Maria mengucapkan kata-kata ini (Magnificat) dalam Injil dengan niat yang paling murni. Tidak perlu bertele-tele, itu adalah kebahagiaan murni baginya karena dia menyadari kehormatan besar yang Tuhan anugerahkan kepadanya.Masihkah Bunda Maria bersukacita atas sengsara Yesus putranya? Tentu saja dalam kemanusiaannya dia tidak melakukannya tetapi jauh di lubuk hatinya dia juga siap untuk itu karena dia tahu bahwa putranya ditakdirkan untuk menjadi penyelamat umat manusia.

Bunda Maria dalam keagungannya mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mewartakan dan bersukacita atas kebesaran Yesus, kita harus bersyukur kepada-Nya atas segalanya. Dalam kemenangan dan kegagalan kita, kita harus bersyukur kepada-Nya.

Namun apakah kita selalu ingat untuk bersyukur kepada Tuhan atas kemenangan dan kegagalan kita setiap hari? Dan mengapa kita juga hendaknya bersyukur kepada Tuhan atas kegagalan kita? Untuk alasan sederhana bahwa kita juga belajar dari kegagalan kita dan selalu ada hikmah di balik setiap kegagalan.

Oleh karena itu kita harus mewartakan kebesaran Tuhan yang baik di saat kita baik dan buruk, serta dalam kemenangan dan kegagalan kita.

Doa Penutup

Bagaimanakah kami harus bersukacita untuk kasih-Mu Tuhan, ketika dalam hari-hari kami, ada begitu banyak derita. Semoga di hari-hari akhir Adven ini, kami dapat semakin peduli, menemukan sinar kasih di antara kehidupan sesama yang menderita. Amin

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini