Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Jalan Kekudusan Pauline Sang Dominikan

Paus Fransiskus di depan lukisan Pauline Jericot.Vatican Media

Pada 2012, ketika berusia 3 tahun, Mayline tersedak sosis makanan. Peristiwa itu membuatnya jatuh koma. Usaha untuk membawanya ke unit perawatan intensif di Lyon, Perancis tidak membuahkan hasil. Hingga pada satu titik, dokter menyarankan kepada orangtua Mayline untuk mencabut penyangga hidupnya. Dokter mengatakan, ini adalah satu-satunya jalan untuk membebaskan Meyline dari deritanya. Saat itu, Mayline mengalami kerusakan permanen pada otaknya.

Pada saat yang sama, seorang ibu dari sekolah di mana Mayline belajar serta kakak perempuannya, Lou-Anh, menyarankan agar mereka memulai novena kepada Pauline Jaricot. Apa yang rasanya tidak mungkin, berkat kuasa Allah akhirnya terjadi. Kedua orangtua Meyline memulai novena itu bersama keluarga mereka.

Hari demi hari mereka tekun dalam doa. Hingga pada beberapa minggu kemudian, satu peristiwa membuat para dokter tidak percaya. Kondisi tubuh Mayline mulai pulih dan pada hari ini, ia hidup cukup normal di Annecy bersama orangtuanya dan saudara perempuannya yang berusia 16 tahun.

Mukjizat ini menjadi salah satu pendukung jalan kekudusan Beata Pauline Jericot. Seorang Dominikan Awam asal Perancis yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Saat Misa Beatifikasi pada 22 Mei di Lyon, Meyline pun ada di antara peziarah. Ia datang bersaksi ditemani kedua orangtuanya.

Meyline tengah bersama kedua orang tuanya. IST

Hidup Dominikan

Pauline adalah anggota Ordo Ketiga St. Dominikus atau yang dikenal juga sebagai dominikan Awam. Selain itu, ia adalah pendiri Society of the Propagation of the Faith (SPF). Institusi ini didirikan di Lyon, Prancis, pada tahun 1822, sebagai jawaban kesulitan misi Katolik di Timur dan Barat. Hari ini SPF adalah gerakan misi yang bekerja untuk Gereja Katolik di seluruh dunia.

Pauline terlahir dengan nama lengkap Pauline-Marie Jaricot. Ia lahir pada 22 Juli 1799, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara dari pasangan Antoine dan Jeanne Jaricot di Lyon, Prancis. Ayahnya memiliki sebuah pabrik sutra di Lyon. Kakaknya, Philéas, adalah seorang misionaris di Quangnam.

Pada usia 15 tahun, Pauline diperkenalkan ke dalam kehidupan sosial kota. Selanjutnya, sebuah khotbah tentang kesombongan membuatnya terkesan dan selalu ia ingat. Khotbah itu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang semakin rendah hati.

Pada usia 17 tahun, Pauline mengalami sebuah kecelakaan. Peristiwa ini sangat mengguncang hidupnya. Dibutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan luka akibat kecelakaan ini. Deritanya di usia ini belum berakhir, satu lagi guncangan mendera hidupnya, saat ibu yang dikasihinya dipanggil Tuhan.

“Mengapa Engkau berikan pengalaman ini kepadaku Tuhan, beban ini sungguh berat,” begitu Pauline berdoa kepada Tuhan saat merasa berat menghadapi kehilangan ibunya.

Kehilangan seorang yang disayangi tentu suliy bagi manusia siapapun. Tak terkecuali Pauline. Namu, ia memilih untuk menghadap peristiwia yang datang bertubi-tubi ini dengan penuh iman. Saat itu, Pauline menjalani kehidupan doa yang intens. Hingga pada Hari Natal 1816, Pauline mengambil sumpah keperawanan abadi. Selanjutnya, ia mendirikan persatuan doa di kampungnya. Ia bersama gadis-gadis pelayan gereja yang saleh, mereka membentuk kelompok doa yang mereka namakan “Réparatrices du Sacré-Coeur de Jésus-Christ”.

Pada saat itu, Gereja Katolik Perancis dikenal inisiatif misi yang beragam. Ada banyak serikat misi dan kelompok misi yang terbentuk untuk karya misi di Afrika dan Asia. Sebagai anggota slah sati asosiasi Misi Luar Negeri Paris, Pauline adalah pelopor kerjasama misionaris yang terorganisir.

Awalnya, Pauline bersama dengan karyawan wanita di pabrik sutra yang dijalankan oleh saudara perempuan dan iparnya, dia memutuskan untuk membantu misi dengan doa. Mereka juga memiliki kontribusi mingguan dengan mengumpulkan satu sen seminggu dari setiap orang yang terlibat. Dana yang terkumpul ini lalu dikirmkan untuk membantu karya misi di banyak negara.

“Mari kita bersama mendukung gerakan misi untuk mewartakan Injil,” begitu ajak Pauline kepada para karyawan di pabrik sutra milik keluarganya.

Benih itu tumbuh dan kelompok lain bergabung untuk membantu semua misi. Inilah “janin” lahirnya SPF pada tahun 1822. Institusi Misi ini didedikasikan untuk membantu upaya misionaris di seluruh dunia. Pada tanggal 3 Mei 1922 Paus Pius XI mendeklarasikan SPF sebagai serikat untuk Penyebaran Iman tingkat Kepausan.

Sebagai seorang anggota Dominikan Awam, Pauline memilih St. John Maria Vianney sebagai pembimbing rohani dan spiritualnya. Selama bertahun-tahun, Pauline menimba kekayaan rohani dari imam Perancis ini.

St. John Vianney adalah “Curé d’Ars” (pastor paroki Ars), yang dikenal secara internasional karena karya imamat dan pastoralnya di parokinya di Ars, Prancis. Ia dikenal karena transformasi spiritual radikal dari komunitas dan sekitarnya. Umat Katolik mengaitkan hal ini dengan kehidupan sucinya, matiraga, pelayanan yang tekun dalam sakramen pengakuan dosa, dan pengabdian yang penuh semangat kepada Perawan Maria yang Terberkati.

Pilihan Pauline untuk menjadikan St. John Vianney sebagai mentor rohani rasanya tepat. Kehidupan spiritual Pauline berkembang pesat. Ia semakin dalam menjalani kehidupan seturut nasihat nasihat rohani St. Dominikus. Ia tekun dalam hidup doa, dan seperti mentornya, St. John Vianney, ia juga setia dalam Rosario dan matiraga. Selama bertahun-tahun, Pauline menjadikan St John Vianney sebagao guru rohaninya.

Literasi Suci

Semakin dalam dan semangat dalam pelayanan misi. Pauline lalu melihat pentingnya lilerasi rohani bagi umat Katolik. Ia berpikir, tak mungkin seseorang dapat berkembang dalam iman tanpa asupan bacaan-bacaan rohani.

“Rasanya kita perlu membuat terbitan buku-buku spiritual,” begitu usulnya kepada sahabat-sabatnya yang bergerak dalam karya misi.

Gayung bersambut, pada tahun 1822, Jaricot mengatur pencetakan dan distribusi literatur keagamaan; dia percaya bahwa informasi tentang misi harus dipublikasikan. Kemudian, Serikat di masa depan juga akan menerbitkan sejarah yang berisi laporan dari berbagai wilayah misi yang bertujuan untuk meningkatkan minat pada Serikat dan misi.

Terbitan ini nyatanya begitu berarti bagi karya misi Katolik di seluruh dunia, terutama bagi para misionaris yang berkarya menjadi pewarta Injil di seluruh dunia. Buku-buku yang dicetak SPF dikirmkan ke banyak pihak dan menjadi bacaan rohani yang berarti. Buku-buku ini juga disebarluaskan di antara para umat, berkat bahan bacaan ini, mereka semakin berkembang dalam cinta kepada Tuhan.

Cinta Rosario

Pada tahun 1826 Pauline mendirikan Asosiasi Rosario Hidup. Selama 15 dekade Rosario dibagi di antara lima belas rekannya, yang masing-masing harus mendaraskan Rosario setiap hari. Seiring waktu,  Asosiasi Hidup Rosario ini berkembang pesat di Prancis dan menyebar ke negara-negara lain selama hidupnya. Selama bertahun-tahun sesudahnya, gerakan Rosario ini masih terus melebar dan berkembang dengan beragam karya. Pada tahun 1832, Paus Gregorius XVI memberikan status kanonik kepada Asosiasi Rosario Hidup ini. Namun, pada pertengahan abad ke-20, jumlah anggota telah menurun, terutama di Amerika Serikat. Organisasi ini dihidupkan kembali melalui upaya Patti dan Richard Melvin dari Dickinson, Texas.

Pada tahun 2014, keanggotaan Rosario Hidup berjumlah hampir 16 juta orang dari segala usia, dengan jumlah yang cukup besar di negara-negara Dunia Ketiga. Organisasi ini mengelola situs internet di philomena.org, yang dikelola oleh Patti Dickinson, ia adalah Direktur Rosario Hidup Dunia.

Akhir Peziarahan

Selama hidupnya, Pauline pernah jatuh sakit. Sakit ini cukup berat hingga sangat menggerogoti kekuatan rohaninya. Ia berdoa kepada Santo Philomena selama peziarahannya ke Mungnano,Italia pada 10 Agustus 1835. Setelah berjuang cukup lama, ia sembuh dari sakitnya ini.

Namun, kesuciannya nyatanya tidak menghindarkan hidup Pauline menjadi semuanya mulus. Sekitar tahun 1845 Pauline membeli pabrik tanur tinggi. Usaha ini ia dedikasikan untuk dijalankan sebagai model reformasi sosial Kristen.

Sebuah bangunan ia dirikan berdekatan dengan pabrik, bangunan ini lebih sebagai rumah yang menampung keluarga, di mana di dekatnya ada sebuah sekolah dan kapel. Dengan model ini, ia ingin membangun sebuah kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera namun juga memiliki kualitas kehidupan rohani yang mendalam.

Namun, pilihan Pauline atas pekerja di usaha ini rasanya tidak tepat. Ia menyerahkan manajemen kepada orang-orang yang terbukti tidak jujur. Usaha ini pun bangkrut pada tahun 1862. Selanjutnya, Pauline hidup dalam kemiskinan. Ia menghabiskan semua uangnya, hingga benar-benar miskin. Dia meninggal pada 9 Januari 1862 di Lyon.

Kini, setelah lebih dari satu setengah abad kematiannya, Paus Fransiskus menggelarinya sebagai Beata pada Minggu, 22 Mei 2022. Mukjizat yang dialami Mayline membuka jalan Beatifikasi beagi Dominikan Awam itu. Keteladanan iman Beata Bauline Jericot diperingati setiap tanggal 9 Januari. (Antonius E. Sugiyanto)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini