MANILA, Pena Katolik – Niña Ruiz-Abad yang berusia 13 tahun dikenal karena devosinya yang kuat kepada Ekaristi dan Perawan Maria. Ia meninggal pada tahun 1993
Umat Katolik Filipina menyambut baik langkah Gereja local untuk memberikan status suci kepada seorang gadis berusia 13 tahun. Ini tejadi tiga dekade setelah kematiannya yang diakibatkan kardiomiopati hipertrofik, penyakit jantung yang tidak dapat disembuhkan.
Keuskupan Laoag, Filipina Utara baru-baru ini mengeluarkan dekrit untuk melanjutkan proses kanonisasi Niña Ruiz-Abad, atas kesalehan dan devosinya kepada Maria. Dekrit tersebut merupakan tanggapan terhadap petisi dari “God First Association,” pada 21 Agustus.
Niña menghabiskan separuh hidupnya di Laoag, sebelum meninggal pada tahun 1993 dan dimakamkan di sana. Uskup Laoag, Mgr. Renato Mayugba, yang mengeluarkan dekrit tersebut pada 16 Agustus, mengatakan, bahwa keuskupan telah menerima kesaksian dari teman sekelas dan guru Niña.
“Saya mulai tertarik dengan kehidupan Niña ketika saya mendengar kesaksian tentang kesuciannya, tidak hanya dari kerabat dan teman-temannya tetapi juga dari mantan pastor parokinya. Saya juga membaca buku tentang dia yang berjudul God First,” kata Mgr. Mayugba.
Mgr. Mayugba mengatakan sudah waktunya bagi negara mayoritas Katolik itu untuk memiliki orang suci modern, yang bukan seorang imam atau anggota kongregasi keagamaan.
“Ketika kita berpikir tentang kesucian, kita berpikir bahwa itu hanya untuk para imam, uskup, atau suster. Tapi tidak, Niña mengajarkan kita bahwa kekudusan adalah panggilan bagi semua orang, terutama bagi kaum muda. Kita dipanggil untuk menjadi orang suci,” kata Mgr. Mayugba.
Mgr. Mayugba meminta wewenang dari Keuskupan Novaliches, Quezon Cuty, untuk melakukan penyelidikan. Hal ini karena Niña meninggal di Quezon City yang masuk wilayah pastoral Keuskupan Novaliches. Umat Katolik setempat serta mantan guru dan teman sekelasnya menyambut baik dorongan untuk menjadi orang suci.
“Saya masih ingat ketika dia duduk di bangku sekolah dasar di Laoag. Ia selalu mengatakan kepada saya ‘Tuhan yang utama’. Sebelum setiap ulangan atau pengajian, ia selalu berdoa. Sebelum melakukan apa pun, dia selalu berdoa terlebih dahulu,” kata Eliza Samson, guru yang pernah mengajar Niñakepada UCA News.
Samson ingat, ia membawa map berisi novena dan ikon keagamaan di kelas. Ia membagikannya [ikon agama] kepada guru dan teman sekelasnya.
“Dia akan memberikan rosario dan stiker ayat-ayat Injil kepada teman-teman sekelasnya… bukti pengabdiannya yang mendalam kepada Tuhan dan Bunda Maria,” tambah Samson.
Orang tua Niña pindah ke Manila dari Provinsi Ilocos Norte pada tahun 1993 di mana dia meninggal pada tahun yang sama. Dia didiagnosis menderita penyakit jantung pada usia 10 tahun.
“Kami semua tahu dia menderita suatu penyakit, tapi dia tidak pernah menunjukkannya. Dia menjalani kehidupan yang penuh doa dan kedamaian,” ungkap Belen Sulit, gurunya di Sekolah Roh Kudus di Quezon City.
Niña siswa yang cerdas, namun ia sangat rendah hati. Belen mengatakan, Niña mendapat nilai sempurna untuk bahasa Tagalog. Ia juga sangat dicintai oleh banyak orang, terutama teman-teman sekelasnya.
“Ia cerdas tetapi sangat sederhana,” tambah Belen.
Teman-teman sekelasnya juga mengingat bagaimana dia mendorong mereka untuk berdoa di kapel dan menghadiri Misa. Meskipun ia sakit, tapi ia selalu ramah kepada setiap orang.
“Karena dia, semua diingatkan untuk berdoa sebelum dimulainya kelas, bahkan sebelum bermain di lapangan,” kata Bianca Manlapaz, mantan teman sekelasnya.
Dalam pernyataan sebelumnya, CBCP mengatakan bahwa Keuskupan Laoag akan menyampaikan informasi yang dikumpulkan kepada Dikasteri Vatikan untuk Penggelaran Orang Suci. Setelah verifikasi berhasil, Vatikan akan mengeluarkan “Dekrit Keabsahan” untuk mengesahkan laporan resmi kepada dikasteri.
Gereja Katolik mengikuti proses kesucian tiga tingkat. Seorang yang diusulkan, pertama kali dinyatakan sebagai Venerabilis, yang menandai dimulainya prosedur kanonisasi secara resmi. Kemudian calon tersebut dinyatakan sebagai Beata/Beato, dan kemudian dinyatakan sebagai “Santo” oleh Paus. Selama ini, Vatikan mensyaratkan dua mukjizat melalui perantaraan calon orang suci. Syarat ini dikecualikan untuk seorang yang wafat sebagai martir.
Sejauh ini, sudah ada dua orang kudus asal Filipina, St. Lorenzo Ruiz dan St. Pedro Calungsod, yang masing-masing dikanonisasi pada tahun 1987 dan 2012.