Bacaan I – Rm. 4:13,16-18
Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.
Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah
Mazmur 105:6-7,8-9,42-43
- Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
- Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
- Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela
- Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!
Bacaan Injil – Lukas 12:1-7
Sekali peristiwa, berkerumunlah beribu-ribu orang, sehingga mereka berdesak-desakan. Yesus lalu mulai mengajar pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan kaum Farisi.
Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui. Karena itu apa yang kalian katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan yang kalian bisikkan ke telinga di dalam kamar akan dimaklumkan dari atas atap rumah.
Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kalian takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi kemudian tak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepadamu siapakah yang harus kalian takuti.
Takutilah Dia yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sungguh, Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dilupakan Allah.
Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
JANGAN TAKUT!
Bila pada hari-hari sebelumnya TUHAN YESUS berbicara cukup keras terhadap mereka yang berwatak munafik dan penuh kepalsuan, hari ini YESUS menyapa murid-murid-NYA dengan lembut: “…. hai sahabat-sahabat-KU”. Berarti mereka adalah orang yang dekat dengan YESUS bukan hanya secara fisik melainkan hati-NYA juga karena termasuk orang-orang yang dipercaya dan dikasihi-NYA. Kepada mereka itu TUHAN YESUS memberikan beberapa pesan, antara lain: “AKU berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-KU, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi…… Takutilah DIA, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka…… Takutilah DIA!” (Luk.12: 4,5).
Harus kita yakinkan pada diri kita masing-masing, bahwa TUHAN senantiasa akan selalu menjaga dan memelihara kita semua, apalagi para sahabat-NYA! Bahkan seekor burung pipit pun DIA perhatikan dan pelihara dengan baik!
“Jangan takut!” Kata ini tercatat sekurang-kurangnya sebanyak 365 kali dalam Kitab Suci. Itu berarti bahwa TUHAN setiap hari selalu mengingatkan dan memberikan semangat yang berkobar dan keberanian untuk berbuat yang positif, melakukan kebaikan dan menjalankan hal-hal yang bermanfaat untuk orang banyak. TUHAN pasti akan berdiri di samping kita! Kita akan selalu dikawal dan diberi jalan, dorongan dan kekuatan untuk memperjuangkan sesuatu yang benar, adil, damai dan berguna bagi semua orang dan segala bangsa (bonum commune). Santo Yohanes Paulus II, bukan hanya mengulang kata-kata YESUS “Jangan takut” saja, tetapi ia mempraktekkan selama hidupnya. Pada masa mudanya ia tidak takut melawan penjajahan, penindasan, pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan menentang komunisme. Berkat iman, cinta kasih dan ketekunannya, apa yang mustahil, benar-benar terjadi: Komunisme di Rusia runtuh, demikian pula di Polandia, negerinya, dan seluruh Eropa Timur. Sewaktu menjadi Paus pun, ia tidak pernah takut menyerukan dan memperjuangkan perdamaian di tengah-tengah konflik tajam negara-negara adikuasa.
Karena itu, sebagai pengikut KRISTUS, kita harus berani mengemukakan pendapat kita yang berbeda tetapi benar dan adil bagi semua pihak. Jangan ragu-ragu untuk membela kebenaran dan keadilan, sekalipun penuh resiko. Memang cara penyampaian kadang perlu kita sesuaikan dengan kondisi sesaat dan setempat, namun esensi kebenaran dan keadilan jangan sampai hilang tertelan oleh rasa “kerikuhan” atau “rasa tidak enak” atau “takut menyinggung perasaan”. Jika perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran banyak terbungkus oleh segala “perasaan ketimuran” atau “budaya rasa”, yang terlalu emosional, ini bisa menandakan suatu ketakutan, ketidak-tegasan dan kebimbangan hingga putusannya pun penuh dengan kompromi, tarik-menarik berbagai kepentingan yang ada.
“Takutilah DIA! Takutilah TUHAN!” bukan karena DIA “galak” atau “menyeramkan” melainkan karena DIA adalah Hakim Yang Adil yang bisa menjatuhkan hukuman kekal pada orang-orang yang tidak mau bertobat! Kita takut untuk melawan perintah-perintah-NYA. Kita takut berbuat jahat. Kita takut melakukan penyimpangan, penyelewengan dan kebohongan. TUHAN telah memberikan “rambu-rambu kehidupan,” yang terdapat dalam Kitab Suci, ajaran dan putusan Gereja serta segala peraturan dari badan-badan publik yang resmi dan sah. Janganlah kita langgar “rambu-rambu” itu! Orang yang takut pada TUHAN adalah orang yang taat, loyal dan setia berpegang pada semua “rambu-rambu kehidupan itu.” Itulah maknanya “Takutilah TUHAN”.
Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama, memberikan sosok ideal orang yang “takut pada TUHAN,” dia adalah Abraham, “bapa leluhur jasmani kita” (Rm.4: 1). Dalam Kitab Kejadian dikisahkan bahwa sekalipun Abraham belum mengetahui kemana dan bagaimana tanah yang akan dituju, namun karena hal itu adalah perintah TUHAN, ia hanya bisa bersikap percaya. Ia percaya bahwa kelak keturunannya akan banyak seperti jumlah bintang di langit, padahal saat itu ia belum punya anak! Karena sikap percaya itu “maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kej.15: 6, Rm.4: 3). Jadi, karena iman, Abraham taat pada TUHAN. Karena iman, ia juga takut pada TUHAN. Maka orang yang takut pada TUHAN, bukanlah seorang pengecut atau penakut, melainkan seorang yang mempunyai iman yang teguh, kuat dan mantap, tidak akan mudah terpengaruh oleh godaan atau rayuan apa pun.
Bagaimana dengan diri kita sendiri? Beranikah kita mengambil inisiatif untuk memperjuangkan suatu keadilan dan kebenaran? Beranikah kita menanggung resiko?
Doa Penutup
Ya YESUS, ajarilah aku untuk tidak takut menyampaikan suatu kebenaran dan keadilan yang sejati. Tambahkanlah imanku kepada-MU agar aku benar-benar yakin ENGKAU berada di sampingku dalam setiap langkahku. Amin.