MOSCOW, Pena Katolik – Alexander Baranov saat ini adalah seorang seminaris di salah satu keuskupan di Rusia. Namun siapa sangka, 12 tahun lalu ia bahkan tidak mengenal siapa itu Yesus, bahkan, ia tak percaya, bahwa Tuhan benar-benar ada.
“Sepuluh atau 12 tahun yang lalu, saya berada sejauh mungkin dari Gereja. Saya adalah seorang pemuja setan,” kenang Baranov saat membagikan pengalamannya pada Pertemuan Kaum Muda Katolik Rusia ke-10, yang diadakan di St. Petersburg dari tanggal 24 – 27 Agustus 2023. Pada pertemuan ini, Paus Fransiskus ikut mendengarkan kisah Baranov secara daring.
Benar, Baranov sebelumnya bergabung dalam sebuah komunitas okultisme atau penganut satanisme. Saat itu, hidup Baranov sungguh buruk, ia percaya bahwa setan lah yang berkuasa atas dunia, dan kepadanya ia lalu menjadi pengikut.
“Saya mengambil bagian dalam ritual okultisme. Saya melakukan dan mengatakan banyak hal buruk,” ujar Baranov.
Okultisme adalah kepercayaan terhadap hal-hal supranatural seperti ilmu sihir. Selama bertahun-tahun, hidup Baranov digerakan oleh hal-hal berbau sihir dan setan.
Titik Balik
Namun, hidup dengan kepercayaan pada setan dan ritual okultisme hanya membawa derita. Di dalam hati Baranov, ada perasaan yang terus mengetuknya. Baranov mengamati bahwa ketakutan, rasa sakit karena kehilangan, pengalaman akan kelemahan, pengalaman kekerasan dan trauma mungkin menjadi salah satu penyebab penyimpangan tersebut.
Beruntung, Baranov sadar dan kemudian pelan-pelan menyadari, bahwa Yesus Kristus lah yang adalah penyelamat dan sumber kehidupan yang sejati. Dari sejak ia mulai terbuka pada iman akan Yesus, Baranov mulai menemukan kebahagiaan sejati dalam setiap bagian hidupnya. Di sini juga, ia mulai merasakan untuk semakin dekat dan dalam mengenal Yesus.
“Karena semua ini (okultisme-red) tidak mampu menarik atau menyelamatkan. Kristuslah yang benar-benar menyembuhkan dan memimpin dari kegelapan ke terang, dari kematian ke kehidupan, dari Setan ke diri-Nya sendiri dan ke Bapa,” ujar Baranov.
Takhayul dan esoterisme juga berdampak. Ia menyatakan bahwa hampir satu dari dua orang mencoba menjalani hidup mereka dengan takhayul. Sebagai contoh, ia menyebutkan praktik-praktik yang berkisar “mulai dari mengenakan benang merah di tangan, hingga mata jahat, hingga astrologi dan yang lebih buruk lagi: semua itu adalah cara untuk mencoba bertahan hidup “tanpa Tuhan”.
Baranov memperingatkan bahwa kekuatan takhayul dalam kehidupan seseorang yang belum terbentuk dapat mencapai titik sedemikian rupa sehingga dibutuhkan mukjizat alkitabiah yang nyata untuk membawa mereka kembali ke terang. Di sinilah, Baranov mendorong Gereja Katolik untuk merangkul orang muda dengan kasihnya, sehingga mereka tidak tergoda pada hal-hal gelap, namun mendapat kebahagiaan sejati berkat terang Injil.
Saat ini, Baranov telah berada di Gereja selama lima tahun sekarang. Dua tahun lalu ia masuk seminari. Ia menyadari sebuah pemanggilan dalam imamat. Ia menceritakan, bahwa yang paling penting adalah membawa orang keluar dari kegelapan; jika tidak, upaya selanjutnya untuk menjadikan Gereja lebih “menarik” akan sia-sia.
“Kita harus berbicara tentang bagaimana Kristus menunjukkan bahwa meskipun kita lemah dan negatif, kita layak mendapatkan kehidupan, keselamatan, dan kasih. Pengalaman yang membebaskan ini lebih penting daripada seluruh rencana kami untuk membawa orang kepada Kristus.”
Baranov menekankan bahwa ia melihat Gereja Katolik memiliki misi khusus yang telah ia manfaatkan sendiri: “Untuk membawa orang keluar dari kegelapan. Setidaknya begitulah yang terjadi dalam hidupnya.
Kristus adalah Jalan
Baranov menunjukkan jalan menuju terang. Dari kegelapan ini, Kristus membawa orang tersebut kembali ke dalam Gereja, jika orang tersebut mengizinkannya. Cara yang sama seperti Ia membawa orang yang kerasukan setan keluar dari kubur.
“Cara dia membawa saya keluar, membebaskan saya dan menunjukkan jalan yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, persepsi yang berbeda tentang diri saya.”
Baranov mengatakan, Kristus dapat menunjukkan, bahwa meskipun lemah, meskipun menderita, meskipun mengalami semua pengalaman negative. Setiap orang layak mendapatkan kehidupan, keselamatan, dan kasih. Inilah yang harus diwartakan Gereja, apa yang harus diwartakan, apa yang harus dijalani.
“Kristus benar-benar menyembuhkan! Dia benar-benar memimpin kita dari kegelapan menuju terang, dari kematian menuju kehidupan, dari Setan menuju diri-Nya sendiri dan menuju Bapa. Sama seperti dia membawaku keluar, dia bisa mengeluarkan siapa pun. Oh, andai saja kita melakukan segala daya kita untuk membuat sebanyak mungkin orang mengenal Dia dan kuasa-Nya!”
Paus Terkesan
Setelah mendengar kisah Frater Baranov, Paus Fransikus meyampaikan rasa harunya. Ia terkesan atas kisah iman yang baru saja ia dengar. Berbicara melalui tautan video pada hari Jumat, 25 AgustusBapa Suci bepesan kepada para peserta yang berkumpul di Basilika St. Katarina, St. Petersburg untuk menjadi “penabur benih rekonsiliasi, benih kecil yang, untuk saat ini, di musim dingin ini perang tidak akan tumbuh di tanah yang membeku, namun di musim semi mendatang, perang akan berkembang.”
Beberapa peserta acara yang diadakan sejak tahun 2000 dan diselenggarakan tahun ini untuk pertama kalinya di St. Petersburg, harus menempuh perjalanan sejauh 9.000 kilometer dari 54 kota Federasi untuk sampai ke sana.
Dalam salam pengantarnya, Uskup Agung Moskow, Mgr. Paolo Pezzi mengatakan bagaimana komunikasi dengan Paus memberikan kegembiraan khusus dan pengalaman persatuan dengan Gereja universal. Paus menelusuri kembali semboyan WYD Lisabon, “Maria bangun dan bergegas pergi” (Luk. 1:39).
“Saya berharap Anda, para pemuda Rusia, terpanggil untuk menjadi seniman perdamaian di tengah begitu banyak konflik dan di tengah begitu banyak polarisasi yang datang dari semua sisi dan mengganggu dunia kita. Saya mengundang Anda untuk menjadi penabur benih rekonsiliasi, benih kecil yang pada musim dingin peperangan ini tidak akan bertunas di tanah beku untuk saat ini, namun akan mekar di musim semi mendatang.”