Senin, November 18, 2024
25.6 C
Jakarta

Dari Kejahatan ke Kemanusiaan: Pontensi Diri dan Peran Fransiskan dalam Mengakhiri Human Trafficking

Dusun Entakai II, Sanggau Kalbar. Masalah ekonomi/finansial rendah sehingga meninggalkan rumah mencari kerja keluar

Pena Katolik- Human Trafficking– Kegiatan Info JPIC 2023 di Wisma Immaculata Pontianak, dapat membantu para imam dan biarawan-biarawati mengetahui dalam mencegah terjadi human trafficking di Indonesia  khususnya di Kalimantan Barat.

Salah satu usaha nyata yang bisa dilakukan adalah memberikan sosialisasi dengan mengedukasikan ke pihak sekolah dan asrama kepada anak-anak yang masih muda. 

Para generasi bangsa harus dapat memahaminya agar terlindungi dari human trafficking, karena human trafficking ini dapat menghancurkan fisik dan mental seseorang.

Dalam kehidupan pasti ada masalah, boleh dikatakan masalah terbesar dalam hidup adalah saat kita tidak mengerti bahwa kita sedang dalam masalah sehingga tidak menemukan hal yang ada yakni pekerjaan  yang ada disekitar lingkungan, yang bisa dilakukan agar mendapat hasil dan hanya berpikir selalu berkekurangan maka pikiran yang muncul justru hal cepat mendapat hasil.

Tidak peduli dalam proses membuat memutuskan diri mau mencari lebih baik seperti mau bekerja ke luar negeri yang begitu cepat mendapat hasil yang luar biasa namun tanpa berpikir panjang akibat nantinya hal apa akan terjadi dengan dirinya karena pekerjaan menjamin hidup padahal hanya mendengar informasi mudah tanpa syarat yang sulit maka menyebabkan terjadi eksploitasi, kekerasan seksualitas dan pelecehan lainnya.

Masalah hidup bukan hanya kurangnya lapangan kerja, kurangnya sumber  Daya Alam, memperbaiki taraf hidup, belenggu budaya menghimpit ekonomi, Pendidikan dan politik.

Mestinya pontensi setiap orang sudah ada sejak dini maka dapat berpikir dan dimanfaatkan ketika sudah bisa bekerja bahkan menemukan surga dan ladang kerja di tempatnya sendiri dan masalah juga terjadi ada beragam efek yang ditimbulkan pada seseorang dan dari efek tersebut akan muncul sikap dalam terhadapnya dan dapat dilihat beberapa hal lainnya.

Mengabaikan Kenyataan: Ketidakpahaman terhadap Hakikat Masalah

Pertama, memandang masalah (Human Trafficking) sebagai bencana  sebab kerapkali kita memandang masalah itu sebagai bencana oleh karena itu pandangan diri kita mengatakan lebih pada mendatangkan kerugian mengalami kesulitan ekonomi hidup yang miskin sehingga meninggalkan kampung halaman (pergi keluar) dan memiliki kecenderungan untuk lebih baik menjauh dari masalah tersebut.

Dengan harapan agar persoalan yang tidak terlalu merugikan yakni kerja keluar negeri. Namun nyatanya harapan tersebut seringkali tidak terealisasi dengan baik.

Karena masalah yang dijauhi, dan tidak terselesaikan menjadi semakin kompleks dan rumit. Bisa jadi saat itulah bencana sebenarnya akan menerpanya. Kerugian yang diderita akan sangat fatal. Kedua, memandang masalah bukan masalah yakni pada takaran tertentu kita sebagai manusia menganggap hidup dengan masalah bukan merupakan hidup yang Bahagia.

Dengan kata lain, kalau mau menikmati hidup, anggaplah kita akan selalu menemukan hal yang menyenangkan dan tidak ada masalah.

Sahabat, pacar, keluarga dan orang kenalan kita, jika  kita memiliki pandangan ini maka kita perlu hati-hati. Karena itulah masalah terbesar, dengan menganggap bahwa kita tidak punya masalah hidup.

Ketiga, memandang masalah sebagai ancaman adalah hidup sederhana menjadi ketakutan akan terjadinya masalah membuat kita menjadi pribadi tertutup, tidak komunikasi, cenderung berprasangka buruk apalagi Pendidikan yang rendah.

Ancaman akan membuat orang menjadi takut mengambil resiko karena itu muncul rasa rendah diri dan runtuhnya kepercayaan diri seseorang. Karena lebih berpikir dapat gaji bulanan yang banyak dengan cara kerja diluar negeri namun hal yang terjadi adalah terjadi perbudakan manusia.

Kita semua bahwa masalah adalah bagian dari hidup, dan jika tidak siap untuk mendapat masalah, maka kita tidak akan merasakan bahagianya kehidupan untuk itu sangat penting mengenal jati diri pontensi yang sudah melekat dalam diri boleh dimanfaatkan dan berdaya guna menjalani hidup sehari-hari agar tidak terjadi ekspoitasi dalam hidup manusia. (Br. Santo Paulus MTB, Komunitas Kuala Dua Kembayan/PEN@-Sam).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini