SURABAYA, Pena Katolik – Dalam perjalanan dari Malang ke Surabaya, Uskup Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan OCarm menerima pesan di handphone-nya, sebuah puisi yang ditulis Uskup Surabaya, Alm. Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono menjelang kepergiannya. Mgr. Pidyarto menyampaikan, isi puisi itu menyiratkan optimisme, keyakinan iman yang mendalam, meski sedang menderita hebat. Ungkapan iman dalam puisi ini merupakan pengalaman nyata yang dihadapi Mgr. Tik.
“Rasa sakitnya berkurang karena keyakinan dan iman yang begitu mendalam. Inilah iman Sutikno, sosok periang, ceria, yakin, humoris,” kata Mgr. Pidyarto.
Kisah tentang puisi Mgr. Tik ini disampaikan Mgr. Pidyarto saat memimpin Misa Requiem untuk Mgr. Tik di Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, 10 Agustus 2023. Mgr. Pidyarto menambahkan, bahwa koleganya itu, Mgr. Tik adalah pribadi yang mewarisi iman dan semangat yang kuat, untuk itu, optimisme selalu ada dalam dirinya. Barangkali inilah yang menjadi semangatnya, sehingga ia tidak menyerah dalam tugasnya, tetap setia meski telah menderita sakit sejak beberapa tahun silam.
Romo Reverendus Dominus Yosef Eka Budi Susila mengatakan,Mgr. Tik menderita kanker prostat sejak 2017. Sejak Maret 2023, Mgr. Tik menjalani rawat inap di RKZ bahkan pada 4 Agustus 2023, Mgr. Tik mengalami kejang yang mengharuskannya kembali dirawat.
Pada Misa Requiem pada 11 Agustus 2023. Misa ini dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC. Pada kesempatan ini, Mgr. Anton menceritakan kabar duka meninggalnya Mgr. Tik yang tersiar di tengah suasana rapat Presidium KWI. Namun setelah kabar itu diperiksa kembali ternyata Mgr. Tik belum meninggal.
“Orang belum meninggal tapi diberitakan sudah meninggal,” kenang Mgr. Anton.
Pada saat itu, Mgr. Anton sempat mengadakan video call untuk melihat kondisi Mgr. Tik. Pada kesempatan ini, Mgr. Anton melihat bagaimana Mgr. Tik menghadapi saat-saat akhir ziarah hidupnya yang dihadapi dengan tenang, selanjutnya belum sampai satu jam, Mgr. Tik wafat.
Dalam pengalaman ini, Mgr. Anton melihat kisah hidup iman yang hidup. Ia berterima kasih atas jasa dan cinta Mgr. Tik, yang mengajarkan setiap orang menjadi seorang murid yang setia. Seluruh kehidupan Mgr. Tik adalah kesaksian iman akan Kristus yang hidup.
“Terutama yang mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi seorang murid yang fit and proper, yang pas dan pantas dengan cara menyangkal diri memanggul salib dan mengikuti Yesus,” ujar Mgr. Anton.
Duka Paus Fransiskus
Duta Besar Vatikan, Mgr. Peiro Pioppo yang juga hadir dalam Misa ini menyampaikan membacakan surat apostolik dari Paus Fransiskus yang berisi ungkapan duka atas wafatnya Mgr. Tik. Sudah sejak beberapa waktu lalu, Bapa Suci ada dekat dalam perjuangan Mgr. Tik dalam menghadapi rasa sakitnya. Untuk itu pada suasana duka ini, Paus Fransiskus juga menyampaikan kedekatan dengan umat di Keuskupan Surabaya yang dalam suasana duka.
“Pada anda semua dalam nama Bapa Suci, saya sebagai Nunsio Apostolik, mengungkapkan belasungkawa dari lubuk hati saya dan terutama saya menyemangati anda semua untuk mengikuti teladan Mgr. Vincentius kita yang terkasih setiap harinya. Dengan melakukan ini, ia bapa kita di bumi, akan menjadi pengantara kita yang penting dan berbakti di surga,” ujar Mgr Pioppo.
Mgr. Pippo menyampaikan, kini Mgr. Tik telah berada di Surga bersama dengan Tuhan. Ini berarti bahwa doanya akan selalu ada untuk umat Keuskupan Surabaya yang ia tinggalkan.
Pada Misa Requiem ini beberapa uskup datang dari seluruh Indonesia. Dari Regio Sumatera hadir: Uskup Agung Medan, Mgr Kornelius Sipayung, OFM Cap; Uskup Agung Emeritus Palembang, Mgr Aloysius Sudarso, SCJ; Uskup Pangkalpinang, Mgr Adrianus Sunarko, OFM; Romo Benny Margono sebagai utusan dari Keuskupan Padang; dan Romo Kornelius Anjarsi selaku utusan Keuskupan Tanjungkarang.
Romo Budi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para uskup, imam, dan rohaniwan-rohaniwati yang telah hadir dalam misa arwah untuk mendoakan Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono. Beberapa tokoh pemerintah Jawa Timur dan Surabaya juga terlihat melayat Mgr. Tik. Di antara mereka ada Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Sementara dari Regio Jawa hadir: Sekretaris Jenderal KWI dan Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM dan Uskup Purwokerto, Mgr Christophorus Tri Harsono. Dari Regio Kalimantan ada Uskup Agung Samarinda Yustinus Harjosusanto, MSF; Uskup Banjarmasin emeritus Petrus Boddeng Timang; dan Romo Gregorius Eko selaku utusan dari Keuskupan Sanggau. Adapun dari Regio Nusa Tenggara hadir Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang. Sementara Regio Papua diwakilkan oleh Romo Lulus Widodo selaku utusan Keuskupan Agats.
Pada hari Sabtu 12 Agustus 2023, Misa Requiem terakhir diadakan di Katedral Hati Kudus Surabaya pukul 09.00 WIB. Selanjutnya jenazah Mgr. Tik diantar ke peristirahatannya yang terakhir di Puhsarang Kediri. Ada sekitar 300-500 jemaat yang ikut mengantar Sutikno ke Puhsarang. Dari antara mereka adalah dari keluarga, karyawan, para imam di Jawa Timur, hingga jemaat dari luar kota.
Jenazah Mgr Tik tiba di Mausoleum Puhsarang, Kediri sekitar Pukul 12.30 WIB. Kedatangan rombongan membuat kawasan Desa Puhsarang, Semen, Kediri langsung dipenuhi ribuan jemaat baik di dalam lokasi Mausoleum maupun jalanan menuju Komplek Gereja Puhsarang. Di tempat ini, Mgr. Tik dimakamkan.
Takhta Lowong
Setelah kepergian Mgr. Tik maka kepemimpinan Keuskupan Surabaya menjadi lowong atau Sede Vacante. Selanjutnya, Dewan Konsultores Keuskupan Surabaya akan memilih seorang Administrator Diosesan untuk menjalankan kepemimpinan di Keuskupan Surabaya sampai terpilihnya Uskup Surabaya yang baru. Rencananya, Dewan Konsultores Keuskupan Surabaya akan mengadakan pertemuan untuk memilih Administrator Diosesan pada hari Senin 13 Agustus 2023.
Dewan Konsultores adalah para imam yang ditunjuk oleh uskup sebagai penasihatnya. Dalam pertemuan nanti, mereka akan memilih salah satu imam untuk menjadi Administrator Keuskupan Surabaya. Imam ini bisa dari kalangan Imam Diosesan Keuskupan Surabaya maupun imam tarekat.
Selanjutnya, seorang administrator keuskupan akan mengambil tanggung jawab dalam pengelolaan manajemen dan administrasi keuskupan. Tidak seperti uskup, seorang administrator keuskupan tidak memiliki kuasa untuk memimpin upacara tahbisan. Dalam praktik-praktik di banyak keuskupan, apabila ada Tahbisan Imam di keuskupan yang lowong, maka akan minta seorang uskup dari keuskupan lain untuk memimpin Misa Tahbisan ini.
Sebelumnya, kepemimpinan di Keuskupan Surabaya cukup lama lowong sebelum terpilihnya Mgr. Tik. Uskup sebelumnya, Mgr Yohanes Hadiwikarta mangkat pada 23 Desember 2003. Keuskupan Surabaya baru memiliki uskup lagi setelah terpilihnya Mgr. Tik yang ditunjuk oleh St. Paus Yohanes Paulus II sebagai uskup pada 1 April 2007. Ini berarti sekitar tiga tahun lebih tiga bulan, kepemimpinan di Keuskupan Surabaya Lowong. Ketika ditunjuk untuk menjadi uskup, Mgr. Tik masih menyelesaikan belajarnya di Manila, Filipina. Ia ditahbiskan menjadi uskup pada 29 Juni 2007 di Stadion Wijaya Kusuma, Kodiklatal AAL, Surabaya. (Antonius E. Sugiyanto)