JAKARTA, Pena Katolik – Profesional dan Usahawan Katolik (PUKAT) Keuskupan Agung Jakarta mengadakan penggalangan dana “Peduli Seminari” dengan menggelar pentas teater berjudul “Sampek Engtay” di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, 27 Mei 2023. Dalam pergelaran ini, PUKAT KAJ bekerja sama dengan Teater Koma. Pentas teater ini tercatat sebagai produksi ke-226 dari kelompok teater yang didirikan Nano Riantiarno ini.
Menarik, pentas ini juga melibatkan Romo Antonius Suhardi Antara yang berperan sebagai Guru dan Romo S. Roy Djakarya sebagai Asisten Dalang. Di awal pentas, penonton tidak langsung mengenal apa peran kedua imam ini. Baru setelah pentas berlangsung beberapa saat, peran masing-masing imam ini dapat dikenali dari suara mereka.
Kehadiran para imam ini, sebagai bagian dari pementasan, berhasil menarik gelak tawa penonton. Sebagai Asisten Dalang, Romo Roy selalu muncul pada setiap pergantian babak. Kemunculannya menandai bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. Sementara itu, berperan sebagai Guru, Romo Antara juga berhasil mengundang tawa dengan celotehan lucu namun penuh makna.
Cerita “Sampek Engtay” merupakan karya klasik yang bercerita tentang emansipasi dan kisah perjalanan cinta. Di dalamnya ada perjuangan seorang perempuan yang ingin mengenyam pendidikan di tengah budaya yang hanya memberi kesempatan seorang pria untuk menempuh pendidikan. Selain itu, kisah cinta yang disajikan dalam lakon ini juga mengajarkan perjuangan untuk mempertahankan dan meraih cinta sebagai nilai luhur kehidupan.
PUKAT KAJ melalui pementasan teater ini ingin mengundang umat dan masyarakat untuk peduli pada perkembangan seminari di seluruh Indonesia. Ketua PUKAT KAJ, Paulus Ario Birowo menyampaikan rasa syukurnya atas pementasan ini. Ia menyampaikan, dana yang terkumpul dari pementasan ini akan disalurkan untuk perkembangan seminari menengah di seluruh Indonesia khususnya untuk Seminari Menengah St. Yudas Thadeus Langgur, Keuskupan Amboina.
“Marilah kita berdoa agar pementasan ini dapat membawa dampak dan berkat bagi pendidikan di seminari sekaligus memperkenalkan dan mengajak umat Katolik dan masyarakat dalam membantu perkembangan pendidikan seminari,” ujar Paulus.
Sementara itu, Ketua Komunitas Peduli Seminari, Aloysius Setyo Handoyo Singgih menyampaikan, pementasan ini untuk mendukung seminari terutama yang ada di luar Jawa yang mengalami kesulitan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Di samping itu, Handoyo mengapresiasi atas suburnya panggilan di daerah-daerah luar Jawa.
“Pandemi Covid-19 menambah beban ekstra sekolah (seminari). Di sisi lain, benih panggilan tumbuh subur di banyak wilayah keuskupan (di luar Jawa) tersebut, sehingga sangat disayangkan apabila benih-benih panggilan tidak tertampung dan tidak disemaikan dengan baik akibat keterbatasan fasilitas, kekurangan formator atau kendala operasional sekolah seminari.”
Ketua Komisi Seminari KWI, Mgr. Robertus Rubiyatmoko berharap, dukungan yang disampaikan melalui pergelaran teater ini, dapat menjadi pelengkap dan penyempurna kasih dalam keseluruhan dukungan bagi semua calon imam. Dukungan ini menurutnya akan menjadikan pendidikan di seminari kontekstual sesuai dengan tuntutan zaman.
“Semoga melalui pendidikan dan pembinaan di seminari yang semakin njamani atau sesuai tuntutan zaman, mereka pada waktunya nanti menjadi imam yang mampu mendampingi dan membimbing umat dalam menghayati iman dan panggilan hidupnya,” demikian ungkap Mgr. Rubi.