Sabtu, November 16, 2024
27.3 C
Jakarta

Dari Suku Afrika, Belajar Filosofi Kehidupan tentang Keberadaan ‘Aku Ada Karena Kita Ada

Gambar: Ilustrasi- OBONATO – Sumber: Romo Andreas Kurniawan OP

Pena Katolik– Menarik hari ini saya belajar pandangan tentang ‘Obonato’ dari salah satu suku Afrika yang mengajarkan pandangan tentang filosofi hidup untuk tak serakah. Informasi ini saya dapat dari Romo Andreas Kurniawan, OP yang dikirimkannya via WhatsApp 03 Mei 2023 tepat pada Pukul 10.30 WITA kebetulan saat ini saya sedang berada di KUTA BALI.

Isi dari pesan itu sangat inspiratif yakni tentang “Obonato” dengan pembahasan tajam akan kemanusiaan. Kilas isinya demikian; “mungkinkah seseorang bahagia jika orang lain bersedih? ′′Obonato′′ dalam bahasa mereka berarti : “Aku ada karena kita ada.” Sebuah kebajikan yang sudah langka bagi orang-orang kota; yang hatinya dipenuhi dengan sifat serakah.

Menurut saya, ini adalah peristiwa yang menggugah hati. Catatan ini juga sudah terupload pada tanggal 22 November 2020 oleh akun Facebook bernama Being Woman. Dalam Postingannya tertulis demikian; “Obonato” – Aku ada karena kita ada. Terimakasih tuan.

“Seorang antropolog mengundang anak-anak dari suku Afrika untuk bermain. Dia meletakkan sekeranjang buah di dekat pohon dan memberi tahu anak-anak: “Siapa di antara kalian yang mencapai pohon itu lebih dulu akan diberi hadiah semua buah yang manis.” Dia memberi isyarat kepada anak-anak untuk memulai balapan. Mereka bergandengan tangan erat dan berlari bersama, lalu mereka semua duduk bersama dan menikmati buah yang lezat.

Antropolog yang heran bertanya kepada anak-anak mengapa mereka semua berlari bersama, sedangkan salah satu dari mereka dapat menikmati semua buah sendirian. Anak-anak menjawab: “Obonato”. Mungkinkah seseorang bahagia jika semua orang sedih? “Obonato” dalam bahasa mereka berarti: “Saya ada karena kita ada.”

Kemudian tentang Obonato diulas lagi oleh Rick Sweeney yang terupload pada 28 November 2020 dengan judul tulisan “THE POWER Of A WORD”  Isi dari catatannya berbunyi demikian; “Saya ingin Anda mengetahui kata Afrika yang memiliki kekuatan besar. Seorang teman pendeta saya membagikannya kepada saya dan saya telah memikirkan banyak hal tentang kata ini sejak bulan itu,” kata Rick.

Kata itu adalah OBONATO. Rupanya pemeriksa ejaan tidak mengenali dialek Swahili.

Seorang psikolog dari AS sedang mempelajari perilaku anak-anak di sebuah desa miskin di Afrika Tenggara. Dia meletakkan sekeranjang buah manis di bawah pohon. Kemudian dia memberi tahu anak-anak bahwa orang pertama yang berlomba ke pohon itu dapat memperoleh buahnya. Mereka mulai berlari dan ketika mereka mendekati pohon itu, mereka bergabung bersama dan tiba pada waktu yang sama. Kemudian mereka duduk dan membagi buah itu secara merata.

Psikolog bertanya kepada salah satu anak lelaki yang lebih tua mengapa dia tidak berlari mendahului yang lain dan mengambil semua buah untuk dirinya sendiri. Saat itulah dia mendengar kata ini. Dia tidak tahu apa artinya. Anak laki-laki itu berkata, “OBONATO!”

Sulit untuk menerjemahkan. Seorang penduduk desa dewasa yang berbicara sedikit bahasa Inggris mengatakan itu artinya, “Ketika satu menang, kita semua menang.” Konsep satu pemenang dan menyebabkan yang lain kalah, asing bagi budaya ini.

“Saat Thanksgiving, kebanyakan dari kita bersyukur atas semua berkat KITA. Tetapi saya dipaksa untuk memikirkan orang lain yang tidak berbagi berkat-berkat itu. Saya memikirkan keluarga yang tidak bisa tidak memikirkan satu anggota yang tidak lagi di sini untuk merayakannya bersama mereka. Saya memikirkan tentang mereka yang menghabiskan Thanksgiving dengan ventilator yang terpisah dari orang yang dicintai,” lanjut tulis Rick.

Rick Sweeney sadar bahwa tidak hanya semua dalam hidup ini bersama dalam hal berkat. Manusia semua juga bersama-sama dalam perjuangan. Ketika satu berhasil, kita semua berhasil. OBONATO. Ketika satu menderita, kita semua menderita. Itu juga OBONATO juga.

“OBONATO adalah kebalikan dari keegoisan. OBONATO adalah khotbah. OBONATO adalah kata yang kuat. Saya pikir OBONATO adalah kata yang diinginkan Yesus. Bagaimana menurutmu?” tutupnya dalam ulasan itu.  

Persahabatan adalah jembatan berkat

Melihat cerita diatas, mulai dari cerita antropolog hingga tulisan Rick Sweeney, mengajarkan saya tentang pentingnya memiliki sikap puas diri. Peristiwa ini  sekaligus ‘menyentil’ saya untuk lebih tajam dalam menelaah ruang ‘kudus’ antara persaudaraan sesama manusia.

Persaudaraan antara manusia memiliki ‘parit’ mistik yang mengawinkan kesabaran, moral dan kebijaksanaan untuk menjadi manusia sadar seutuhnya. Kesadaran akan hidup manusia yang disadari bahwa “manusia tidak bisa berdiri sendiri’ adalah tonggak ‘metafisika’ untuk menyentuh relung hati terdalam setiap insan.

Berangkat darisanalah kesadaran manusia dapat diasah lebih tajam untuk tidak lagi melihat sesuatu kemewahan sebagai keutamaan tetapi kepuasan persahabatan yang menjadi jembatan berkat antar insan. (PEN@/Samuel).

Sumber dari tulisan Rick Sweeney (terupload tanggal 28 November 2020).
Akun Facebook Being Woman – (23 November 2020).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini